Sindrom ketakutan kehilangan momen berharga di media sosial atau sering disebut dengan istilah Fear of Missing Out (FOMO) menjadi fenomena yang lazim terjadi di masyarakat. Mahasiswa yang seharusnya memiliki seperangkat pengetahuan tentang dampak baik dan buruk media sosial, justru tidak luput dari sindrom FOMO. Manfaat penelitian ini untuk memberikan literasi tentang new media dan pengambilan kebijakan new media untuk remaja khususnya mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengurai dua permaslahan pokok: Pertama, Bagimana persepsi mahasiswa UIN Sunan Kalijaga terhadap mahasiwa pengidap sindrom FOMO; Kedua, Bagaimana solusi yang mereka berikan terhadap mashasiswa pengidap FOMO. Menggunakan metode deskriptif kualitatif, data diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada subyek penelitian yang memenuhi dua kriteria: pernah memprogram mata kuliah yang berkaitan dengan new media dan pernah mengikuti seminar atau pelatihan literasi digital. Pemilihan subyek menggunakan teknik Purposive Sampling. Berdasarkan penelitian, diperoleh jawaban sebagai berikut: Pertama, persepsi mahasiwa UIN Sunan Kalijaga dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis: Persepsi Positif, karena memberikan motivasi untuk meningkatkan prestasi, sprortivitas dan produktivitas; serta dapat menghadirkan kepekaan sosial. Persepsi Negatif, Menghadirkan sikap hedonisme dan memaksakan kehendak; Mengaburkan identitas diri; Mengakibatkan terjadinya kesenjangan sosial. Kedua, solusi yang ditawarkan: Membedakan antara kebutuhan dan keinginan; mengetahui batas kemampuannya, serta melakukan social media detox. Temuan penelitian ini mempertegas padangan Irwanto, bahwa setelah individu berinteraksi dengan obyek yang dipersepsikan, ia akan menghasilkan dua kemungkinan persepsi yaitu positif dan negatif.