Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KECAMATAN AIRMADIDI DAN KECAMATAN KALAWAT KABUPATEN MINAHASA UTARA Laipi, Cornelia Inri; Rondonuwu, Dwight; Mononimbar, Windy
SPASIAL Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pariwisata yang merupakan industri besar yang dapat berkontribusi untuk meningkatkan pendapatan daerah maupun Negara. Hal telsebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan potensi-potensi wisata dan pengembangan fasilitas infrastrukturnya. Daerah yang memiliki potensi wisata seperti Kecamatan Airmadidi dan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara harus dikembangkan dan dimanfaatkan agar terlihat signifikan bagi para wisatawan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi potensi-potensi wisata, dan menganalisis strategi pengembangan pariwisata. Metode penelitian ini dilakukan dengan random sampling dan  analisis SWOT yang mengacu pada teori pariwisata yaitu 3A (Atraksi, Aksesibilitas dan Amenitas/Fasilitas). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa potensi-potensi pariwisata yang ada Kecamatan Airmadidi dan Kecamatan Kalawat cukup beragam, terdiri dari daya tarik wisata alam, budaya dan buatan, seperti Gunung Klabat, Arung Jeram Sawangan, peninggalan warisan budaya Waruga, Mata Air Tumatenden, Goa Jepang, Monumen Walanda Maramis, River Park Sawangan, Raewaya Hills, Hutan Kota Kuwil, Hutan Kota Kenangan, dan Kaki Dian. Namun pengelolaan pada sejumlah lokasi wisata tersebut kurang baik misalnya fasilitas yang belum ada seperti toilet, tempat sampah, akses jalan yang masih berbatu dan berlubang serta belum adanya transportasi yang dikhususkan untuk ke lokasi wisata. Melalui analisis SWOT yang dilakukan maka dapat dirumuskan strategi pengembangan pariwisata di Kecamatan Airmadidi dan Kecamatan Kalawat, yakni membangun infrastruktur pendukung pariwisata dengan pengawasan dan pemeliharaan terhadap fasilitas-fasilitas wisata yang sudah tersedia, peningkatkan kerjasama dengan pihak investor untuk mengembangkan potensi –potensi wisata yang ada di Kecamatan Airmadidi dan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara.Kata Kunci : Strategi Pengembangan, Pariwisata, Analisis SWOT, Minahasa Utara
Faktor - Faktor Kekumuhan Di Kawasan Permukiman Perkotaan Amurang – Tumpaan: Slum Factors In Amurang-Tumpaan Urban Settlement Area Rorimpandey, Magdalena C.; Sela, Rieneke L.E.; Rondonuwu, Dwight
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 11 No. 2 (2022): SABUA : JURNAL LINGKUNGAN BINAAN DAN ARSITEKTUR
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/sabua.v11i2.45977

Abstract

Abstrak Akibat semakin pesatnya pertumbuhan penduduk berdampak pada aspek kehidupan, terutama mengenai permukiman. Surat keputusan Bupati Kabupaten Minahasa Selatan Nomor 217 tahun 2015 tentang penetapan lokasi kawasan permukiman kumuh terdapat 23 lokasi kawasan permukiman kumuh yang tersebar di 9 wilayah kecamatan. Berdasarkan arahan pelaksanaan RKP-KP tahun 2015, lokasi penanganan permukiman kumuh perkotaan akan mengacu pada kawasan kumuh yang berada di kawasan perkotaan Amurang-Tumpaan. Dengan perincian luasan yaitu kelurahan Ranoyapo 0,52 Ha, Uwuran 10,99 Ha, Ranomea 0,59 Ha, Lopana 2,49 Ha, Tumpaan 11,55 Ha, serta Tumpaan Baru 0,36 Ha, semuanya memiliki tingkat kekumuhan yang berat. Sehingga penelitian ini perlu dilakukan agar mendapatkan output berupa faktor-faktor kekumuhan di kawasan permukiman perkotaan Amurang-Tumpaan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor kekumuhan di permukiman perkotaan Amurang-Tumpaan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis skoring. Hasil analisis faktor kondisi bangunan gedung, kondisi jalan lingkungan, kondisi penyediaan air minum, kondisi drainase lingkungan, kondisi pengelolaan air limbah, kondisi pengelolaan persampahan dan kondisi proteksi kebakaran menunjukan memiliki skor yang tinggi dikarenakan cakupan pelayanan dan persyaratan teknis yang tidak memenuhi standart, sedangkan kondisi jalan lingkungan ada pada tingkat kekumuhan yang sedang karena sebagian besar jalan lingkungan yang ada pada lokasi penelitian ini sudah memiliki cakupan pelayanan dan persyaratan teknis yang sudah memenuhi standart. Kata kunci: Permukiman Kumuh; Faktor Kekumuhan Kawasan Perkotaan Amurang Tumpaan. Abstract As a result of the rapid population growth, it has an impact on aspects of life, especially regarding settlements. Decree of the Regent of South Minahasa Regency Number 217 of 2015 concerning the determination of the location of slum areas, there are 23 locations of slum areas spread over 9 sub-districts. Based on the direction of the 2015 RKP-KP implementation, the location for handling urban slums will refer to the slum area in the Amurang-Tumpaan urban area. With details of the area, namely Kelurahan Ranoyapo 0.52Ha, Uwuran 10.99Ha, Ranomea 0.59Ha, Lopana 2.49Ha, Tumpaan 11.55Ha, and Tumpaan Baru 0.36Ha, all of them have a heavy level of slums. So this research needs to be done in order to get an output in the form of slum factors in the Amurang-Tumpaan urban settlement area. The purpose of this study was to analyze the slum factor in the urban settlements of Amurang-Tumpaan. The data analysis technique used in this research is using scoring analysis. The results of factor analysis of building conditions, environmental road conditions, drinking water supply conditions, environmental drainage conditions, wastewater management conditions, waste management conditions and fire protection conditions show that they have a high score due to service coverage and technical requirements that do not meet the standards. while the condition of the environmental road is at a moderate level of slums because most of the existing environmental roads in this research location already have service coverage and technical requirements that have met the standard. Keyword: Slums; Slums Factors in Amurang Tumpaan Urban Area
DESAIN WALE LANSIA DI MANADO DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOFILIK Tompodung, Injilly; Rondonuwu, Dwight; Rogi, Octavianus
MEDIA MATRASAIN Vol. 20 No. 1 (2023): MEDIA MATRASAIN
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/matrasain.v20i1.52664

