Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

POLA LUKA PADA KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS DI BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE TAHUN 2017 Kepel, Felicia R.; Kepel, Felicia R.; Mallo, Johannis F.
JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 11, No 1 (2019): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.11.1.2019.23207

Abstract

Abstract: Traffic accident is one of the main cause of death in Indonesia. In 2013 across South East Asia, Indonesia was the first rank with 26,416 traffic accidents. Accidents that occur can cause injuries from the minor injuries, disability, and even death. Every case of a traffic accident has a different pattern of injury. This study was aimed to obtain the pattern of injuries due to traffic accident based on gender, age, victim?s role before the occurence of a traffic accident, injury type, and wound location. This was a descriptive retrospective study using data of postmortem report (visum et repertum) of the traffic accidents victims. The results showed that majority of the traffic accident victims were 26-35 years (21.05%). Males were more common than females (78.9% vs 21.1%). Most of victim roles was as motorcyclist (78.95%). The most common type of wounds among traffic accident victims was blister mainly located on the extremity, meanwhile in car passangers, the most common type of wound was bruise mainly located on the head. Conclusion: The majority of trafic accident victims were males aged 26-35 years. Most wounds were blister in the extremity followed by bruise on the head.Keywords: pattern of wounds, traffic accident casesAbstrak: Kecelakaan lalu lintas (KLL) merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia. Pada tahun 2013 dalam tingkatan Asia Tenggara, Indonesia menduduki peringkat pertama dengan 26.416 jumlah kejadian KLL. Kecelakaan yang terjadi dapat menyebabkan luka-luka dari luka ringan hingga terjadinya kecacatan pada korban bahkan yang paling fatal dapat menyebabkan kematian. Setiap kasus kecelakaan lalu lintas menyebabkan adanya ada suatu pola luka yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pola luka pada kasus KLL berdasarkan jenis kelamin, usia, peran korban sebelum terjadi KLL, jenis luka, dan lokasi luka. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif dengan menggunakan data sekunder yang diambil dari visum et repertum (VeR) korban kecelakaan lalu lintas. Hasil penelitian mendapatkan mayoritas korban KLL berusia 26-35 tahun (21,05%). Korban berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan (78,9% vs 21,1%). Peran korban KLL terbanyak ialah pengemudi sepeda motor (78,95%). Pola luka terbanyak pada korban KLL baik penge-mudi sepeda motor, yang dibonceng, dan pejalan kaki ialah luka lecet terutama di ekstremitas, sedangkan pada penumpang mobil ialah luka memar terutama di kepala. Simpulan: Mayoritas KLL ialah laki-laki usia 26-35 tahun dengan pola luka terbanyak ialah luka lecet di ekstremitas diikuti oleh luka memar di kepala.Kata kunci: pola luka, kasus kecelakaan lalu lintas
POLA LUKA PADA KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS DI BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE TAHUN 2017 Kepel, Felicia R.; Kepel, Felicia R.; Mallo, Johannis F.
JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 11, No 1 (2019): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.11.1.2019.23207

