Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Hubungan panjang telapak kaki dengan tinggi badan untuk identifikasi forensik Tomuka, Jinov; Siwu, James; Mallo, Johannis F.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.12109

Abstract

Abstract: Forensic identification is a method to provide assistance for investigators in personal identification which is very important in court. Forensic anthropology is a branch of physical anthropology that assists medical forensic practice by focusing on individual biological profile asessment and reconstruction by using anthropometry. Body height is a parameter of human growth and health. In forensic anthropology, height is also a main biological profile in identification. Foot length can be used to determine body height since there is a correlation between these two biological profiles. This study aimed to obtain the relationship between foot length and body height. This was a quantitative analytical study. Subjects were students of batch 2012 of Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi Manado, aged >21 years. The results showed that there was a positive correlation (r= 0.539) with a probablity value of 0.000. Conclusion: There was a significant positive correlation between foot length and height. Keywords: forensic identification, forensic anthropology, anthropometry Abstrak: Identifikasi forensik merupakan upaya yang bertujuan membantu penyidik dalam menentukan identitas seseorang yang sangat penting dalam peradilan. Sebagai salah satu cabang antropologi khususnya antropologi ragawi, peran antropologi forensik didasarkan pada kemampuan pemeriksaan antropologis untuk menilai dan merekonstruksi gambaran biologis individu manusia; salah satu cara identifikasi ialah dengan antropometri. Tinggi badan merupakan suatu parameter dari pertumbuhan dan kesehatan manusia. Tinggi badan juga merupakan salah satu ciri utama untuk proses indentifikasi. Bagian tubuh yang dapat menunjang pengukuran tinggi badan yaitu panjang telapak kaki karena tinggi badan dan panjang telapak kaki mempunyai hubungan yang berbanding lurus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara panjang telapak kaki dan tinggi badan. Jenis penelitian ini kuantitatif analitik. Subyek penelitian ialah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado angkatan 2012 yang berusia >21 tahun. Penelitian ini dilakukan di Manado pada bulan Oktober-Desember 2015. Hasil penelitian mendapatkan korelasi positif antara kedua variabel dengan nilai koefisien r = 0,539 yang menunjukkan bahwa kedua variabel berhubungan positif. Terdapat hubungan bermakna antar kedua variabel penelitian dengan nilai P = 0,000. Simpulan: Terdapat hubungan positif bermakna antara panjang telapak kaki dan tingggi badan.Kata kunci: identifikasi forensik, antropologi forensik, antropometri
PREVALENSI VISUM ET REPERTUM ORANG HIDUP PADA KECELAKAAN LALU LINTAS DI INSTALASI GAWAT DARURAT BLU RSUP PROF. DR. R. D.KANDOU MANADO PERIODE TAHUN 2013 Sondakh, Septyano; Siwu, James F.; Mallo, Johannis F.
e-CliniC Vol 3, No 1 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.3.1.2015.7824

Abstract

Abstract: In Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital, the incidence of clinical forensic cases of living people mainly caused by traffic accidents increases sharply along with the increasing number of visum et repertum (VeR) requests. This study aimed to determine the prevalence VeR of living people with traffic accidents during 2013. Secondary data were obtained from January to December 2013 at the the emergency unit of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital. This was a descriptive and retrospective study. Data contained the characteristics of patients, including: sex, age, and cause of the accident. The result showed that during the year 2013 the prevalence of living people VeR caused by traffic accidents was the highest in April (11.57%), dominated by males (80.55%), the age group of 15 -24 years old (37.79%), with the cause of accident injured driver due traffic accident (60.54%).Keywords: prevalence, living people VeR, traffic accidentAbstrak: Di Badan Layanan Umum (BLU) Rumah sakit Prof. Dr. R. D. Kandou Bagian Instalasi Gawat Darurat (IGD), angka kejadian kasus forensik klinik (Orang hidup) terutama yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas (KLL) meningkat tajam seiring dengan semakin banyaknya permintaan visum et repertum (VeR). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka prevalensi VeR orang hidup yang disebabkan oleh KLL selama tahun 2013 melalui data sekunder di IGD BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou, yang dilihat dari karakteristik jenis kelamin, umur, dan jenis penyebab kecelakaan. Penelitian ini bersifat retrospektif deskriptif. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa selama tahun 2013 mulai bulan Januari sampai Desember angka prevalensi VeR orang hidup yang disebabkan oleh KLL tertinggi pada bulan April (11,57%) yang didominasi oleh laki-laki (80,55%) dengan umur terbanyak pada interval 15-24 tahun (37,79%) dengan jenis penyebab kecelakaan terbanyak ditemukan driver injured in traffic accident (60,54%).Kata kunci: prevalensi, visum et repertum orang hidup, KLL
POLA LUKA PADA KEMATIAN AKIBAT PANAH WAYER DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI SAMPAI OKTOBER 2014 Kobstan, Jaysen; Mallo, Johannis F.; Tomuka, Djemi
e-CliniC Vol 3, No 2 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i2.8381

