Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Profil Pasien Trauma akibat Kecelakaan Lalu Lintas yang Dirawat di Instalasi Rawat Darurat Bedah RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode 1 Januari – 31 Desember 2017 Zai, Petrina C.; Wagiu, Angelica; Rawung, Rangga
e-CliniC Vol 6, No 2 (2018): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.6.2.2018.22125

Abstract

Abstract: Traffic related death and trauma are major health problems in developing countries. Traffic accident needs multidisciplinary approach. Data regarding the profile of traumatic patients due to traffic accidents are still limited especially in Indonesia. This study was aimed to obtain the profile of traumatic patients due to traffic accidents admitted to the emergency unit of Surgery Department, Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado, from 1st January to 31st December 2017. This was a descriptive retrospective study using medical record data of the patients. Samples were all traumatic patients due to traffic accidents admitted to the emergency unit of Surgical Department. The results showed that of 173 patients the majority were as follows: adults 121 patients (69.9%), males 123 patients (71.1%), drivers 113 patients (65.3%), bikers 138 patients (88.5%), without using safety equipment 93 patients (59.6%), negative alcohol 141 patients (81.5%), head trauma 91 patients (52.6%), and outpatients as many as 130 patients (75.1%).Keywords: trauma, traffic accident Abstrak: Trauma dan kematian akibat kecelakaan lalu lintas (KLL) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara berkembang. Kecelakaan lalu lintas memerlukan penanganan dengan pendekatan multidisipliner. Data tentang profil pasien trauma akibat KLL terbilang masih sedikit khususnya di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pasien trauma akibat KLL yang dirawat di Instalasi Rawat Darurat Bedah RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari s/d 31 Desember 2017. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif menggunkan data rekam medik pasien. Sampel penelitian ialah semua pasien trauma akibat KLL yang dirawat di Instalasi Rawat Darurat Bedah RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 173 pasien KLL, didapatkan yang terbanyak ialah pasien usia dewasa 121 orang (69,9%), jenis kelamin laki-laki 123 orang (71,1%), pengendara 113 orang (65,3%), pengguna motor 138 orang (88,5%), tidak memakai alat pengaman 93 orang (59,6%), negatif alkohol 141 orang (81,5%), trauma kepala 91 orang (52,6%), dan rawat jalan 130 orang (75,1%).Kata kunci: trauma, kecelakaan lalu lintas
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Neglected Fracture pada Pasien di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado pada Periode Januari-Desember 2018 Galo', Hartini F.; Rawung, Rangga; Prasetyo, Eko
e-CliniC Vol 8, No 1 (2020): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v8i1.27009

Abstract

Abstract: Inproper and delayed management of fracture could cause neglected fracture (NF) with or without dislocation resulting in worse condition and disability. The incidence of NF is high enough worldwide, especially in developing countries such as Indonesia. Albeit, there is no accurate data of NF incidence, especially in Manado. This study was aimed to determine the factors related to NF incidence. This was an observational and analytical study with a retrospective approach and a cross-sectional design. In this study, we used medical record data of fracture patients with and without NF form January 1 to December 31, 2018 at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. The results showed that of five factors analyzed by using chi-square test, two factors were correlated to NF incidence (p<0.05) which were age and sex, meanwhile educational status, fracture location, and patient’s home address were not correlated to NF incidence (p>0.05). In conclusion, there were significant relationships between age and sex and the incidence of negleted fracture.Keywords: neglected fracture Abstrak: Penanganan fraktur yang tidak tepat dan cepat akan menimbulkan kejadian neglected fracture/NF dengan atau tanpa dislokasi yang berakibat memburuknya kondisi atau bahkan kecacatan. Data pasti mengenai kejadian NF khususnya di Manado belum ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor-faktor yang berhubungan dengan kejadian NF. Jenis penelitian ialah observasional-analitik dengan pendekatan retrospektif dan desain potong lintang menggunakan data rekam medik pasien fraktur yang mengalami NF dan non-NF pada 1 Januari-31 Desember 2018 di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Hasil penelitian menunjukkan dari lima faktor yang diteliti menggunakan chi-square test didapatkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kejadian NF (p<0,05) yaitu usia dan jenis kelamin, sedangkan faktor status pendidikan, lokasi fraktur, dan alamat tempat tinggal pasien tidak berhubungan dengan kejadian NF (p>0,05). Simpulan penelitian ini ialah terdapat dua faktor yang berhubungan bermakna dengan kejadian NF yaitu usia dan jenis kelamin.Kata kunci: neglected fracture
Osteomyelitis: A Literature Review Rawung, Rangga; Moningkey, Chita
Jurnal Biomedik : JBM Vol 11, No 2 (2019): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.11.2.2019.23317

