Prasetyo, Syarif
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Penurunan Kepadatan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms) di Danau Rawapening dengan Memanfaatkannya sebagai Bahan Dasar Kompos Prasetyo, Syarif; Anggoro, Sutrisno; Soeprobowati, Tri Retnaningsih
Bioma : Berkala Ilmiah Biologi Vol. 23, No 1, Tahun 2021
Publisher : Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/bioma.23.1.57-62

Abstract

High sedimentation and the entry of organik and inorganik pollutants, especially P and N, have led to the eutrophication of Rawapening Lake waters. These conditions triggered an uncontrolled booming of water hyacinth aquatic weed (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms). The presence of water hyacinth triggers a significant loss of water compared to local weeds through evapotranspiration. The invasion of water hyacinth causes various problems, including depletion of water oxygen content which has an impact on decreasing fish production, damaging natural beauty, and also affecting public health. Many efforts to control water hyacinth in Rawapening Lake have been carried out both physically and by utilizing biological agents. One of the efforts to control the density of water hyacinth in Rawapening Lake is to use it as compost raw material. Water hyacinth contains various elements that are useful for making quality compost, including calcium (Ca), sodium (Na), potassium (K), iron (Fe), copper (Cu), and others. Water hyacinth root contains sulfates and phosphates, the leaves contain carotin and the flowers contain delphinidin-3-diglucosida. The various nutrients contained in water hyacinth make quality compost capable of meeting the nutritional needs of cultivated plants. This article aims to review the use of water hyacinth as a basic material for making compost which is useful for fertilizing agricultural cultivation activities
Ragam Metode Pengendalian Gulma Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solm) Di Danau Rawapening Jawa Tengah, Indonesia Prasetyo, Syarif
Bioma : Berkala Ilmiah Biologi Vol. 26, No 1, Tahun 2024
Publisher : Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/bioma.2024.54731

Abstract

AbstrakDanau Rawapening disorot mengalami penurunan kualitas lingkungan. Kondisi tersebut dapat dilihat dari semakin meluasnya invasi gulma eceng gondok yang meutupi permukaan air. Tumbuhan air dari Sungai Amazon yang masuk daftar 100 gulma paling invasif di dunia ini  memiliki kemampuan tumbuh pesat secara vegetatif dan generatif. Eceng gondok memicu percepatan penyusutan air pada danau melalui evapotranspirasi, menurunkan kadar oksigen terlarut yang berakibat pada hilangnya beragam spesies dan menurunnya produksi ikan. Pertumbuhan eceng gondok yang tak terkendali juga mengganggu navigasi kapal, merusak jaring nelayan, merusak turbin pembangkit listrik tenaga air, merusak pemandangan dan menjadi habitat bagi vektor penyakit. Kajian pustaka terkait metode pengendalian eceng gondok ini bertujuan untuk memberikan pilihan alternatif dalam mengatasi gulma invasif tersebut di Danau Rawapening. Semua metode dalam pengendalian eceng gondok memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing baik pengendalian secara fisik (mekanis), kimiawi maupun pemanfaatan agen biologis. Pengendalian secara fisik tidak memerlukan keahlian khusus untuk membersihkan eceng gondok dari perairan. Namun, eceng gondok yang dipotong dan tenggelam akan mempengaruhi kadar oksigen terlarut serta penyuburan (eutrofikasi) perairan sehingga dapat memicu ledakan pertumbuhan eceng gondok itu sendiri. Pengendalian secara kimiawi dapat menghemat biaya maupun tenaga dibandingkan secara fisik, terutama untuk penanganan invasi eceng gondok di perairan luas. Namun, pemakaian herbisida dalam pengendalian eceng gondok juga dapat memusnahkan tumbuhan non target yang dapat menimbulkan permasalahan ekologis secara luas. Pengendalian menggunakan agen biologis untuk mengurangi jumlah eceng gondok menjadi opsi yang dapat dipilih. Kelemahan pengendalian secara biologis adalah lamanya proses pembersihan dibandingkan dengan metode mekanis dan kimiawi, sehingga membuat seseorang menjadi eggan untuk mengaplikasikannya. Metode biologis relatif aman bagi kesehatan lingkungan perairan tetapi membutuhkan waktu Panjang sedangan metode mekanis dan kimiawi dapat diterapkan secara efektif dan efisien, tetapi berdampak negatif terhadap kondisi ekologi perairan.