Made Dwiana Mustawan
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MENULIS HURUF DEWANAGARI MELALUI METODE DEMONSTRASI DI SDN TULUNGREJO 02 KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU Made Dwiana Mustawan
Widya Aksara Vol 25 No 1 (2020)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (614.696 KB)

Abstract

Education is a process of growth. Learning methods have a big enough share in teaching and learning activities. The ability that is expected to be possessed by students, will be determined by the relevance of the use of a method in accordance with the objectives. The implementation of learning in schools, especially Hindu religious education at SDN Tulungrejo 02, Bumiaji Subdistrict, Batu City, grade 1 to grade 3, additional material for writing the letters of the Islamic Board of Education is less attractive to students. From the background of the problem, the formulation of the problem in the discussion of the material above is as follows: (1) How is the teaching and learning process of writing the Dewanagari letters in SDN Tulungrejo 02 Bumiaji Subdistrict Batu City ?, (2) What is the motivation for learning to write the Dewanagari letters of Hindu class students 1 to 3 with the Demonstration learning method being applied at SDN Tulungrejo 02 Bumiaji District, Batu City. From the results of this study the data obtained students were only able to recognize and write the council letters about 10.2-12 letters from a total of 45 letters that are usually taught. And the percentage of students' ability to recognize letters is no more than 25-27% with less criteria. After taking action in the first cycle, there was an increase in the ability to recognize and write the council letters, although there has not been a significant difference. In grade 1 to grade 3 students of SDN Tulungrejo 02 Bumiaji Subdistrict Batu city were given 15 questions at the first meeting to the third meeting in the first cycle and the results were that the average student was able to answer an average of 3 questions at the first meeting, 3 questions at the second meeting, 5 at the third meeting so that the results of the percentage of the ability to recognize and write the councilors in the learning groups of students in grades 1 to 3 are not more than 36.7%. While at the end of the first cycle meeting 45 questions were given and the average student was only able to write 10 questions with a percentage of students' abilities of 45%. The study group consisted of grades 1 to grade 3 given 15 questions in the first meeting to the third cycle II and the results were the average student was able to answer 9 questions at the first meeting 11 questions at the second meeting 14 questions at the third meeting and at the end of the evaluation 45 questions then the average student is able to answer 33 questions with a large percentage of 74% Based on the graphic data, it is clear that there was a significant increase in motivation to write Dewanagari letters in students at SDN Tulungrejo 02, Bumiaji District, Batu City. The process of introducing and writing the council letters with the demonstration method gives good results for students of SDN Tulungrejo 02 Bumiaji District, Batu City.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI PERANG KETUPAT DESA KAPAL KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI Made Dwiana Mustawan
Widya Aksara Vol 26 No 1 (2021)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Agama Hindu memiliki tiga kerangka dasar yaitu Tattwa, Susila, Upacara. Upacara atau ritual agama merupakan kerangka dasar yang ketiga Agama Hindu. Ritual agama ini di Bali nampak mendominasi kegiatan keagamaan dalam bentuk persembahyangan atau pemujaan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa beserta seluruh manifestasinya atau perwujudannya sebagai Dewa atau Bhatara. Selain itu masyarakat Hindu di Bali banyak diwarisi tradisi-tradisi yang sangat unik oleh nenek moyang kita terdahulu. Seperti salah satunya yang terdapat di Desa Kapal Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung yang diberi nama Perang Ketupat. Adapun masalah-masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) proses pelaksanaan tradisi perang ketupat tersebut, (2) fungsi pelaksanaan tradisi perang ketupat tersebut, (3) nilai pendidikan yang terkandung didalamnya. Permasalahan ini dikaji dengan menggunakan teori interaksionisme simbolik, teori fungsional struktural, teori pendidikan humanistik. Dalam memperoleh data dipakai metode observasi, wawancara, dokumentasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pelaksanaan tradisi perang ketupat dilakukan setiap satu tahun sekali, yaitu pada sasih kapat sampai sasih kalima. kedua kelompok ini saling melempari kelompok yang lain dengan tipat dan bantal dengan jarak yang ditentukan dengan harapan kedua panganan ini berbenturan diatas yang melambangkan telah bertemunya kedua energi feminim dan maskulin kemudian jatuh ketanah yang esensinya pertemuan kedua energi tersebut memberikan kesuburan bagi tanah dan kemakmuran bagi masyarakat Desa Kapal. Tradisi perang ketupat memiliki fungsi religius yaitu sebagai alat untuk menumbuhkan keyakinan terhadap Tuhan, fungsi sosial yaitu meningkatkan solidaritas sosial dan kebersamaan antar warga, fungsi budaya yaitu mempertahankan solidaritas sosial dan rasa kebersamaan antar warga, fungsi budaya yaitu mempertahankan budaya agama sehingga meningkatkan sradha dan bhakti, fungsi upacara yaitu agar masyarakat memiliki sikap iklas, taqwa yang mendasari dalam praktek upacara yang dilakukan, dan fungsi pendidikan yaitu untuk mendidik umat yang tergabung dalam proses pelaksanaan upacara secara langsung atau tidak langsung merupakan proses pendewasaan untuk mewujudkan manusia yang lebih manusiawi. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam tradisi perang ketupat yaitu nilai pendidikan tattwa yang memiliki nilai yadnya yang tinggi. Nilai pendidikan susila yaitu generasi muda yang terlibat dalam pelaksanaan diajarkan untuk selalu mengajarkan kepada masyarkat khususnya generasi penerus untuk selalu gotong royong. dan tradisi ini memiliki nilai pendidikan ritual yang mendidik masyarakat melestarikan tradisi peran ketupat yang merupakan salah satu jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa
IMPLEMENTASI TRI KERANGKA DASAR AGAMA HINDU GUNA MENINGKATKAN SRADDHA DAN BHAKTI PEMUDA HINDU DUSUN SILIRSARI, DESA KESILIR, KECAMATAN SILIRAGUNG, KABUPATEN BANYUWANGI Made Dwiana Mustawan
Widya Aksara Vol 27 No 1 (2022)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54714/widyaaksara.v27i1.182

