Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Konteks Budaya Gambar Binatang pada Seni Cadas di Sulawesi Selatan Pasaribu, Yosua Adrian
Paradigma: Jurnal Kajian Budaya Vol. 6, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article is based on a thesis with the same title on Archaeology Magister Program, Universitas Indonesia. This research relies on structuralist approach assuming that artists have potential choices to select motifs according to their artistic repertoire. That appropriate choices are guided by the site location in the region. Etnographic studies of animal motifs in rock art shows totemism, shamanism, and everyday life as cultural contexts. Based on that cultural contexts, it is known that shamanism was the cultural context of rock art in South Sulawesi which is dominated by one animal motif
Seniman Prasejarah Misool, Raja Ampat Lebih Senang menyembur Pewarna dibandingkan melukiskannya dengan Kuas Pasaribu, Yosua Adrian; Toelle, Anthonius Ari; Latief, Feri
Jurnal Senirupa Warna Vol. 13 No. 2 (2025): Eksplorasi Metodologis dalam Seni Rupa dan Desain: Pendekatan Terkini dalam Pe
Publisher : Faculty of Arts and Design, Jakarta Institute of the Arts

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/jsrw.v13i2.678

Abstract

Studi ini menggunakan metode pengamatan bentuk terhadap korpus seni cadas prasejarah Misool untuk menelaah repertoar. Hasil pengamatan terhadap 489 gambar di 38 situs menunjukkan bahwa masyarakat pendukung seni cadas Misool paling banyak menggunakan teknik sembur (42%) untuk menggambarkan tangan (23%) dan bulat (15%). Hanya selisih tujuh gambar, teknik outline sederhana (41%) digunakan untuk menggambarkan motif non figuratif (39%) dan binatang (18%). Motif non figuratif merupakan motif yang paling banyak digambarkan pada korpus seni, diikuti motif tangan dan binatang. Jika dilihat dari sebarannya, teknik outline sederhana paling sering digunakan (79%), diikuti dengan teknik sembur (63%). Motif tangan hanya tersebar pada setengah (47%) dari seluruh situs, uniknya hanya di kompleks situs di utara (administrasi Misool Timur) dengan pengecualian satu gambar di Misool Selatan. Motif binatang merupakan motif ketiga yang paling banyak digambarkan (18%), namun jika dilihat sebarannya, motif ini sering digambarkan pada situs-situs (61%). Uniknya, motif binatang paling banyak digambarkan dengan teknik outlinekompleks (37%) dan blok (31%).
PARTISIPASI MASYARAKAT KOTA LASEM LAMA DALAM PENETAPAN KAWASAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT NASIONAL Pasaribu, Yosua Adrian; Malagina, Agni; Purwestri, Nadia; Latief, Feri; Kurniawan, Hakam
AMERTA Vol. 40 No. 1 (2022)
Publisher : Penerbit BRIN (BRIN Publishing)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/amt.2022.20

