Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

POTENSI DAERAH RAWAN TANAH LONGSOR DI KECAMATAN PATUK, YOGYAKARTA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG) Aqwil Masithah, Reni; Handayani, Lily; Warsiyah, Warsiyah
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol 18, No 2 (2018)
Publisher : Institut Teknologi Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1235.442 KB) | DOI: 10.37412/jrl.v18i2.32

Abstract

Kecamatan Patuk termasuk salah satu Sub Zona Fisiografi Pegunungan Baturagung bersama Kecamatan Gedangsari, Ngawen dan Semin. Wilayah tersebut didominasi perbukitan-pergunungan, dengan ketinggian berkisar 200 - 700 m dan kelerengan berkisar 8 - kurang dari 40%. Di daerah Patuk ini juga terdapat formasi Geologi Nglanggeran, Wonosari, Sambipitu, Semilir, dan Nampol, sedangkan untuk jenis tanahnya mayoritas terdiri dari litosol, regosol dan grumusol yang relatif peka terhadap longsor. Curah hujan yang tinggi berkisar 2000-2500 mm/tahun membuat Kecamatan Patuk rawan terhadap terjadinya bencana longsor. Dengan dilakukan penelitian ini, akan diketahui persebaran dari risiko rawan longsor di Kecamatan Patuk dan usaha mitigasi yang dapat dilakukan.Pengumpulan data beberapa parameter melalui BAPPEDA tentang curah hujan, kondisi batuan, jenis tanah, penggunaan lahan dan kemiringan lereng. Selain itu juga dilakukan observasi secara langsung melalui fieldcheck. Data yang telah dikumpulkan lalu diolah melalui seperangkat komputer dengan software ArcGIS 10.3.Setelah dilakukan overlay dari kelima parameter maka didapatkan petadistribusi risiko bencana tanah longsor.  Analisis data hasil penelitian berupa peta rawan bencana tanah longsor akan dilakukan secara deskriptif.Wilayah dengan tingkat kerawanan tinggi terletak pada Desa Nglegi dengan luasan 5,94 km2, Desa Terbah dengan luasan 4,96 km2 dan Desa Ngoro oro dengan luasan 2,91 km2. Pada 3 desa tersebut diketahui memiliki kemiringanlereng tinggi yaitu lebih dari 45% dan curah hujan tinggi berkisar 2000-2500 mm/tahun. Jenis tanah Desa Nglegi berupa komplek regosol dan grumusol memiliki kepekaan terhadap longsor tinggi. Wilayah yang memiliki tingkat kerawanan rendah berada di Desa Bunder dengan luasan yaitu 5,29 km2, kemiringanlereng yang cukup landai dan banyaknya kebun di Desa Bunder membuatsebagian besar daerah desa tidak mudah mengalami bencana longsor. Wilayah dengan tingkat kerawanan sedang yang cukup luas  terletak pada Desa Nglanggeran dengan luasan 6,31 km2, Desa Semoyo dengan luasan 5,70 km2 dan Desa Putat dengan luasan 5,21 km2. Tindakan mitigasi yang dapat dilakukan yaitu dengan papan peringatan rawan bencana tanah longsor, penggunaan webbing jute dan slope reshapping.
Analisis Kinerja Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Medan Lubis, Putri Kemala Dewi; Handayani, Lily; Hidayah, Nurika Fahqna
Jurnal Sistem Informasi, Akuntansi dan Manajemen Vol. 3 No. 1 (2023): Sintama: Jurnal Sistem Informasi, Akuntansi dan Manajemen (Januari 2023)
Publisher : Asosiasi Dosen Akuntansi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54951/sintama.v3i1.449

Abstract

This study aims to evaluate the performance of the Medan city budget for the 2016-2020 period in terms of spending variance, shopping growth, shopping harmony, shopping efficiency and regional spending to GRDP. This research uses descriptive research with a case study approach because this research seeks to reveal cases, describe and then interpret them by utilizing data based on numbers. The results showed that the budget performance of the Medan City government was generally said to be good. This can be seen from (a) Shopping Variance with an average of 78%, (b) Shopping Growth with an average of 2%, (c) Expenditure Per function realized 92.69%, Operating Expenditure with an average of 39%, Capital Expenditure with an average of 27%, Direct Expenditure with an average of 81% and Indirect Expenditure with an average of 49%, Regional Expenditure Efficiency showing an average of below 100% which is 78%, and Expenditure on GRDP with an average of 3%.