Abstract

Abstract: Panah wayer (a kind of arrow) has become a troubling incident for the citizen of Manado City. People are afraid to do activities outside, especially at night. Wound that caused by this arrow often leads to death if it is punctured into a vital part of the body. However, there are also surviving victims. This study aimed to obtain the pattern of injuries in dead victims caused by this panah wayer. This was a descriptive and retrospective study using visum et repertum as pimary data. The results showed that injuries caused by panah wayer had diverse sizes and depths, depend on the kinetic energy of the arrow itself and the potential energy of the sling itself. Injuries that caused by panah wayer look like a penetrating wound and the hook-like structure at its tip made this arrow hard to repeal and if it is pulled out forcefully a wider rupture at the area of injury can occur.Keywords: pattern of injury, panah wayerAbstrak: Panah wayer telah meresahkan warga kota Manado dan mengakibatkan ketakutan untuk beraktifitas di luar rumah, terutama di malam hari. Luka akibat panah wayer umumnya mengarah pada kematian bila tertusuk di daerah-daerah tertentu pada bagian tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pola luka pada kematian akibat panah wayer. Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif dengan meggunakan visum et repertum sebagai data primer. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa luka akibat panah wayer memiliki ukuran dan kedalaman luka yang beragam berdasarkan energi kinetik dari panah wayer itu sendiri dan energi potensial dari pelontar. Luka yang disebabkan panah wayer memiliki bentuk seperti luka tusuk dan struktur seperti pengait yang terdapat di bagian ujung panah wayer meyebabkan panah wayer sulit untuk dicabut dan jika dicabut secara paksa akan menimbulkan robekan yang lebih besar pada daerah luka.Kata kunci: pola luka, panah wayer
EFEKTIFITAS EKSHUMASI DALAM MEMPERKIRAKAN SAAT MATI DI BAGIAN ILMU FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FK UNSRAT BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU Kojo, Nancy; Siwu, James; Mallo, Johannis F.
e-CliniC Vol 3, No 2 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.3.2.2015.8435

Abstract

Abstract: Determination of time of death is very important in criminal or civil cases. Exhumation is demolition of grave or autopsy which is conducted for justice by the authorities and stakeholders and the corpse is subsequently examined by a forensic expert. It is expected that there will be some clues to reveal the time and cause of death. This study aimed to determine the effectiveness of exhumation by using the time span ratio of deaths according to the autopsy report and deaths according to the results of the examination after exhumation. This was a retrospective descriptive study with a cross-sectional design using secondary data in the Forensic Medicine and Medicolegal Department, Prof Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. There were 13 cases of exhumation from October untul December 2014, with a percentage of 46% effective and ineffective 54%. From the 7 ineffective cases, 3 cases with undetermined time of death because they were preserved. Four cases had the comparison between the letter of request and the results of the examination. The other 6 cases had accuracy of effective. Conclusion: Exhumation cases became ineffective due to the lack of cases found and preservation of the corpses.Keywords: time of death, exhumationAbstrak: Menentukan saat kematian penting dilakukan baik pada kasus kriminal atau sipil. Ekshumasi adalah penggalian mayat atau pembongkaran kubur yang dilakukan demi keadilan oleh yang berwenang dan berkepentingan dimana selanjutnya mayat tersebut diperiksa secara ilmu kedokteran forensik. Dari hasil ekshumasi dapat dilihat temuan pemeriksaan pada mayat yang dapat menentukan atau memperkirakan lama kematian dan penyebab kematian. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektif atau tidaknya ekshumasi dilihat dari perbandingan rentang waktu lama kematian menurut permintaan visum dan lama kematian menurut hasil pemeriksaan setelah ekshumasi. Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif dengan pendekatan potong lintang. Data sekunder diperoleh di Bagian Forensik dan Medikolegal FK Unsrat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado bulan Oktober ? Desember 2014. Kasus ekshumasi yang didapat sejumlah 13 kasus: 46% efektif dan 54% tidak efektif. Dari 7 kasus yang tidak efektif, 3 kasus tidak dapat ditentukan lama kematian menurut hasil pemeriksaan karena telah diawetkan terlebih dahulu dan 4 kasus mempunyai perbandingan hari antara surat permintaan dan hasil pemeriksaan. Enam kasus lainnya mempunyai ketepatan atau efektif. Simpulan: Pada penelitian ini, sebagian kasus ekshumasi tidak efektif karena minimnya kasus yang ditemukan dan sebagian kasus sudah dilakukan pengawetan.Kata kunci: saat kematian, ekshumasi
Identifikasi tinggi badan melalui pengukuran panjang lengan bawah Korah, Tychara; Siwu, James F.; Mallo, Johannis F.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.12114

