Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

SOSIALISASI PENGGUNAAN TRICHOKOMPOS DI DESA POOPO TENGAH DAN POOPO UTARA Pelealu, Johanis J.; Baideng, Eva L.
JURNAL LPPM BIDANG SAINS DAN TEKNOLOGI Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : JURNAL LPPM BIDANG SAINS DAN TEKNOLOGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengolahan tanah yang dilakukan petani dalam kegiatan pertanian sangat mengandalkan penggunaan pupuk kimia. Cara ini memang pada awalnya memberikan jumlah produksi tanaman yang banyak namun selanjutnya diketahui menjadi penyebab kerusakan kondisi tanah. Tanah menjadi miskin unsur hara karena bahan-bahan anorganik pada pupuk kimia tidak dapat terurai di tanah. Kondisi tanah yang tidak baik menyebabkan produksi pertanian tidak optimal dan tanaman rentan terserang penyakit. Kompos telah lama dikenal sebagai pupuk organik. Namun penggunaannya tidak dilakukan secara maksimal. Kompos sebagai bahan organik merupakan pupuk yang baik karena memiliki sumber unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk berkembang. Trichoderma sp yang efektif menghambat perkembangan patogen tular tanah sehingga tanaman terhindar dari penyakit. Perpaduan keduanya dikenal sebagai Trichokompos. Mitra sasaran program ini adalah petani desa Poopo Tengah dan Poopo Utara. Tujuan program ini yaitu petani memahami cara pembuatan Trichokompos dan mengaplikasikannya pada saat kegiatan awal pertanian yakni pengolahan tanah. Tahapan kegiatan dengan melakukan penyuluhan, dan demonstrasi.______________________________________________________________________________Kata kunci : pupuk kimia, pupuk organik, kompos, Trichodema sp, Trichokompos.
SOSIALISASI PEMANFAATAN TANAMAN BITUNG Bartingtonia assiatica SEBAGAI ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA TANAMAN PADI DI DESA POOPO UTARA DAN POOPO BARAT Baideng, Eva L.; Pelealu, Johanis J.
JURNAL LPPM BIDANG SAINS DAN TEKNOLOGI Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : JURNAL LPPM BIDANG SAINS DAN TEKNOLOGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman padi merupakan tanaman pangan penting yang ditanam mayoritas petani di Desa Poopo Utara dan Poopo Barat. Dalam pengendalian hama, petani masih mengandalkan penggunaan pestisida sintetis. Kegiatan yang rutin dilakukan ini dapat membawa dampak negatif karena residu yang ditimbulkan dapat mencemari lingkungan air, tanah, udara dan dapat menghilangkan musuh alami hama. Produk akhir tanaman juga mengandung bahan yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Petani juga dihadapkan dengan kondisi semakin naiknya harga pestisida sintetik yang berakibat naiknya biaya produksi. Tujuan program ini memberikan edukasi akan pentingnya pengendalian hama yang ramah lingkungan dengan menggunakan pestisida berbahan alami dan bahannya mudah ditemukan di alam. Tahapan kegiatan dengan melakukan penyuluhan, dan demonstrasi pembuatan pestisida. Transfer  ipteks yang diterapkan adalah sebagai berikut: 1) Pembuatan bioinsektisida ekstrak Tanaman biji bitung (Barringtonia assiatica). 2) kegiatan monitoring pengendalian hama, dimana pemberian bioinsektisida berdasarkan monitoring populasi hama._____________________________________________________________________________Kata kunci: tanaman padi, hama, pestisida alami, tanaman bitung, penyuluhan, demontrasi
Tingkat Populasi Jamur Tanah akibat Perlakuan Fungisida Mankozeb di Pertanaman Sayur Kubis (Brassica oleracea var.capitata) Kecamatan Modoinding, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara (The Population Level of Soil Fungi under Mankozeb Fungicides Application in the Cabbage (Brassica oleracea var.capitata) Plantation of Modoinding Subdistrict, South Minahasa District, North Sulawesi) Lestari, Isna; Umboh, Stella D.; Pelealu, Johanis J.
JURNAL BIOS LOGOS Vol 8, No 1 (2018): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.8.1.2018.20594

