Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

MENGUKUR APRESIASI KONSULTAN ARSITEKTUR MENGENAI KRITERIA RANCANGAN GREEN BUILDING. Tiagas, Doly H.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 6, No 1 (2017): Volume 6 No.1 Mei 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Green Building adalah bangunan ramah lingkungan yang memenuhi prinsip kriteria rancangan bangunan ramah lingkungan dalam proses penerapannya. Agar dapat dikategorikan sebagai bangunan ramah lingkungan, maka dalam proses penerapannya harus dilakukan mulai tahap desain (Design Recognition), sebagai wujud apresiasi dan pengakuan atas penerapan prinsip Green Building tahap desain sebelum tahap konstruksi dilakukan. Sektor konstruksi khususnya konsultan arsitektur yang berdomisili di Provinsi Sulawesi Utara merasa turutbertanggung jawab dalam proses penerapannya dalam praktek profesi. Pada dasarnya GBC Indonesia telah mengeluarkan perangkat penilaian terbaru, mengenai prinsip kriteria dan tolok ukur Greenship untuk bangunan baru versi 1.2 selama gedung masih dalam tahap perencanaan/tahap desain (Design Recognition) dalam bentuk rating. Namun perangkat penilaian tersebut dapatlah dikatakan masih terlalu umum, sehingga perlu adanya penjabaran indikator ke tingkat pengembangan yang lebih mendalam dan spesiftk untuk lebih mudah dimengerti dan dipahami oleh pelaku jasa konstruksi di Indonesia, khususnya konsultan arsitektur yang berdomisili di Provinsi Sulawesi Utara, saat tahap perencanaan. Tujuan penelitian yang pertama terkait dengan penelitian adalah untuk mendapatkan informasi terhadap tingkat pemahaman dan tahap kedua dilakukan untuk mengukur tingkat persetujuan dan penerapan prinsip kriteriarancangan Green Building dalam praktek profesi oleh konsultan arsitektur khususnya konsultan arsitektur yang berdomisili di Provinsi Sulawesi Utara, untuk dapat dijadikan alat atau protype yang dapat divalidasi ke tingkatpersetujuan dan penerapan prinsip kriteria rancangan Green Building dalam praktek profesi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen pengumpulan data berupa kuisioner dengan cakupan konsultan arsitektur yang berdomisili di Provinsi Sulawesi Utara dengan uji instrumen dua tahap dan menggunakanmetode penelitian kualitatif dan kuantitatif (mixed methods) atau metode kombinasi, dengan pendekatan metode evaluasi. Analisis data dan uji hipotesis digunakan adalah analisis dan uji deskriptif. Hasil uji didapatkan melalui proses analisis data tahap satu terhadap tingkat pemahaman konsultan arsitekturmengenai kriteria rancangan Green Building dan hasil uji tahap dua diperoleh melalui hasil analisis data terhadap tingkat persetujuan dan penerapan mengenai kriteria rancangan Green Building.Dari proses penelitian yang dilakukan didapakan kesimpulan bahwa tingkat persetujuan dan tingkat penerapan sangat tergantung pada tingkat pemahaman kriteria rancangan Green Building dalam praktek profesi, untuk mewujudkanya dibutuhkan sosialisasi dan peningkatan kompetensi tenaga ahli konsultan arsitektur terhadap tolok ukur kriteria rancangan Green Building tahap desain (Design Recognition).Kata Kunci: Apresiasi, Konsultan Arsitektur, Greenship, Kriteria Rancangan Green Building 
KEKHASAN LOKAL KURIKULUM INTI PENDIDIKAN ARSITEKTUR BERBASIS KOMPETENSI Imran, Mohammad; Tiagas, Doly H.
RADIAL : Jurnal Peradaban Sains, Rekayasa dan Teknologi Vol. 6 No. 2 (2018): RADIAL: JuRnal PerADaban SaIns RekAyasan dan TeknoLogi
Publisher : Universitas Bina Taruna Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37971/radial.v6i2.171

Abstract

ABSTRAK Sistem pendidikan tinggi merupaka nsuatu proses yang memiliki empat tahapan pokok yaitu :masukan, proses, luaran, dan hasilikutan (outcomes). Kurikulum pendidikan bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang profesional dan berkualitas serta memiliki ciri utama sebagai implementasi terhadap aspek kekhasan lokal.Pendidikan arsitektur yang diselenggarakan pada perguruan tinggi dapat meliputi jenis dan jenjang penyelenggaraan pendidikan yang bersifat mendasar. Namun pada jenjang pendidikan kearsitekturan, keragaman kurikulum sangat penting untuk diangkat sebagai benang merah pendidikan arsitektur yang berbasis kompetensi sebagai tuntutan global.Di sampingitu, perubahankurikulum terjadi akibat adanya otonomi perguruan tinggi yang di jamin sesuai Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, yang member kelonggaran terhadap perguruan tinggi untu kmenentukan dan mengembangkan kurikulumnya.Hal ini juga penting untuk diungkapkan karena menyangkut ciri dan kekhasan lokal serta keunikan wilayah yang dapat diangkat menjadi bagian atau jiwa dari kurikulum inti pada penyelenggaraan pendidikan tinggiberada. Kata Kunci : kekhasan lokal, pendidikan arsitektur, kompetensi, kurikulum inti.
KEKHASAN LOKAL KURIKULUM INTI PENDIDIKAN ARSITEKTUR BERBASIS KOMPETENSI Imran, Mohammad; Tiagas, Doly H.
RADIAL : Jurnal Peradaban Sains, Rekayasa dan Teknologi Vol. 6 No. 2 (2018): RADIAL: JuRnal PerADaban SaIns RekAyasan dan TeknoLogi
Publisher : Universitas Bina Taruna Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (822.659 KB) | DOI: 10.37971/radial.v6i2.171

Abstract

ABSTRAK Sistem pendidikan tinggi merupaka nsuatu proses yang memiliki empat tahapan pokok yaitu :masukan, proses, luaran, dan hasilikutan (outcomes). Kurikulum pendidikan bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang profesional dan berkualitas serta memiliki ciri utama sebagai implementasi terhadap aspek kekhasan lokal.Pendidikan arsitektur yang diselenggarakan pada perguruan tinggi dapat meliputi jenis dan jenjang penyelenggaraan pendidikan yang bersifat mendasar. Namun pada jenjang pendidikan kearsitekturan, keragaman kurikulum sangat penting untuk diangkat sebagai benang merah pendidikan arsitektur yang berbasis kompetensi sebagai tuntutan global.Di sampingitu, perubahankurikulum terjadi akibat adanya otonomi perguruan tinggi yang di jamin sesuai Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, yang member kelonggaran terhadap perguruan tinggi untu kmenentukan dan mengembangkan kurikulumnya.Hal ini juga penting untuk diungkapkan karena menyangkut ciri dan kekhasan lokal serta keunikan wilayah yang dapat diangkat menjadi bagian atau jiwa dari kurikulum inti pada penyelenggaraan pendidikan tinggiberada. Kata Kunci : kekhasan lokal, pendidikan arsitektur, kompetensi, kurikulum inti.