Abstract

Abstract: Forensic identification is the effort aimed to determine a person's identity post mortem. Height is needed in the identification process. There are formulas that that can be used in determining the height by measuring the length of certain bones. This study aimed to determine whether there was a significant relationship between height and length of forearm which is still wrapped by muscles and skin. This was a quantitative analytical study. Respondents were 50 alive individuals consisted of males and females who lived in Manado. The Pearson Correlation test showed a significant relationship between height and length of the forearm with a value of r=0.897. The more the length of the forearm, the more the height. Keywords: height, forearm length Abstrak: Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik menentukan identitas seseorang untuk kepentingan visum et repertum (VeR). Tinggi badan merupakan salah satu hal yang dibutuhkan dalam proses identifikasi. Terdapat formula/rumus yang dikemukakan beberapa ahli untuk menentukan tinggi badan melalui pengukuran panjang beberapa tulang tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang bermakna antara tinggi badan dengan panjang lengan bawah yang masih terbungkus oleh jaringan otot dan kulit dalam keadaan utuh. jenis penelitian ini kuantitatif analitik yang dilakukan terhadap laki-laki dan perempuan yang masih hidup khususnya yang ada di Manado. Jumlah keseluruhan responden sebanyak 50 orang. Hasil uji Pearson correlation memperlihatkan adanya hubungan bermakna antara tinggi badan dan panjang lengan bawah, dengan nilai r = 0,897. Semakin bertambahnya panjang lengan bawah, akan diikuti dengan semakin bertambahnya tinggi badan.Kata kunci: tinggi badan, panjang lengan bawah
Kematian akibat pembunuhan di Kota Manado yang masuk Bagian Forensik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2014 Liempepas, Virginia F.; Mallo, Johannis F.; Mallo, Nola T. S.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.1.2016.10836

Abstract

Abstract: Death caused by murder is an unnatural death case, violates the human right, and should be more concerned by many people. WHO listed 475.000 homicides that occured in 2012 around the world. This study aimed to determine the profile of murder victims at Manado city in 2014 and to get data of homicides that handled by forensic department of RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado in 2014. This was a descriptive retrospective study. Data were obtained retrospectively from the Forensic Department of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital, urban and rural Police Station in Manado city. The results showed that the murdered cases that occured at Manado city in 2014 were 27 cases. The 17 cases listed were autopsied by the Forensic Department meanwhile the 10 cases were not. The most victims were adolescent’s aged 12-25 years, 14 cases, 25 of 27 victims are male. Most of the cases were caused by sharp force violence as many as 18 cases. Conclusion: There were 27 murder cases listed that occured at Manado in 2014. 17 cases autopsied and the rest were not. The most victims were adolescent, male and caused by sharp force violence.Keywords: murder, forensic, manadoAbstrak: Kasus kematian akibat pembunuhan merupakan suatu kasus kematian tidak wajar, pelanggaran HAM dan sudah sepatutnya menjadi perhatian banyak pihak. WHO mencatat terjadi 475.000 kasus pembunuhan di dunia tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil korban kejahatan pembunuhan di kota Manado tahun 2014 dan untuk mendapatkan data kasus pembunuhan yang masuk di bagian forensik RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2014. Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif dengan melakukan peninjauan data yang diambil secara retrospektif di bagian forensik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Malalayang, Polres dan Polsek Manado. Hasil penelitian memperlihatkan tercatat kasus pembunuhan yang terjadi di Manado selang tahun 2014 sebanyak 27 kasus. 17 kasus di autopsi di bagian forensik, sementara 10 lainnya tidak. Korban terbanyak ada pada kelompok usia remaja (12-25 tahun) 14 kasus, 25 dari 27 korban berjenis kelamin laki-laki. Dan untuk sebab kematian, didapatkan sebab kematian terbanyak 18 kasus pembunuhan dengan kekerasan tajam. Simpulan: Tercatat 27 kasus pembunuhan yang terjadi di kota Manado selama tahun 2014. Tujuh belas kasus dilakukan autopsi dan 10 lainnya tidak. Kelompok usia remaja dan jenis kelamin laki-laki lebih beresiko tinggi menjadi korban pembunuhan dan dengan sebab kematian akibat kekerasan tajam.Kata kunci: pembunuhan, forensik, Manado
Motilitas spermatozoa pasca ejakulasi terkait kepentingan forensik pasca tindak kekerasan seksual Rondonuwu, Hermanus; Mallo, Johannis F.; Kristanto, Erwin G.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.1.2016.12116

