Budi daya perikanan darat merupakan salah satu bentuk upaya meningkatkan produksi perikanan agar masyarakat tidak hanya bergantung pada perikanan tangkap. Menurunnya hasil tangkapan nelayan dapat diatasi dengan optimasi perikanan darat. Akibat penurunan stok ikan ini, maka permintaan pasar terhadap ikan akan tidak seimbang karena permintaan pasar tinggi, sedangkan stok ikan menurun. Selain itu, ikan merupakan sumber protein yang sangat tinggi. Penurunan stok ikan ini dapat diatasi dengan cara pengoptimalan budi daya darat, sehingga kebutuhan pasar dapat tercukupi. Kabupaten Banyuwangi telah mengembangkan budi daya perikanan darat untuk komoditas lele, sidat, mas, nila, bawal, patin, tawes, gurame, dan mujair. Pengumpulan data menggunakan analisis optimasi linear programming dan Focus Group Discussion (FGD) dengan para pembudi daya ikan. Hasil penelitian adalah model pemrograman linear dan nilai optimal masing-masing komoditas budi daya. Komoditas budi daya terdiri dari produksi lele 5.900.400 kg, sidat 313.042 kg, mas 280.141 kg, nila 270.941 kg, bawal 117.500 kg, patin 53.000 kg, tawes 29.061, gurame 18.444 kg, dan mujair 18.000 kg. Profit maksimum dari kegiatan budi daya yang direncanakan sebesar Rp3.188.690.000,00. Adapun alternatif strategi optimasi perikanan darat dengan cara (1) peningkatan keahlian dan teknologi masyarakat untuk mengembangkan budi daya perikanan darat; (2) agrowisata perikanan; (3) mengoptimalkan komoditi unggulan; serta (4) integrasi kepentingan yang melibatkan masyarakat pembudi daya dan pemerintah.Title: Optimization Model of Inland Fisheries as an Anticipation of Decreasing Fish Stocks In Banyuwangi RegencyAquaculture of inland fisheries is one form of effort to increase fisheries production so that people do not only depend on capture fisheries. The decline in fishermen's catches is a problem that arose after the pandemic in Banyuwangi Regency. Because of this decrease in fish stocks, the market demand for fish will be unbalanced, where market demand is high, while fish stocks decrease. In addition, fish is a very high source of protein. This decline in fish stocks can be overcome by optimizing inland aquaculture, so that market needs can be met. Banyuwangi Regency has developed inland aquaculture for catfish, eel, goldfish, tilapia, pomfret, catfish, tawes, carp, and tilapia. Data collection using linear programming optimization analysis and Focus Group Discussion (FGD) with fish farmers. The result of the research is a linear programming model and the optimal value of each aquaculture commodity. The farming production commodities consist of catfish 5,900,400 kg, eel 313,042 kg, carp 280,141 kg, tilapia 270,941 kg, pomfret 117,500 kg, catfish 53,000 kg, tawes 29,061, carp 18,444 kg and tilapia 18,000 kg. The maximum profit from the planned aquaculture activities is IDR3,188,690,000.00. The alternative strategy for inland fisheries optimization is by (1) increasing community skills and technology to develop inland fisheries cultivation; (2) fisheries agro-tourism; (3) optimizing superior commodities; and (4) integration of interests involving the cultivator community and the government.