Abstract

Abstrak Dalam pengembangan sayuran kubis (Brassica oleracea var.capitata) petani sering menggunakan pestisida secara berlebihan. Penggunaan pestisida secara berlebihan tersebut berdampak pada sterilisasi ekosistem tanah, yang mengakibatkan penurunan tingkat populasi jamur tanah. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis tingkat populasi jamur tanah akibat paparan fungisida Mankozeb di pertanaman sayuran kubis. Penelitian ini dilakukan dengan mengisolasi jamur pada tanah di sayur kubis Kecamatan Modoinding, Kabupaten MInahasa Selatan menggunakan pengenceran bertingkat, kemudian dilanjutkan dengan metode Total Plate Count (TPC) untuk menghitung jumlah koloni. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungisida Mankozeb mempengaruhi jumlah populasi jamur tanah, dilihat dari sedikitnya jumlah spesies yang ditemukan. Dari 6 famili dengan 11 jenis yang ditemukan, jamur tanah yang memiliki koloni terbesar adalah isolat KJ5 (Penicillium sp.) sebesar 270 koloni dengan  jumlah spora 5.9x10-6 CFU/mL  dan terendah pada isolat KJ3 (Trichoderma harzianum) sebesar 2 koloni dengan jumlah spora 10-7 CFU/mL.Kata kunci : Kubis, jamur tanah, Mankozeb, koloni, TPC, CFU/mL Abstract              Farmers often use excessive pesticides in the plantation of cabbage (Brassica oleracea var. capitata). The excessive use of pesticides resulted in sterilization of soil ecosystems and followed by the decrease the level of soil fungal population. The purpose of this study was to analyze the population level of soil fungi after exposure the cabbage plantation to Mankozeb fungicide. This research was conducted by isolating the fungi from the soil in cabbage plantation in Modoinding subdistrict, South Minahasa District using a multilevel dilution and followed by  Total Plate Count (TPC) method to calculate the fungi colony number. The results showed that Mankozeb fungicide affected the population of soil fungi, based on the limited number of identified fungi species. There were 6 families and 11 species of soil fungi. The largest number was in KJ5 (Penicillium sp.), i.e. 270 colonies and the spore number was 5.9x10-6 CFU/mL. The lowest number was KJ3 (Trichoderma harzianum), i.e. 2 colonies and the number of spores was 10-7 CFU / mL.Keywords : Cabbage, soil fungi, Mankozeb, colony, TPC, CFU/mL
Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun Beberapa Tumbuhan Suku Euphorbiaceae Anu, Oktarin; Rampe, Henny L.; Pelealu, Johanis J.
Jurnal MIPA Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.6.1.2017.16160

