Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

HUBUNGAN ANTARA SIKAP HIGIENE TIDUR DAN FAKTOR LAIN DENGAN ANGKA KEJADIAN INSOMNIA PADA SATUAN PENGAMANAN (SATPAM) DENGAN KERJA GILIR DI PT. X H, Intan Vindalia Dian Sari; Roestam, Ambar W.; Amir, Nurmiati
Majalah Kedokteran Indonesia Vol 68 No 1 (2018): Journal of the Indonesian Medical Association Majalah Kedokteran Indonesia Volum
Publisher : PENGURUS BESAR IKATAN DOKTER INDONESIA (PB IDI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Satpam dengan kerja gilir berisiko mengalami insomnia. Berdasarkan studi oleh Didi Purwanto tahun 2005 pada pekerja pabrik semen Citeureup?Bogor, prevalensi insomnia mencakup 48,1% pada pekerja gilir dan mencapai hampir dua kali lebih tinggi dibandingkan pekerja non gilir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi insomnia dan faktor?faktor yang meningkatkan risiko kejadian insomnia pada satpam dengan kerja gilir di PT. X. Metode: Desain penelitian menggunakan potong lintang yang dianalisis secara analitik, melibatkan 107 satpam dengan kerja gilir. Pengambilan data menggunakan beberapa kuesioner, yaitu kuesioner Sleep Hygiene Index, kuesioner Stress Diagnostic Survey, kuesioner Insomnia Rating Scale-KSPBJ, serta wawancara menggunakan instrumen MINI. Hasil: Prevalensi insomnia pada satpam dengan kerja gilir di PT. X adalah 81,9%. Hasil analisis statistik menunjukkan sikap higiene tidur buruk meningkatkan risiko terjadinya insomnia hampir 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan sikap higiene tidur baik (OR=9,820, 95%IK=1,185?81,413). Usia lebih tua, masa kerja lebih lama, pola kerja gilir iregular dan stres kerja sedang-tinggi tidak terbukti meningkatkan risiko kejadian insomnia pada satpam dengan kerja gilir (p>0,05). Diskusi: Saran bagi satpam yang menjalani kerja gilir yaitu dapat menerapkan sikap higiene tidur dengan baik. Bagi manajemen PT. X, disarankan penyuluhan berkala setiap tiga bulan sekali mengenai gangguan kesehatan akibat kerja gilir terutama insomnia dan evaluasi kesehatan pada satpam yang mengalami insomnia setiap satu hingga tiga bulan sekali.
Hubungan Antara Sikap Higiene Tidur dan Faktor Lain dengan Angka Kejadian Insomnia pada Satuan Pengamanan (Satpam) dengan Kerja Gilir di PT. X H, Intan Vindalia Dian Sari; Roestam, Ambar W.; Amir, Nurmiati
Majalah Kedokteran Indonesia Vol 68 No 1 (2018): Journal of The Indonesian Medical Association - Majalah Kedokteran Indonesia, Vo
Publisher : PENGURUS BESAR IKATAN DOKTER INDONESIA (PB IDI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47830/jinma-vol.68.1-2018-96

Abstract

Introduction : Securities who undergo work-shift, are at risk for insomnia. Based on study by Didi Purwanto at Citeureup-Bogor cement factory at 2005, prevalence of insomnia on shift workers is 48.1% and is almost twice higher than non-shift workers.The aim of this research is to know the prevalence of insomnia and to determine factors that increase the risk of insomnia on security with shift work at PT. X. Method : Design of this study is cross-sectional which involved 107 securities with shift. Data collection used several questionnaires, including Sleep Hygiene Index questionnaire, Stress Diagnostic Survey questionnaire, Insomnia Rating Scale-KSPBJ questionnaire, and interview using MINI instrument. The prevalence of insomnia on securities with shift work at PT.X is 81.9%. Result : The result showed that poor sleep hygiene behavior increased the risk of insomnia almost 10 times higher than good sleep hygiene behavior (OR=9.820, 95%CI=1.185-81.413). Olderage, longer working hours, irregular pattern of work shift, and medium-high stresses did not increase the risk of insomnia on securities with shift work (p > 0.05). Discussion : Suggestion to security who undergoes shift should implement good sleep hygiene. For PT.X management, counseling about the health problems caused by shift work, especially insomnia every three months and taking health evalu ation at security who have insomnia everyone to three months are recommended.