Abstract

Abstrak . Meningkatnya perekonomian di masa globalisasi ini menghasilkan masyarakat dengan mobilitas tingkat tinggi dan sebagai konsekuensi terkesan lalai dalam menjalankan kewajibannya dalam menjaga dan mengurus orang tua, terlebih lagi bagi para lansia. Yang paling terdampak adalah para orang tua yang tidak tinggal satu atap dengan anak-cucu dan jarang dikunjungi sehingga tak heran mereka merasa terasingkan dan terabaikan. Berangkat dari situasi dan realita yang sulit ini, banyak lansia yang tinggal di panti jompo/panti werdha oleh karena pilihan sendiri ataupun keterpaksaan. Tidak heran rasa kekeluargaan antar para lansia cenderung kuat karena adanya rasa sepenanggungan-senasib serta kolektivitas yang disebabkan mental usia. Kondisi para orang tua lanjut usia menuntut kebutuhan dan kualitas hidup yang tinggi yang antara lain pemeriksaan kesehatan berkala & rutin, kebutuhan asupan gizi yang baik, rutinitas fisik yang tidak terlalu intens namun bisa menjaga ketahanan tubuh untuk tetap prima serta kondisi hunian yang sehat dan tentram yang didukung dengan kondisi sosial yang ramah dan interaktif.. Provinsi Sulawesi Utara menempati urutan ke lima sebagai provinsi dengan penduduk lanjut usia terbanyak di Indonesia, sementara ketersediaan fasilitas yang menunjang beragam aktivitas bagi para lansia di Manado sangatlah terbatas. Dari uraian-uraian diatas maka perancangan Wale Lansia di Manado dengan penerapan tema Arsitektur Biophilik yang mampu mencakup segala aspek kebutuhan orang tua lansia dan diharapkan dapat menjadi salah satu jawaban untuk segala kegiatan dan kebutuhan lanjut usia. Kata Kunci – Wale, Lansia, Biofilik Abstract The growing economy in this era of globalization has produced people with high levels of mobility and as a consequence they seem negligent in fulfilling their obligations to care for and care for their parents, especially the elderly. The most affected are parents who do not live under the same roof as their children and grandchildren and are rarely visited, so it is not surprising that they feel marginalized and abandoned. Starting from this difficult situation and reality, many older people live in nursing homes/residential homes by choice or by compulsion. Not surprisingly, the sense of kinship among the elderly tends to be strong because of a sense of shared destiny and collectivity caused by mental age. The condition of elderly parents demands high needs and quality of life that include regular and routine health check-ups, the need for good nutritional intake, physical routines that are not too intense but can maintain the body's recovery capacity to maintain itself. fit, as well as a healthy and calm life. conditions that are sustained in friendly and interactive social conditions. North Sulawesi province ranks fifth as the province with the oldest population in Indonesia, while the availability of facilities supporting various activities for the elderly in Manado is very limited. From the above descriptions, the design of Elderly Wale in Manado with Biophilic Architecture theme application is able to cover all aspects of the needs of elderly parents and is expected to be one of the answer for all activities and needs of the elderly. Keywords – Wale, Elderly, Biophilic
DESAIN WALE LANSIA DI MANADO DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOFILIK Tompodung, Injilly; Rondonuwu, Dwight; Rogi, Octavianus
MEDIA MATRASAIN Vol. 20 No. 1 (2023): MEDIA MATRASAIN
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/matrasain.v20i1.52664