Abstract

Abstract: Traffic accident is one of the main cause of death in Indonesia. In 2013 across South East Asia, Indonesia was the first rank with 26,416 traffic accidents. Accidents that occur can cause injuries from the minor injuries, disability, and even death. Every case of a traffic accident has a different pattern of injury. This study was aimed to obtain the pattern of injuries due to traffic accident based on gender, age, victim?s role before the occurence of a traffic accident, injury type, and wound location. This was a descriptive retrospective study using data of postmortem report (visum et repertum) of the traffic accidents victims. The results showed that majority of the traffic accident victims were 26-35 years (21.05%). Males were more common than females (78.9% vs 21.1%). Most of victim roles was as motorcyclist (78.95%). The most common type of wounds among traffic accident victims was blister mainly located on the extremity, meanwhile in car passangers, the most common type of wound was bruise mainly located on the head. Conclusion: The majority of trafic accident victims were males aged 26-35 years. Most wounds were blister in the extremity followed by bruise on the head.Keywords: pattern of wounds, traffic accident casesAbstrak: Kecelakaan lalu lintas (KLL) merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia. Pada tahun 2013 dalam tingkatan Asia Tenggara, Indonesia menduduki peringkat pertama dengan 26.416 jumlah kejadian KLL. Kecelakaan yang terjadi dapat menyebabkan luka-luka dari luka ringan hingga terjadinya kecacatan pada korban bahkan yang paling fatal dapat menyebabkan kematian. Setiap kasus kecelakaan lalu lintas menyebabkan adanya ada suatu pola luka yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pola luka pada kasus KLL berdasarkan jenis kelamin, usia, peran korban sebelum terjadi KLL, jenis luka, dan lokasi luka. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif dengan menggunakan data sekunder yang diambil dari visum et repertum (VeR) korban kecelakaan lalu lintas. Hasil penelitian mendapatkan mayoritas korban KLL berusia 26-35 tahun (21,05%). Korban berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan (78,9% vs 21,1%). Peran korban KLL terbanyak ialah pengemudi sepeda motor (78,95%). Pola luka terbanyak pada korban KLL baik penge-mudi sepeda motor, yang dibonceng, dan pejalan kaki ialah luka lecet terutama di ekstremitas, sedangkan pada penumpang mobil ialah luka memar terutama di kepala. Simpulan: Mayoritas KLL ialah laki-laki usia 26-35 tahun dengan pola luka terbanyak ialah luka lecet di ekstremitas diikuti oleh luka memar di kepala.Kata kunci: pola luka, kasus kecelakaan lalu lintas
Fraktur geriatrik Kepel, Felicia R.; Lengkong, Andreissanto C.
e-CliniC Vol 8, No 2 (2020): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.8.2.2020.30179

Abstract

Abstract: Elderly have higher risk for fractures due to aging process which causes decreased bone density and quality. Inferior trunk fractures are the most common fractures in the elderly group, namely fractures of the hip, pelvis, lower vertebrae, and ankle. Geriatric fractures can be caused by high and low impact mechanisms. Low impact fractures most often occur due to osteoporosis associated with a mechanism of fall. Changes in musculoskeletal system are decreased muscle mass as well as bone density and quality that lead to osteoporosis. The diagnosis of fracture is based on history, physical examination, and supporting investigations. Treatment of geriatric fractures needs to be carried out by a team of doctors consisting of orthopedic doctors and geriatric doctors. Good communication and appropriate therapy plans need to be prepared thoroughly to achieve proper treatment in handling geriatric patients, therefore, the quality of life can be improved and disabilities can be prevented.Keywords: geriatric fracture Abstrak: Kelompok lanjut usia (lansia) memiliki risiko tinggi untuk terjadinya fraktur akibat proses penuaan yang menyebabkan penurunan kepadatan dan kualitas tulang. Fraktur trunkus inferior merupakan fraktur paling umum pada kelompok lansia yaitu fraktur pinggul, panggul, vertebra bagian bawah, dan pergelangan kaki. Fraktur geriatrik dapat disebabkan oleh mekanisme high impact maupun low impact. Fraktur low impact paling sering terjadi disebabkan oleh karena keadaan osteoporosis disertai dengan mekanisme jatuh. Perubahan yang dapat terjadi pada muskuloskeletal yaitu penurunan massa otot serta penurunan kepadatan dan kualitas tulang yang menyebabkan terjadinya osteoporosis. Diagnosis fraktur ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Penanganan fraktur pada lansia perlu dilakukan oleh tim dokter yang terdiri dari dokter ortopedik dan dokter geriatrik. Komunikasi yang baik dan rencana terapi yang tepat perlu dipersiapkan agar pasien lansia dapat ditangani dengan baik sehingga dapat memperbaiki quality of life dan mencegah disabilitas.Kata kunci: fraktur geriatrik