Pakpahan, Eka Kurnia Asih
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Peningkatan Kinerja Tingkat Ketersediaan Produk dan Ongkos Inventori dalam Jaringan Distribusi PT ABC Pakpahan, Eka Kurnia Asih
Jurnal Telematika Vol. 8 No. 2 (2013)
Publisher : Yayasan Petra Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61769/telematika.v8i2.74

Abstract

Sebagai perusahaan dengan merk yang sudah sangat dikenal masyarakat, PT. ABC menargetkan produknya dapat selalu tersedia kapanpun dan dimanapun konsumen menginginkannya. Dengan target seperti ini, ketersediaan menjadi indikator kinerja yang sangat penting bagi sistem distribusi perusahaan. Hingga saat ini, perusahaan mampu mempertahankan tingkat ketersediaaan produknya hingga 86%, akan tetapi pihak manajemen menginginkan agar performansi ini ditingkatkan lagi hingga 95%. Indikator kinerja lain yang terkait dengan tingkat ketersediaan adalah ongkos inventori. Kondisi yang optimal dicapai pada saat tingkat ketersediaan diperoleh dengan ongkos yang seekonomis mungkin. Tingkat ketersediaan dan ongkos inventori dipengaruhi oleh kebijakan pemesanan dan pengiriman produk. Penelitian ini ditujukan untuk menemukan alternatif kebijakan baru yang dapat meningkatkan kedua indikator kinerja diatas. Kajian dilakukan dengan metode pemodelan dan simulasi komputer. Hasil simulasi menunjukkan bahwa terdapat alternatif kebijakan baru yang dapat meningkatkan ketersediaan produk hingga di tingkat 99% sekaligus menekan ongkos inventori sistem hingga 34%. As a company with well-known product, the very first target of ABC’s distribution system is to make sure that their products are always available whenever and wherever the consumer needs them. With this target, availability level is considered to be the key performance indicator for ABC’s distribution system. Until this current time, the availability level reached is found to be relatively high at the level of 86%, however, ABC’s management targeted for 95%. Other performance indicator related to availability is inventory cost. Optimal condition is reached when high availability is achieved at the most economical cost. These two performance indicators are influenced by ABC’s distribution policy, which dictates inventory level held at each of ABC’s distribution channel. The purpose of this research is to explore the possibility to improve the current performance by implementing several policy scenarios. This is done through computer modelling and simulation. Simulation result shows that through the implementation of new policy, ABC’s will be able to improve their availability level to 99% and decrease 34% of their inventory cost.
Analisis Beban Kerja Pegawai di Area Packaging PT. Pudak Scientific Rousallen, Vicky; Pakpahan, Eka Kurnia Asih; Sarim, Sandria
Jurnal Telematika 2018: Industrial Engineering Seminar and Call for Paper (IESC) 2018
Publisher : Yayasan Petra Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61769/telematika.v0i0.247

