Pembelajaran pendidikan Agama Islam pada materi munakahat sering kali menghadapi kendala rendahnya keterlibatan belajar siswa, sehingga pemahaman konsep menjadi rendah, hal ini juga ditemukan pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Panji Situbondo berdasarkan penelitian awal. Salah satu strategi inovatif untuk meningkatkan partisipasi siswa adalah penggunaan model pembelajaran role playing yang memberikan pengalaman belajar melalui simulasi peran. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus terhadap 33 siswa kelas XII SMA Negeri 1 Panji Situbondo. Setiap siklus meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data dikumpulkan melalui tes hasil belajar (pre-test dan post-test), observasi aktivitas siswa, dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kuantitatif dan kualitatif, serta diuji validitas data melalui triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan signifikan pada hasil belajar siswa, dengan siswa yang menyelesaikan materi (kriteria ketuntasan sebesar 70) adalah 10 orang (30,3%) pada pra siklus, menjadi 12 siswa (36%) pada siklus I, dan akhirnya mencapai 27 siswa (81,8%) pada siklus II. Aktivitas dan partisipasi siswa juga meningkat berdasarkan data kualitatif, ditandai dengan keterlibatan aktif dalam diskusi, keberanian bertanya, dan kolaborasi dalam kelompok. Dengan demikian dapat disimpulkan model pembelajaran role playing efektif meningkatkan hasil belajar siswa pada materi munakahat. Penelitian ini merekomendasikan penggunaan model pembelajaran ini secara lebih luas untuk menciptakan pembelajaran yang interaktif dan bermakna. The teaching of Islamic Religious Education, particularly on the topic of munakahat (marriage in Islamic jurisprudence), often encounters challenges due to students’ low level of engagement, resulting in limited conceptual understanding. A preliminary study conducted with twelfth-grade students at SMA Negeri 1 Panji Situbondo revealed similar issues. To address this, an innovative strategy proposed was the application of a role-playing learning model, which provides experiential learning through simulated roles. This study employed a classroom action research approach implemented in two cycles involving 33 students of Grade XII. Each cycle consisted of planning, implementation, observation, and reflection. Data were collected through learning achievement tests (pre-test and post-test), student activity observations, and interviews. Data analysis utilized both quantitative and qualitative descriptive techniques, with data validity ensured through triangulation. The findings indicated a significant improvement in students’ learning outcomes: the number of students who met the minimum mastery criterion (score ≥ 70) increased from 10 students (30.3%) in the pre-cycle to 12 students (33.3%) in the first cycle, and eventually to 26 students (78.7%) in the second cycle. Qualitative data also demonstrated a substantial increase in student activity and participation, as evidenced by active engagement in discussions, willingness to ask questions, and collaboration within groups. It can thus be concluded that the role-playing learning model is effective in enhancing students’ learning outcomes in munakahat. The study recommends wider implementation of this model to foster more interactive and meaningful learning experiences.