Abstract

Abstract: The increasing number of sexual violence against women results in increasing number of requests from victims to prove that the sexual violence had occured. One of the examinations that is commonly used is sperm motility. This study aimed to determine the duration of spermatozoa motility post-ejaculation related to forensic importance. The results showed that there were as many as 30 samples of sperm after ejaculation. Microscopically, at the third hour it was clearly observed that half of the samples (50%) did not show any motility at room temperature. At the fourth hour, only 13% of samples (4 out of 30 samples) still showed spermatozoa motility. At the fifth till the eight hours all sperm samples did not show any spermatozoa motility. Conclusion: About 50% of spermatozoa could maintain their motility until 3 hours and a small part of them still showed motility until 4 hours at room temperature.Keywords: sperm motility, post ejaculation, sexual violence, forensic analysis. Abstrak: Semakin maraknya jumlah kekerasan seksual yang terjadi terhadap wanita maka semakin bertambah pula jumlah permintaan dari para korban untuk melakukan pemeriksaan guna membuktikan bahwa benar telah terjadinya kekerasan seksual. Salah satu jenis pemeriksaan yang sering digunakan ialah pemeriksaan motilitas spermatozoa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lamanya motilitas spermatozoa pasca ejakulasi terkait kepentingan analisis forensik. Hasil penelitian melibatkan 30 sampel sperma pasca ejakulasi. Dari hasil pemeriksaan diperoleh bahwa pada jam ke-3 sangat jelas terlihat setengah (50%) dari sampel yang ada sudah tidak menunjukkan kemampuan motilitas lagi dalam suhu kamar. Pada jam ke-4 jumlah sampel sperma yang masih motil hanya tersisa 13% (4 dari 30 sampel), sedangkan pada jam ke-5 hingga jam ke-8, keseluruhan sampel sperma sudah tidak motil lagi. Simpulan: Sekitar 50% spermatozoa mampu mempertahankan motilitas selama 3 jam, dan hanya sebagian kecil spermatozoa yang mampu mempertahankan motilitasnya maksimal selama 4 jam dalam suhu kamar. Kata kunci: motilitas spermatozoa, pasca ejakulasi, kekerasan seksual
POLA LUKA PADA KEMATIAN AKIBAT KEKERASAN TAJAM DI BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE 2013 Nerchan, Erlando; Mallo, Johannis F.; Mallo, Nola T. S.
e-CliniC Vol 3, No 2 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i2.8383

Abstract

Abstract: Wounds caused by a sharp trauma is an injury caused by sharp or pointed edged instruments. There are three types of wounds: stabbed, sliced, and chopped. This study aimed to determine the pattern of injuries in dead cases due to sharp trauma at the Department of Forensic Medicine and Medicolegal Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. This was a descriptive retrospective study using the results of visum et repertum. The results showed that the percentages of wounds leading to the death were: 89% stabbed wounds, 5% sliced wounds, and 6% chopped wounds. Most victims were at the age group of 20-30 years, followed by the age group of 30-40 years, 40-50 years, and 50-60 years.Keywords: wound patterns, sharp violenceAbstrak: Luka akibat kekerasan tajam adalah kelainan pada tubuh yang disebabkan karena tertusuk atau tergores dengan benda atau alat yang bermata tajam atau berujung runcing. Luka akibat kekerasan tajam terbagi atas tiga, yakni luka tusuk, luka iris dan luka bacok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola luka pada kematian akibat kekerasan tajam di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif dengan mengambil data sekunder dari hasil visum et repertum. Dari hasil penelitian dapat diperoleh persentase luka yang menyebabkan kematian yakni: luka tusuk 89%, luka iris 5%, dan luka bacok 6%. Distribusi umur korban kematian umumnya dari kalangan muda 20-30 tahun, diikuti oleh kelompok umur 30-40 tahun, umur 40-50 tahun, dan umur 50-60 tahun.Kata kunci: pola luka, kekerasan tajam
Gambaran Kasus Luka Tembak di Kota Manado Pabur, Margareta; Tomuka, Djemi; Mallo, Johannis F.
Jurnal Biomedik : JBM Vol 10, No 3 (2018): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.10.3.2018.21986