Abstract

PT. Pudak Scientific is one of the manufacturing companies that produce various types of aerospace components and non-aerospace components with high precision. Management need to calculate workload faced by all employees in the packaging area. Analysis of workload is done in two methods, quantitative and qualitative method. Quantitatively, mental workload is calculated by using work sampling method, in which workers are observed with a random visit schedule, then productive percentage of work time is calculated. On the other hand, qualitatively by using the NASA-TLX method, workers fill the NASA-TLX questionnaire that has been modified to make it easier to understand. After the required data is collected, work sampling and NASA-TLX data is processed and analyzed. The results will determine solutions that PT. Pudak Scientific need in the packaging area. The results show that the workload level is quite high. It can be seen from the calculation of productive percentage of work time using work sampling, that is 121.17%. On the other hand, the results of NASA-TLX questionnaire show that the average workload of worker is 77.82. Both of these results have exceeded the maximum human workload. It can be said that company need some improvements to fix the high workload in the packaging area. The proposed solutions are adding worker, work instruction renewal, adding some facilities in packaging area, implementing FIFO on racking, and making visual board. PT. Pudak Scientific merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai jenis komponen aerospace dan komponen non-aerospace yang berpresisi tinggi. Kebutuhan yang dirasakan manajemen adalah mendapatkan informasi beban kerja yang dihadapi oleh seluruh pegawai di area packaging. Analisis beban kerja dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kuantitatif dan cara kualitiatif. Secara kuantitatif, beban kerja dihitung dengan menggunakan metode work sampling, di mana objek penelitian diamati dengan jadwal kunjungan yang random, kemudian dihitung persentase produktifnya. Sementara cara kualitatif menggunakan metode NASA-TLX, di mana objek penelitian mengisi kuesioner NASA-TLX yang telah dimodifikasi agar lebih mudah dimengerti. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, maka dilakukan pengolahan dan analisis terhadap data pengamatan work sampling dan isian kuesioner NASA-TLX tersebut. Hasil perhitungan akan menentukan apa yang dapat menjadi solusi dalam memenuhi kebutuhan manajemen PT. Pudak Scientific khususnya di area packaging. Hasil menunjukkan bahwa beban kerja yang dihadapi cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan persentase produktif menggunakan work sampling yang menunjukkan angka 121.17%. Sedangkan hasil kuesioner NASA-TLX menunjukkan bahwa rata-rata beban kerja pegawai sebesar 77.82. Kedua hasil ini telah melewati batas maksimum beban kerja manusia sehingga dapat dikatakan bahwa perlu adanya perbaikan untuk mengatasi tingginya beban kerja di area packaging. Hasil Analisis menunjukkan bahwa diperlukan adanya beberapa alternatif solusi yang diantaranya melakukan penambahan pegawai, pembaharuan work instruction, penambahan beberapa fasilitas di area packaging, menerapkan metode FIFO pada kegiatan racking, dan membuat visual board.
Penentuan Jumlah Unit Pengganti Minimum Pada Rute Bandung-Soekarno Hatta untuk Memaksimalkan Level Pelayanan Rute di PT XYZ Sinuhaji, Elieser Eirene; Pakpahan, Eka Kurnia Asih
Jurnal Telematika 2018: Industrial Engineering Seminar and Call for Paper (IESC) 2018
Publisher : Yayasan Petra Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61769/telematika.v0i0.250

Abstract

PT XYZ is a well-known vehicle travel operator located in Bandung. One of the busiest routes under their service is Bandung-Soekarno Hatta. There are 18 departures to be dispatched each day and to ensure 100% execution of all departures the company provides 18 units regular vehicles plus 3 units stand by vehicles. The stand by vehicles is provided in case the regular unit has to be put into maintenance program or had an unexpected breakdown. The downturn of economic situation has force the company into conducting efficiency improvement. The first thing that the company wants to check for efficiency is the number of stand by unit vehicle. Being a buffer, the stand by unit is considered as necessary evil that must be set as minimum as possible but still maintaining the 100% service level. This research is aimed to determine the minimum number of stand by unit vehicles that the company has to provide in order to maintain the 100% service level. We use simple statistical theory to calculate the expected value of available vehicle at a particular time. The result shows that in order to maintain 100% service level, the company need to provide only one stand by unit vehicles. This value provides guidance for the company for conducting efficiency attempt they are aiming to do.PT XYZ merupakan salah satu operator travel yang berlokasi di kota Bandung. Perusahaan ini merupakan salah satu operator travel yang melayani rute Bandung-Soekarno Hatta. Untuk melayani rute Bandung-Soekarno Hatta, terdapat delapan belas keberangkatan setiap harinya. Dilihat dari jumlah keberangkatan yang dibuka, PT XYZ menyediakan delapan belas unit reguler dan tiga unit pengganti untuk melayani rute ini agar level pelayanan rute ini maksimal. Namun sekarang ini PT XYZ sedang mengalami kendala dalam penyediaan spareparts untuk kendaraan mereka karena terkendala dalam masalah keuangan, sehingga untuk itu, jumlah unit pengganti diharapkan dapat diminimumkan, namun level pelayanan rute tetap maksimal.  Proses penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah minimum unit pengganti yang seharusnya disediakan oleh PT XYZ, dilihat dari harapan matematis yaitu ekspektasi jumlah unit yang available pada satu saat tertentu agar level pelayanan untuk rute Bandung-Soekarno Hatta dapat maksimal. Selain itu dilakukan perhitungan terhadap availability unit dan sistem, level pelayanan tanpa unit pengganti dan level pelayanan dengan unit pengganti. Dan dilakukan analisis terhadap level pelayanan tanpa unit pengganti dan level pelayanan dengan unit pengganti, sehingga diketahui berapa jumlah unit standby yang harus disediakan oleh PT XYZ agar level pelayanan rute maksimal.  Level pelayanan rute harus mencapai 100%, atau dengan kata lain delapan belas keberangkatan harus selalu dapat dilayani. Hasil dari ekspektasi jumlah unit yang available pada satu saat tertentu menunjukkan bahwa jumlah unit pengganti yang harus disediakan oleh PT XYZ adalah sebanyak satu unit agar level pelayanan rute mencapai 100%, dengan hanya satu unit penyediaan spareparts juga dapat diminimalisir karena jumlah unit pengganti juga sekarang menjadi sedikit atau minimum.
Model Simulasi untuk Sistem Manufaktur Fleksibel Pakpahan, Eka Kurnia Asih; Kristina, Sonna; Setiawan, Ari
Jurnal Telematika Vol. 13 No. 2 (2018)
Publisher : Yayasan Petra Harapan Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61769/telematika.v13i2.253