Abstract

Abstrak: Infeksi pada tulang dan sendi masih merupakan kasus yang menantang. Kondisi ini memberikan banyak penyulit baik kepada dokter maupun pasien. Meski terapi antibiotika dilaporkan memberikan hasil yang memuaskan pada banyak kasus infeksi, tidak demikian pada kasus infeksi tulang dan sendi. Hal ini berhubungan dengan struktur anatomi dan fisiologi dari tulang. Diperlukan sebuah strategi tata laksana yang baik untuk mencapai hasil yang optimal. Prinsip dasar yang utama dalam mencapai pengobatan yang optimal ialah penegakan diagnosis awal yang tepat, termasuk di dalamnya proses investigasi pemeriksaan mikrobiologi dan patologi. Diperlukan pengertian dasar serta pengenalan kembali anatomi, fisiologi, patofisiologi, dan tata laksana terkini tentang osteomielitis untuk mencapai tatalaksana yang optimal.Kata kunci: diagnosis dan tata laksana osteomielitisAbstract: Infection in bone and joint is still a challenging case. It gives a lot of problems and frustration to the physician and patient. The successful antibiotic therapy in most infectious diseases is abortive to achieve in bone and joint infections because the different characteristic in anatomy and physiology of these structures. Therefore, treatment strategy, including non operative and operative techniques is required to deal with such conditions. The basic principle to achieve a successful management of osteomyelitis in general is correct initial diagnosis including investigation for microbiological and pathological examinations to allow the proper and long term lasting therapy of antibiotic. For that reason, it is required to have the basic understanding in dealing with this issue, obvious and updated. It is commited to review the pathophysiology, the diagnosis, and the management of osteomyelitis in order to presents basic facilities in dealing with osteomyelitis.Keywords: osteomyelitis diagnosis and management
Osteoporosis: Diagnosis and Management Rawung, Rangga; Bagy, Raynald G.
e-CliniC Vol 9, No 2 (2021): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v9i2.32967

Abstract

Abstrak: Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang paling sering dijumpai dan memiliki hubungan erat dengan risiko fraktur sehingga merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang besar. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada perempuan usia lanjut dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Tulisan ini merupakan suatu kajian pustaka dengan tujuan untuk menyampaikan konsep dasar dan pemahaman yang lebih baik yang dibutuhkan dalam pengelolaan penyakit ini. Hasil kajian menunjukkan bahwa pengelolaan penyakit ini membutuhkan strategi tatalaksana yang harus disesuaikan pada setiap pasien, yang meliputi modifikasi gaya hidup, pengelolaan faktor risiko dan terapi farmakologis agar dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas serta komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Dibutuhkan penelitian lanjut untuk memberikan bukti dan memberikan pedoman agar pengelolaan penyakit dapat menjadi lebih baik.Kata kunci: osteoporosis, risiko fraktur, densitas mineral tulang Abstract: Osteoporosis is the most commonly bone disease and is highly associated with an increased risk of future fracture furthermore makes it a major public health problem. The disease is most prevalent in older females with multifactorial etiology. This was a literature review using relevant articles. The aim of this study was to provide basic concept and better understanding which is needed to manage the disease. This review showed that individualized treatment strategy is needed. Lifestyle modification, risk factor management, and pharmacological treatment are required to deal with the condition as well as reduced morbidity and mortality caused by the disease and its complication. Further study of this disease needs to be conducted to provide more evidences and guidelines to achieve better management of the disease.Keywords: osteoporosis, fracture risk, bone mineral density
Penilaian Jaringan Parut Paska Insisi Kulit Menggunakan Patient and Observer Scar Assessment Scales (POSAS): Perbandingan Hasil Penggunaan Monopolar Electrosurgery dan Pisau Bedah Barends, David; Hatibie, Mendy; Manginstar, Christian; Rawung, Rangga; Langi, Fima FL
Medical Scope Journal Vol 2, No 2 (2021): Medical Scope Journal
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/msj.2.2.2021.32731

