Widya Aksara: Jurnal Agmaa Hindu
Vol 26 No 1 (2021)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI PERANG KETUPAT DESA KAPAL KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI

Made Dwiana Mustawan (Unknown)



Article Info

Publish Date
05 Mar 2021

Abstract

Agama Hindu memiliki tiga kerangka dasar yaitu Tattwa, Susila, Upacara. Upacara atau ritual agama merupakan kerangka dasar yang ketiga Agama Hindu. Ritual agama ini di Bali nampak mendominasi kegiatan keagamaan dalam bentuk persembahyangan atau pemujaan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa beserta seluruh manifestasinya atau perwujudannya sebagai Dewa atau Bhatara. Selain itu masyarakat Hindu di Bali banyak diwarisi tradisi-tradisi yang sangat unik oleh nenek moyang kita terdahulu. Seperti salah satunya yang terdapat di Desa Kapal Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung yang diberi nama Perang Ketupat. Adapun masalah-masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) proses pelaksanaan tradisi perang ketupat tersebut, (2) fungsi pelaksanaan tradisi perang ketupat tersebut, (3) nilai pendidikan yang terkandung didalamnya. Permasalahan ini dikaji dengan menggunakan teori interaksionisme simbolik, teori fungsional struktural, teori pendidikan humanistik. Dalam memperoleh data dipakai metode observasi, wawancara, dokumentasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pelaksanaan tradisi perang ketupat dilakukan setiap satu tahun sekali, yaitu pada sasih kapat sampai sasih kalima. kedua kelompok ini saling melempari kelompok yang lain dengan tipat dan bantal dengan jarak yang ditentukan dengan harapan kedua panganan ini berbenturan diatas yang melambangkan telah bertemunya kedua energi feminim dan maskulin kemudian jatuh ketanah yang esensinya pertemuan kedua energi tersebut memberikan kesuburan bagi tanah dan kemakmuran bagi masyarakat Desa Kapal. Tradisi perang ketupat memiliki fungsi religius yaitu sebagai alat untuk menumbuhkan keyakinan terhadap Tuhan, fungsi sosial yaitu meningkatkan solidaritas sosial dan kebersamaan antar warga, fungsi budaya yaitu mempertahankan solidaritas sosial dan rasa kebersamaan antar warga, fungsi budaya yaitu mempertahankan budaya agama sehingga meningkatkan sradha dan bhakti, fungsi upacara yaitu agar masyarakat memiliki sikap iklas, taqwa yang mendasari dalam praktek upacara yang dilakukan, dan fungsi pendidikan yaitu untuk mendidik umat yang tergabung dalam proses pelaksanaan upacara secara langsung atau tidak langsung merupakan proses pendewasaan untuk mewujudkan manusia yang lebih manusiawi. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam tradisi perang ketupat yaitu nilai pendidikan tattwa yang memiliki nilai yadnya yang tinggi. Nilai pendidikan susila yaitu generasi muda yang terlibat dalam pelaksanaan diajarkan untuk selalu mengajarkan kepada masyarkat khususnya generasi penerus untuk selalu gotong royong. dan tradisi ini memiliki nilai pendidikan ritual yang mendidik masyarakat melestarikan tradisi peran ketupat yang merupakan salah satu jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa

Copyrights © 2021






Journal Info

Abbrev

WidyaAksara

Publisher

Subject

Religion Humanities Education

Description

Widya Aksara : Jurnal Agama Hindu merupakan Jurnal Sosial, Budaya dan Agama Hindu yang menerbitkan hasil penelitian atau pemikiran tentang studi agama dan studi sosial dan budaya menggunakan perspektif interdisipliner. Lingkup Widya Aksara : Jurnal Agama Hindu adalah: Studi agama Hindu seperti ...