Abstract

Abstrak . Meningkatnya perekonomian di masa globalisasi ini menghasilkan masyarakat dengan mobilitas tingkat tinggi dan sebagai konsekuensi terkesan lalai dalam menjalankan kewajibannya dalam menjaga dan mengurus orang tua, terlebih lagi bagi para lansia. Yang paling terdampak adalah para orang tua yang tidak tinggal satu atap dengan anak-cucu dan jarang dikunjungi sehingga tak heran mereka merasa terasingkan dan terabaikan. Berangkat dari situasi dan realita yang sulit ini, banyak lansia yang tinggal di panti jompo/panti werdha oleh karena pilihan sendiri ataupun keterpaksaan. Tidak heran rasa kekeluargaan antar para lansia cenderung kuat karena adanya rasa sepenanggungan-senasib serta kolektivitas yang disebabkan mental usia. Kondisi para orang tua lanjut usia menuntut kebutuhan dan kualitas hidup yang tinggi yang antara lain pemeriksaan kesehatan berkala & rutin, kebutuhan asupan gizi yang baik, rutinitas fisik yang tidak terlalu intens namun bisa menjaga ketahanan tubuh untuk tetap prima serta kondisi hunian yang sehat dan tentram yang didukung dengan kondisi sosial yang ramah dan interaktif.. Provinsi Sulawesi Utara menempati urutan ke lima sebagai provinsi dengan penduduk lanjut usia terbanyak di Indonesia, sementara ketersediaan fasilitas yang menunjang beragam aktivitas bagi para lansia di Manado sangatlah terbatas. Dari uraian-uraian diatas maka perancangan Wale Lansia di Manado dengan penerapan tema Arsitektur Biophilik yang mampu mencakup segala aspek kebutuhan orang tua lansia dan diharapkan dapat menjadi salah satu jawaban untuk segala kegiatan dan kebutuhan lanjut usia. Kata Kunci – Wale, Lansia, Biofilik Abstract The growing economy in this era of globalization has produced people with high levels of mobility and as a consequence they seem negligent in fulfilling their obligations to care for and care for their parents, especially the elderly. The most affected are parents who do not live under the same roof as their children and grandchildren and are rarely visited, so it is not surprising that they feel marginalized and abandoned. Starting from this difficult situation and reality, many older people live in nursing homes/residential homes by choice or by compulsion. Not surprisingly, the sense of kinship among the elderly tends to be strong because of a sense of shared destiny and collectivity caused by mental age. The condition of elderly parents demands high needs and quality of life that include regular and routine health check-ups, the need for good nutritional intake, physical routines that are not too intense but can maintain the body's recovery capacity to maintain itself. fit, as well as a healthy and calm life. conditions that are sustained in friendly and interactive social conditions. North Sulawesi province ranks fifth as the province with the oldest population in Indonesia, while the availability of facilities supporting various activities for the elderly in Manado is very limited. From the above descriptions, the design of Elderly Wale in Manado with Biophilic Architecture theme application is able to cover all aspects of the needs of elderly parents and is expected to be one of the answer for all activities and needs of the elderly. Keywords – Wale, Elderly, Biophilic
ANALISIS PEDESTRIAN MENGGUNAKAN STANDAR PEDESTRIAN ENVIRONMENT QUALITY INDEX (PEQI) DI KORIDOR JALAN PIERRE TENDEAN KOTA MANADO Tamboto, Ester; Rondonuwu, Dwight; Moniaga, Ingerid
Tata Kota dan Daerah Vol. 17 No. 1 (2025): Jurnal Tata Kota dan Daerah
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.takoda.2025.017.01.6

Abstract

Di Kota Manado, koridor Jalan Pierre Tendean merupakan koridor yang ramai dilalui dan sering menjadi tujuan masyarakat. Koridor Jalan Pierre Tendean menghubungkan pusat kota lama dan pusat kota baru sehingga di dalamnya terdapat beragam aktivitas seperti kawasan perdagangan barang dan jasa serta kawasan pemukiman. Dengan aktivitas yang beragam ini, dibutuhkan penelitian yang meninjau kembali  kualitas jalur pedestrian yang digunakan masyarakat pejalan kaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kualitas jalur pedestrian di Koridor Jalan Pierre Tendean Kota Manado. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif analisis dengan pendekatan standar Pedestrian Environment Quality Index (PEQI). Pendekatan dengan standar Pedestrian Environment Quality Index (PEQI) akan menjabarkan berbagai variabel penelitian yang dibutuhkan khususnya pada jalur pedestrian yang kemudian diberi penilaian sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Dari analisis hasil perhitungan dengan standar PEQI, kualitas jalur pedestrian di persimpangan berada pada total skor 35,23 menunjukan kualitas jalur pedestrian berada pada kategori kurang. Sedangkan jalur pedestrian di koridor Jalan Pierre Tendean berada pada total skor 56 dengan kategori jalur pedestrian dasar. Hasil perolehan kedua skor tersebut menunjukan bahwa kondisi jalur pedestrian pada persimpangan jalan dan ruas jalan belum memenuhi standar ideal PEQI sehingga jalur pedestrian dapat digunakan namun perlu dilakukan perbaikan untuk meningkatkan kualitas jalur pejalan kaki.