Abstract

Abstract: Death and severe injury caused by firearm become an important concern worldwide. The increasing crime actions result in the increased use of firearms. In Manado, data of cases of vulnus sclopetorum (injuries or wound caused by the use of firearm) have not been well organized. This study was aimed to obtain the profile of vulnus sclopetorum in Manado. This was a descriptive retrospective study using data of vulnus sclopetorum stated in visum et repertum in Forensic Medicine and Medicolegal Department of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital, Bhayangkara Hospital, and Manado Police Department from January 2013 to December 2017. The results showed that there were 11 cases of vulnus sclopetorum. All cases were males, mostly in productive age, and the type of wound was infiltrated vulnus sclopetorum.Keywords: vulnus sclopetorum, firearmAbstrak: Kematian dan atau luka berat yang diakibatkan oleh penggunaan senjata api telah menjadi salah satu masalah global. Tingkat kejahatan yang semakin meningkat menyebabkan penggunaan senjata api sebagai alat untuk melukai seseorang makin bertambah. Di Kota Manado sendiri, data mengenai kasus luka tembak (vulnus sclopetorum) belum terorganisir dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran luka tembak di Kota Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif. Dari hasil pengumpulan data kasus luka tembak di Kota Manado selama periode Januari 2013-Desember 2017 melalui penelusuran Visum et Repertum pada kasus luka tembak di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Medikolegal RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, RS Bhayangkara Manado, dan Kepolisian Resor Kota Manado tercatat 11 kasus luka tembak yang terjadi di Kota Manado. Secara keseluruhan kasus luka tembak terjadi pada laki-laki, didominasi oleh usia produktif, dengan gambaran luka tembak masuk.Kata kunci: luka tembak, senjata api
MANFAAT HELM DALAM MENCEGAH KEMATIAN AKIBAT CEDERA KEPALA PADA KECELAKAAN LALU LINTAS Antou, Stefie W.; Siwu, James F.; Mallo, Johannis F.
JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 5, No 1 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.5.1.2013.2603

Abstract

Abstract: Nowadays, the occurence of traffic accidents is not uncommon, especially among two-wheeled-vehicle riders. There are four causes of traffic accidents: human being, vehicle, road, and environment. From the human factor, the main cause is the riders’ disregard for traffic rules and traffic signs. The most common cause of deaths is head injuries due to not wearing a helmet or wearing a non-standardized helmet. In addition to the mis-use of helmets, related head injuries should be accurately identified from the aspects of causes and types of injuries. This will also affect management and prevention. It is suggested the benefit of helmets and the impacts of head injuries be made known. Keywords: helmet, head injuries, traffic accidents.     Abstrak: Dewasa ini kecelakaan lalu lintas (KLL) merupakan peristiwa yang sudah tidak jarang terjadi, terutama pada pengendara kendaraan bermotor roda dua. Penyebab KLL disebabkan oleh empat faktor utama yaitu: faktor manusia, kendaraan, jalan, dan lingkungan. Faktor manusia yang tersering ialah para pengendara yang tidak mematuhi peraturan dan rambu-rambu lalu lintas. Penyebab terbanyak kematian akibat KLL ialah cedera kepala yang diakibatkan pengendara tidak memakai helm atau memakai helm yang tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia. Selain penggunaan helm, pengetahuan terhadap bahaya cedera kepala harus dipahami lebih jelas dari sisi penyebab, jenis cedera kepala, penatalaksanaan, dan pecegahannya. Disarankan untuk mengadakan penyuluhan mengenai manfaat helm dan bahaya cedera kepala. Kata kunci: helm, cedera kepala, kecelakaan lalu lintas.