Soesatyoratih, Roro
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Integrative management of feline pneumonia: a case study on laser puncture and pharmacotherapy Soesatyoratih, Roro
ARSHI Veterinary Letters Vol. 8 No. 4 (2024): ARSHI Veterinary Letters - November 2024
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avl.8.4.83-84

Abstract

Seekor kucing betina bernama Meisy datang ke Klinik Hewan Cimanggu dengan keluhan sesak nafas, batuk, flu, dan tidak mau makan. Hasil pemeriksaan fisik inspeksi kucing terlihat sesak nafas, batuk, dan keluar discharge purulenta dari hidung. Pemeriksaan palpasi kucing tidak merasa nyaman ketika dilakukan penekanan pada titik akupuntur BL-13 yang merupakan shu belakang organ paru. Pada auskultasi suara paru kotor. Hasil pemeriksaan penunjang Roentgen pada posisi latero lateral dan dorso ventral dtemukan adanya kelainan pada semua lapangan paru, berupa pola Interstitial Diffuse Bronchial Pattern (Cutton Like Density) yang mengindikasikan Ppneumonia. Kucing Meisy didiagnosa Pneumonia.. Terapi pada kasus ini adalah Laser Puncture dengan energi 0,5 Joule dan power 20 mW pada titik BL-13, LU-9 dan , ST-36 dilakukan seminggu 2 kali yang dikombinasi dengan penggunaan obat-obatan antibiotik, antiradang, infus, dan nebulizer. . Perkembangan terapi terjadi setelah akupuntur ke-3, dan dinyatakan sembuh setelah akupuntur ke-8 dan terapi akupuntur dihentikan.
Infeksi Babesia spesies bersamaan dengan virus corona enterik kucing dan giardiasis pada dua kucing betina Wulansari, Retno; Soesatyoratih, Roro; Widhyari, Sus Derthi; Suryono
ARSHI Veterinary Letters Vol. 9 No. 3 (2025): ARSHI Veterinary Letters - August 2025
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avl.9.3.63-64

Abstract

The premunition stage of babesiosis poses a significant risk of relapse due to immune suppression. This report describes two cats that presented to a veterinary clinic with lethargy, anorexia of several days’ duration, watery eyes, and loose stools. Both cats were unvaccinated and lived in an open environment shared with their owners. Initial clinical evaluation suggested feline coronavirus (FCoV) infection and giardiasis; however, subsequent peripheral blood smears revealed intracellular parasites consistent with Babesia sp.. The initial treatment targeted viral and protozoal infections using antiprotozoal and antiviral agents for seven days, followed by a 21-day regimen of clindamycin and multivitamins to manage babesiosis. Hematological analysis and Giemsa-stained peripheral blood smears revealed anemia, thrombocytopenia, and persistent babesiosis. Clindamycin therapy effectively reduced parasitemia and alleviated clinical signs, including anemia, anorexia, and weakness, although complete clearance of Babesia sp. from the peripheral blood was not achieved at the administered dosage.
Akupuntur untuk terapi konstipasi pada kucing Persia Soesatyoratih, Roro; Soehartono, Raden Harry; Asyraf, Mohamad Zaky
ARSHI Veterinary Letters Vol. 7 No. 1 (2023): ARSHI Veterinary Letters - Februari 2023
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avl.7.1.3-4

Abstract

Seekor kucing betina Persia bernama Lucy mengalami kesulitan defekasi berulang, kucing tampak lemas, anoreksia, muntah dan dehidrasi akibat muntah yang terjadi berulang-kali. Berdasarkan anamnesa, gejala klinis, hasil pemeriksaan fisik hewan, dan pemeriksaan penunjang, rontgen abdomen, kucing Lucy didiagnosa mengalami konstipasi (kesulitan defekasi). Terapi akupuntur menggunakan dry needle pada titik BL-21, BL-25, CV-4, CV-6, CV-12, GV-1, ST-25, dan ST-36 digunakan sebagai pengobatan pada kasus ini dengan tujuan meningkatkan motilitas gastrointestinal. Terapi dilaksanakan selama 15 menit setiap terapi dan dilakukan seminggu 3 kali. Kucing dapat defekasi dengan lancar setelah terapi ke-3 dan kondisi kucing yang awalnya buruk semakin membaik.
Combined therapy of laser puncture and surgical repositioning of rectal prolapse accompanied by rupture in goats Soesatyoratih, Roro
ARSHI Veterinary Letters Vol. 8 No. 2 (2024): ARSHI Veterinary Letters - May 2024
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avl.8.2.29-30

Abstract

Prolaps rektum terjadi ketika rektum menonjol keluar dari anus. Artikel ini melaporkan kasus seekor kambing jantan bernama Jimmy yang dibawa ke Klinik Hewan Cimanggu dengan benjolan menonjol di anusnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan diare dan massa berupa prolaps rektal dengan tiga kali robekan pada dinding rektum disertai pembengkakan dan pendarahan. Jimmy didiagnosis menderita prolaps rektum yang pecah. Perawatan meliputi penjahitan ruptur dan penusukan laser pada lokasi penjahitan dan prolaps rektum pada titik Lian Hua, diikuti dengan reposisi. Penusukan laser tambahan dilakukan setelah reposisi pada titik akupunktur GV-1, GV-20, ST-36, dan Gang Tuo dengan menggunakan energi 0,5 Joule dan daya 50 mW. Metronidazol diberikan secara intravena dengan dosis 75 mg/kg berat badan selama 3 hari untuk mengatasi diare. Perbaikan terlihat pada hari ketiga pasca operasi, feses kambing berbentuk pelet dan kondisi sfingter ani membaik. Satu bulan setelah operasi, kambing tersebut keluar dengan feses berbentuk pelet, nafsu makan baik, kondisi anal dan sfingter kuat, serta tidak kambuhnya prolaps. Kasus ini menyoroti keberhasilan penanganan prolaps rektum pada kambing dengan menggunakan kombinasi intervensi bedah, tusukan laser, dan terapi antibiotik.