Abstract

Tri Kerangka Dasar Agama Hindu merupakan tiga dasar atau tiga pedoman hidup umat Hindu yang terdiri dari tattwa susila dan upacara. Tri Kerangka Dasar Agama Hindu sangat penting bagi pemuda Hindu karena merupakan landasan hidup bagi pemuda dan generasi Hindu, antara lain Tattwa merupakan ajaran tuntunan pengetahuan hidup, Susila merupakan Etika dalam bersosial, dan upacara adalah ajaran yadna tentang korban suci. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah (1) Bagaimana kondisi pemuda Hindu Dusun Silirsari Desa Kesilir Kecamatan Siliragung (2) Bagaimana Fungsi Tri Kerangka Dasar Agama Hindu bagi pemuda Dusun Silirsari, Desa Kesilir, Kecamatan Siliragung dalam membentuk sradda dan bhakti pemuda Hindu Dusun Silirsari. (3) Bagaimana pemuda Hindu Dusun Silirsari Desa Kesilir Kecamatan Siliragung mengimplementasikan Tri Kerangka Dasar Agama Hindu. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Untuk mengetahui kondisi Sradha dan Bhakti pemuda Hindu Desa Kesilir, Kecamatan Siliragung, Kabupaten Banyuwangi. (2) Untuk mengetahui fungsi Tri Kerangka Dasar Agama Hindu bagi Pemuda Hindu di Desa Kesilir Kecamatan Siliragung Kabupaten Banyuwangi. (3) Untuk mengetahui mengimplementasikan Tri Kerangka dasar Agama Hindu di Silirsari Desa Kesilir Kecamatan Siliragung Kabupaten Banyuwangi.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi. Adapun instrument dalam penelitian ini yang paling utama adalah peneliti sendiri, selain itu juga menggunakan wawancara, catatan lapangan, hanphone sebagai perekam dan kamera. Hasil penelitian menunjukan kegiatan pemuda Hindu yang mengimplementasikan Tri Kerangka Dasar agama Hindu dimulai dari perkumpulan rutin yang dilaksankan di pura dengan mengulas ajaran-ajaran kebenaran merupakan implementasi dari Tattwa. kemudian mereka mempunyai suatu organisari pemuda dengan kegiatan membentuk kemandirian pemuda dengan melaksanakan pembukaan stand expo, ikut bergabung dengan pemuda Islam Hindu dan Kristen dalam bakti sosial pembagian Takjil saat bulan suci romadon itu merupakan implementasi dari Susila. Kemudian mereka membuat sarana upacara seperti Canang, Daksina, Kwangen, aktif melaksanakan persembahyangan Purnama dan Tilem dipura dan ikut andil dalam pelalsaan Hari Raya Tahun Baru saka mulai awal sampai akhir itu merupakan implementasi dari upacara yang dilakukan pemuda Hindu Dusun Silirsari, Desa Kesilir, Kecamatan Siliragung, Kabupaten Banyuwangi.