Abstract

This paper discussed the design of simulation model for a specific flexible manufacturing system (FMS) workstation. It consist of four CNC machines with identical processing capability, a stacker crane as material handling equipment, pallet stocker as material storage location and a computer centre as integrator of all workstation’s elements. Jobs to be processed are multi-stages which are divided by setup activity. A certain stage must be allocated on a single machine to avoid damage due to frequent material handling. Each stage consists of several operations and each operation requires a specific cutting tool. Thus, the capability of a particular machine to process a certain stage will depend on its cutting tools availability. When jobs-machine allocation has been created, it will guide the movement of material handling equipment to conduct material pickup and delivery. In this setting, the material handling equipment will perform as a shared resource, accommodating the movement of multiple jobs. By designing simulation model, this research is aimed to help production planner on determining three important decisions in timely fashion; the job-machine allocation, the number of cutting tools to be prepared on each machine’s tools magazine and the priority rule for guiding material handling equipment.Artikel ini membahas mengenai perancangan model simulasi untuk stasiun kerja di sebuah sistem manufaktur fleksibel (flexible manufacturing system/FMS). Stasiun kerja ini terdiri dari empat mesin CNC dengan kemampuan pemrosesan yang identik, sebuah alat pemindah material (stacker crane), lokasi penyimpanan material (pallet stocker) dan sebuah komputer yang mengintegrasikan semua komponen yang telah disebutkan sebelumnya. Pekerjaan yang dikerjakan di stasiun kerja ini bersifat multi-stage, setiap stage dipisahkan dengan kebutuhan setup. Sebuah stage pekerjaan harus dialokasikan ke satu mesin untuk menghindari kerusakan akibat pemindahan. Setiap stage pekerjaan terdiri dari beberapa operasi, dimana setiap operasi membutuhkan perkakas potong khusus. Untuk itu, mampu atau tidaknya sebuah mesin memproses sebuah stage pekerjaan ditentukan oleh ketersediaan perkakas potong yang dibutuhkan oleh rangkaian operasi dalam stage tertentu pada mesin tersebut. Saat alokasi pekerjaan ke mesin sudah dibuat, stacker crane akan melayani pemindahan material. Dalam hal ini, stacker crane melayani pemindahan bagi lebih dari satu pekerjaan sehingga membutuhkan aturan prioritas yang jelas. Melalui perancangan model simulasi, penelitian ini bertujuan untuk membantu perencana produksi dalam menentukan tiga keputusan penting secara cepat; pengalokasian pekerjaan ke mesin, penentuan jumlah perkakas potong yang harus disediakan di setiap mesin dan penentuan prioritas pemindahan material oleh stacker crane.