Abstract

Abstrak. Kawasan Kota Lasem Lama direkomendasikan untuk ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya peringkat Nasional. Pekerjaan penting dalam proses tersebut antara lain pemetaan kawasan cagar budaya. Partisipasi masyarakat Kota Lasem Lama dalam pemetaan cagar budaya ideal untuk dilakukan karena hampir seluruh objek kajian berupa tempat publik dan rumah-rumah pribadi. Artikel ini menguraikan proses pemetaan cagar budaya Kota Lasem Lama yang dilakukan bersama masyarakat kawasan tersebut. Pemetaan ini menghasilkan gambaran kondisi saat ini pada warisan budaya bendawi yang terdiri atas 235 bangunan berarsitektur Indis, Cina-Indis, Cina, dan Cina-Jawa yang mewakili kejayaan Kota Lasem pada peralihan Abad 18–19 M. Terdapat juga rumah-rumah yang mencirikan arsitektur Cina yang mewakili masa yang lebih tua di Lasem. Selain 235 bangunan dan jaringan jalan yang membentuk ruang kota tersebut, juga terdapat sodetan Sungai Babagan dan beberapa artefak dan fitur di Masjid Jami Lasem, antara lain prasasti yang menunjukkan pendirian Masjid pada abad ke-16, memolo kuno yang berhiaskan stilir figur Kala, serta makam tokoh-tokoh ulama dan penguasa Lasem pada abad ke-16. Melalui partisipasi masyarakat dalam pemetaan cagar budaya Kota Lasem Lama, aspirasi masyarakat tentang pelestarian kawasan tersebut sebagai cagar budaya juga dikumpulkan sehingga menghasilkan embrio badan pengelola kawasan cagar budaya Kota Lasem Lama. Kata kunci: Arkeologi Publik, Lasem, Peranakan Abstract. Old Lasem City’s Community Participation in The Designation of a National Cultural Heritage Preservation Area. The Old City of Lasem is designated to be National Cultural Heritage Area. Important work in the process includes mapping the cultural heritage area. The participation of the Old City people in the mapping project is ideal because almost all heritages are public places and private houses. This article describes mapping the cultural heritage area, which was carried out with the people of the Old City. This mapping produces a description of the existing condition of material cultural heritage, which consists of 235 buildings with Indies, Chinese-Indies, Chinese, and Chinese-Javanese architecture that represents the glory of Lasem City in the 18–19 AD. Some houses characterize Chinese architecture depicting an older era in Lasem. In addition to the 235 buildings and road network that make up the city’s space, there is also a canal of the Babagan River and several artifacts and features at the Jami Lasem Mosque, including the inscription that determined the establishment of the ancient mosque in the 16th century, ancient “Memolo” which was decorated with the stylized figure of Kala, as well as the tombs of scholars and rulers of Lasem in the 16th Century. Through community participation in mapping the cultural heritage of the Old City, aspirations about the Old City’s heritage preservation are also compiled, resulting in the embryo of a management body for the cultural heritage area of Old Lasem City. Keywords: Public Archaeology, Lasem, Peranakan
Konteks Budaya Motif Binatang pada Seni Cadas Prasejarah Misool, Raja Ampat, Papua Barat Pasaribu, Yosua Adrian; Rahim, Muhamad Oksy; Latief, Feri
AMERTA Vol. 38 No. 1 (2020)
Publisher : Penerbit BRIN (BRIN Publishing)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract. Cultural Context of Animals Motif in Misool Prehistoric Rock Art, Raja Ampat, Papua Barat. The Misool Islands Region in Raja Ampat, West Papua has a variety of prehistoric rock art finding consisting of hand stencil motifs, animals, dots, anthropomorphic, stone adzes, boomerang stencils, unidentified stencils, and non-figurative. Animal motifs include dolphins, marine fishes, birds, and lizards are depicted in 22 of 40 sites in rock art body. The study of the cultural context of rock art motifs in the Misool area is interesting to do because of the diversity of animal motifs. Other motifs such as hand stencils, dots, anthropomorphic, stone adzes, and boomerang stencils which may have another cultural meaning require a separate discussion. This study uses quantitative methods with 87 animal paintings data which consist of 10 motifs in 22 sites in East Misool and South Misool Region, Raja Ampat, West