Abstract

Abstract: Scalpel was once considered as the gold standard in surgical incisions. Electrosurgery has been used as a substitute for scalpels but has not been accepted as standard due to burns and injuries. Patient and observer scar assessment scale (POSAS) is a subjective scar assessment of the patient as well as the observer. This study was aimed to compare post-skin-incision scarring of monopolar electrosurgery and scalpel, and evaluate the appropriateness of scar assessments of the observer and the patient by using POSAS. This was a self-controlled trial design. Post-incision scar tissue assessment was carried out simultaneously by the observer and the patient in the third month after the operation was completed. The paired t test or Wilcoxon rank sum test showed that the differences of assessments of either patient or observer or both were not significant (p=0.05). The correlation test between the total POSAS scores of the patient and observer assessments showed a moderate linear relationship (r=0.51; p<0.001). In conclusion, the use of monopolar electrosurgery and scalpel in performing skin incisions resulted in the formation of equally good scar tissues. The POSAS assessments of patient and observer showed a moderate degree of similarity.Keywords: electrocautery, scar tissue, surgery scalpel, patient and observer scar assessment scale (POSAS)  Abstrak: Pisau bedah dahulu dianggap sebagai standar emas dalam insisi pembedahan. Electrosurgery telah digunakan sebagai pengganti pisau bedah namun belum diterima sebagai standar karena luka bakar dan cedera. Patient and observer scar assessment scale (POSAS) merupakan instrumen penilaian jaringan parut yang bersifat subyektif baik dari pasien maupun observer. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan jaringan parut pasca insisi kulit antara monopolar electrosurgery dan pisau bedah serta mengevaluasi kesesuaian penilaian jaringan parut hasil insisi kulit dari dokter pengamat dan pasien saat keduanya meng-gunakan POSAS. Desain penelitian ialah self-controlled trial. Setiap subjek mendapat dua macam perlakuan secara bersamaan: operasi dengan monopolar electrosurgery dan pisau bedah. Penilaian jaringan parut pasca insisi dilakukan bersamaan oleh observer dan pasien pada bulan ketiga setelah operasi selesai. Hasil paired t test atau Wilcoxon rank sum test terhadap penilaian dalam bentuk skor baik dari pasien atau observer ataupun keduanya terhadap perbedaan jaringan parut oleh penggunaan kedua modalitas tidak bermakna (p>0,05). Uji korelasi antara skor total POSAS dari pasien dan observer menunjukkan adanya hubungan linear sedang (r=0,51; p<0,001). Simpulan penelitian ini ialah penggunaan monopolar electrosurgery mau-pun pisau bedah untuk insisi kulit menghasilkan pembentukan jaringan parut yang sama baik. Penggunaan POSAS dalam penilaian jaringan parut memperlihatkan tingkat kesamaan sedang antara pasien dan observer.Kata kunci: electrocautery, jaringan parut, pisah bedah, patient and observer scar assessment scale (POSAS)
Pengaruh Pemberian Bifosfonat terhadap Pasien dengan Fraktur Tulang Panjang Pasca Open Reduction Internal Fixation (ORIF) Ijong, Jessie I.; Sunaryo, Haryanto; Rawung, Rangga
e-CliniC Vol. 12 No. 3 (2024): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v12i3.49019

Abstract

Abstract: Clinical, radiographic, and laboratory tests can be used to evaluate bone healing of fractured bone. This study aimed to analyze the impact of bisphosphonate medication on the prognosis of patients receiving open reduction internal fixation (ORIF) for long bone fractures. This was a randomized controlled trial study. Information was gathered prospectively, meaning that osteocalcin level was checked on each patient who fulfilled the study's eligibility requirements. The non-parametric Mann-Whitney test or the bivariate T test was the employed statistical test. Linear regression test was applied to multiple variables. The results showed that the average age of men and women was 36 years, with a 6:4 gender ratio. Patients were divided into two groups, namely the bisphosphonate and the control groups The average pre-ORIF osteocalcin level was 12 ng/mL. In comparison to controls, patients taking oral bisphosphonates had a slightly higher mean (12.9 vs 11.5 ng/mL; p=0.017). This difference maintained following ORIF, when the mean osteocalcin level in the bisphosphonate group increased to roughly 20 ng/mL whereas it was only 16 ng/mL in the control group (p=0.002). The callus index of the patients pre-ORIF did not significantly differ from the mediolateral or anteroposterior aspects. After ORIF, differences started to be noticed where both methods of measuring the callus index produced identical results for patients on oral bisphosphonates (median 1.2) and controls (median 1.1). In conclusion, administration of sodium bisphosphonate has an influence on patients experiencing long bone fractures and open reduction internal fixation (ORIF). Keywords: long bone fracture; osteocalcin; callus; bisphosphonate   Abstrak: Penyembuhan tulang (union) dapat dinilai dari pemeriksaan klinis, radiologis, dan laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian bifosfonat terhadap luaran pasien fraktur tulang panjang pasca open reduction internal fixation (ORIF). Jenis penelitian ialah studi randomized controlled trial. Informasi dikumpulkan secara prospektif, yaitu setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian diambil datanya dan diperiksa kadar osteokalsin. Uji bivariat yang digunakan ialah uji T atau uji non parametrik Mann–Whitney, serta uji multivariat menggunakan regresi linear. Hasil penelitian mendapatkan rasio laki-laki : perempuan sebesar 6:4 dengan rerata usia 36 tahun, yang dibagi atas kelompok bifosfonat dan kelompok kontrol.  Kadar osteokalsin pra ORIF secara umum sekitar 12 ng/mL. Nilai rerata tersebut sedikit lebih tinggi pada kelonmpok bifosfonat dibandingkan kontrol (12,9 vs 11,5 ng/mL; p = 0,017). Perbedaan tersebut terus bertahan pasca ORIF di mana rerata kadar osteokalsin mencapai sekitar 20 ng/mL pada kelompok bifosfonat sedangkan kontrol 16 ng/mL (p=0,002). Indeks kalus para pasien sampel pra ORIF relatif tidak berbeda baik dilihat dari aspektus anteroposterior maupun mediolateral. Perbedaan mulai terdeteksi pasca ORIF di mana kedua pendekatan penilaian indeks kalus tersebut memberikan hasil yang sama untuk pasien dengan bifosfonat oral (median 1,2) maupun kontrol (median 1,1). Simpulan penelitian ini ialah pemberian natrium bifosfonat memiliki pengaruh terhadap pasien fraktur tulang panjang dengan open reduction internal fixation (ORIF). Kata kunci: fraktur tulang panjang; osteokalsin; kalus; bifosfonat