Abstract

Telah dilakukan penelitian untuk menentukan struktur sel epidermis dan stomata pada beberapa tumbuhan anggota Suku Euphorbiaceae yang merupakan anggota marga Codiaeum, Euphorbia dan Jatropha. Metode deskriptif komparatif digunakan untuk menggambarkan struktur sel epidemis dan stomata daun puring, pakis giwang dan jarak pagar berdasarkan pengamatan irisan memanjang sel-sel epidermis pada permukaan bawah daun dengan menggunakan mikroskop Olympus tipe 11067 dan Optilab Advance tipe 2.2. Hasil penelitian menunjukan adanya variasi struktur sel epidermis. Stomata berbentuk ginjal tipe parasitik. Arah membuka sel penutup sejajar terhadap sel tetangga. Rata-rata jumlah sel epidermis daun puring 33,33, pakis giwang 36,33 dan jarak pagar 48,66 sedangkan rata-rata jumlah stomata puring 6,0, pakis giwang 3,0 dan jarak pagar 8,3. Jarak antar stomata dengan kisaran pada daun puring 114,47 µm - 1087,49 µm, pakis giwang 360 µm - 900,99 µm dan jarak pagar 65 µm - 939,66 µm. Panjang sel epidermis dengan kisaran pada daun puring 90,25 μm - 379,16, pakis giwang 36,70 μm - 563,41 μm dan jarak pagar 65,19 μm - 387,75 μm. Panjang stomata dengan kisaran pada daun puring 105,41 μm - 150,56 μm, pakis giwang 76,74 μm  - 108,45 μm dan jarak pagar 85,37 μm - 135,90 μm.A study has been conducted to determine the structure of epidermal cells and stomata in some plants belonging to the Euphorbiaceae Families who are members of the clans of Codiaeum, Euphorbia and Jatropha. The comparative descrpitive method is used to describe the structure of epidermis cell and stomata of promegranate stems, fern studs, and jatropha based on observations of longitudinal slices of epidermal celss on the lower surface of the leaves using Olympus type 1106 and  Optylab Advance type 2.2 microscopes. The result showed the existence of variation of epidermal cell structure. Parasitic stomata-shaped stomata. Direction opens the cell cover parallel to the neighboring cell. The average number of epidermal cell leaves of puring 33.33, 36,33 pinnacle ferns, and jatropha curcas 48.66, while the average number of stomata puring 6.0, 3.0 pinnacle ferns, and jatropha 8.3. The distance between stomata with the range on the leaves of puring 114,47 μm- 1087,49 μm, the pinnacle fern of 360 μm- 900,99 μm, and the distance of jatropha 65 μm- 939,66 μm. The length of the epidermal cell with a range of leaves of puring 90,25 μm- 379,16 μm, 36,70 μm- 563,41 μm pinnacle ferns, and Jatropha curcas 65,19 μm- 387,75 μm. The length of stomata with the range on the leaves of puring 105,41 μm- 150,56 μm, pinnecle ferns 76,74 μm- 108,45 μm, and jatropha 85,37 μm- 135,90 μm.
Respon Pertumbuhan Vegetatif Tiga Varietas Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) pada Kultur Teknik Hidroponik Rakit Apung Rangian, Sartika D.; Pelealu, Johanis J.; Baideng, Eva L.
Jurnal MIPA Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.6.1.2017.15984

Abstract

Indonesia merupakan negara tropis dengan kondisi lingkungan yang kurang menunjang, seperti curah hujan yang tinggi. Permasalahan yang berkaitan dengan curah hujan, penggunaan pupuk yang boros, pengendalian hama dan penyakit serta dampak penggunaan pestisida yang tak terkendali memunculkan suatu alternatif lain dalam budidaya pertumbuhan tanaman. Budidaya tanaman dengan hidroponik teknik rakit apung adalah suatu cara bertanam tanpa media tanah dan menawarkan solusi yang mudah dipraktekkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun, berat kering dan berat basah, tanaman sawi varietas Shinta, Tosakan dan Dakota sebagai respon yang dikultur pada teknik hidroponik rakit apung. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan 3 (tiga) perlakuan dan  sembilan kali ulangan sehingga total sampel tanaman yang diamati sebanyak 27 tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Tosakan memberikan nilai tertinggi pada pertambahan tinggi tanaman 32,58 cm, lebar daun 4,62 cm, berat basah 19,30 gr dan berat kering 1,03 gr sedangkan varietas Shinta menunjukkan jumlah daun yang paling banyak sebesar 12,77 daun dan varietas Dakota memberikan nilai terendah dalam semua nilai parameter yang diukur. Berdasarkan hal tersebut maka varietas Tosakan adalah sawi yang memberi respon pertumbuhan yang lebih baik pada teknik hidroponik rakit apung.Indonesia is a tropical country with a less supportive of environmental conditions, such as high rainfall. Problems related to rainfall, the wasteful use of fertilizers, pest and disease control as well as the impact of uncontrolled pesticide use led to an alternative to the cultivation of plant growth. Hydroponic cultivation with floating rafts technique is a way of farming without soil media and offer a solution that is easy practiced. This study aims to measure the growth of plant height, leaf number, leaf width, dry weight and wet weight, Shinta varieties of mustard plants, Tosakan and cultured Dakota in response to the floating raft hydroponic techniques. This study uses Rancanan Acak Lenkap (RAL) Non factorial with 3 (three) treatments and nine replications so that the total sample of plants observed was 27 plants. The results showed that the varieties Tosakan provide the highest value added 32,58 cm plant height, leaf width 4,62 cm, 19,30 g wet weight and dry weight of 1,03 grams while the Shinta varieties shows the number of leaves at most equal to 12,77 leaves and Dakota varieties provide the lowest value in all measured parameter values. Based on this case, the Tosakan variety is a mustard which gives a better growth response to the floating hydroponic raft technique.