Papua. The result study places the depiction of animal motifs in prehistoric rock art in Misool in the secular cultural context or daily life. Abstrak. Kawasan Kepulauan Misool di Raja Ampat, Papua Barat, memiliki berbagai macam temuan seni cadas prasejarah yang terdiri atas motif cap tangan, binatang, bulatan, antropomorfis, beliung persegi, stensil bumerang, stensil tidak teridentifikasi, dan nonfiguratif. Seni cadas motif binatang, antara lain lumba-lumba, ikan-ikan laut, burung, dan kadal digambarkan pada 22 dari total 40 situs seni cadas di kawasan tersebut. Kajian terhadap konteks budaya seni cadas motif binatang di Kawasan Misool menarik untuk dilakukan karena beragamnya motif binatang tersebut. Motif lain, seperti motif gambar tangan, bulatan, antropomorfis, beliung persegi, dan stensil bumerang, yang mungkin memiliki makna berbeda dalam konteks budaya memerlukan kajian tersendiri. Kajian ini menggunakan metode kuantitatif terhadap data berupa 87 gambar binatang yang terdiri atas 10 motif pada 22 situs di Kawasan Misool Timur dan Misool Selatan, Raja Ampat, Papua Barat. Hasil kajian menempatkan penggambaran motif binatang di kawasan seni cadas prasejarah Misool pada konteks budaya sekuler atau kehidupan sehari-hari.
BINATANG TOTEM PADA SENI CADAS PRASEJARAH DI SULAWESI SELATAN Pasaribu, Yosua Adrian; Permana, R. Cecep Eka
AMERTA Vol. 35 No. 1 (2017)
Publisher : Penerbit BRIN (BRIN Publishing)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract. Totemic Animals in the Prehistoric Rock Art of South Sulawesi. Prehistoric rock art motifs in South Sulawesi are hand motifs, animal motifs, boat motifs, anthropomorphic motifs, and geometric motif. Animal motifs, which include fish, turtles, birds, and mammals, are depicted in 25 of 90 prehistoric caves in the region. Research on prehistoric rock art in 2014 shows that one of the pig motifs is dated ± 35,400 years ago. Based on the diverse animal motifs depicted and the latest dating that puts the rock art area into a very old period, research on the cultural context of animal motifs on the prehistoric rock art in South Sulawesi is an interesting thing. In accordance with the research’s aim, this study is focused on animal motifs. Other motifs in the prehistoric rock art region of Sulawesi, such as anthropomorphic and geometric that allegedly have their own distinct meanings in the cultural context, require other specific investigations. This study employed a quantitative method on 86 pictures which consist of 17 animal motifs in ten caves in Maros regency, thirteen caves in Pangkep regency, and two caves in Bone regency, South Sulawesi. The application of that method to the prehistoric rock art in South Sulawesi place the cultural context in the cultural phenomenon, which is defined by experts as totemism. Keywords: Rock Art, Animal Motifs, Cultural Context, South Sulawesi, Totem Abstrak. Motif seni cadas prasejarah di Sulawesi Selatan adalah motif tangan, motif binatang, perahu, antropomorfis, dan geometris. Motif binatang yang digambarkan pada 25 dari 90 gua seni cadas prasejarah di kawasan itu, antara lain motif ikan, penyu, burung, dan mamalia. Penelitian pertanggalan seni cadas prasejarah di Sulawesi Selatan pada 2014 menunjukkan bahwa salah satu motif babi berusia ± 35.400 tahun. Berdasarkan beragamnya motif binatang yang digambarkan dan pertanggalan terbaru yang menempatkan kawasan itu ke dalam masa yang sangat tua, penelitian mengenai konteks budaya motif binatang menjadi suatu hal yang menarik. Sesuai dengan tujuan penelitian ini khusus mengkaji motif binatang. Motif lain, seperti motif antropomorfis dan geometris yang diduga kuat memiliki makna khusus dalam konteks budaya memerlukan kajian tersendiri. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif terhadap data berupa 86 gambar yang terdiri atas 17 motif binatang pada 10 gua di Kabupaten Maros, 13 gua di Kabupaten Pangkep, dan 2 gua di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Hasil penerapan metode penelitian tersebut menempatkan konteks budaya penggambaran motif binatang pada seni cadas prasejarah Sulawesi Selatan kedalam fenomena budaya yang didefinisikan oleh para ahli sebagai totemisme. Kata Kunci: Seni Cadas, Motif Binatang, Konteks Budaya, Sulawesi Selatan, Totem