Sekarasih, Laras
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Psikologi Sosial

Gambaran Penyebab Perilaku Phubbing pada Pelanggan Restoran Noriksa Ratu Vetsera; Laras Sekarasih
Jurnal Psikologi Sosial Vol 17 No 2 (2019): August
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.054 KB) | DOI: 10.7454/jps.2019.12

Abstract

Di Indonesia terdapat sebutan “Generasi Menunduk” ataupun “Antisosial” sebagai salah satu dampak dari penggunaan teknologi media seperti ponsel pintar. Salah satu bagian dari perilaku penggunaan ponsel pintar di tempat umum yang belum banyak dibahas adalah perilaku phubbing, yaitumasyarakat cenderung fokus menatap ponsel daripada melangsungkan komunikasi tatap muka termasuk ketika makan bersama di restoran. Menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini bertujuan menggambarkan penyebab pelanggan restoran melakukan phubbingserta persepsi pelanggan mengenai penyediaan intervensi sebagai alternatif solusi untuk mengurangi perilaku phubbing. Wawancara semi-terstruktur dilakukan terhadap dua puluh orang pelanggan restoran dan tujuh orang dari pihak penyedia jasa restoran. Analisis tema terhadap respons partisipan menunjukkan tiga alasan penyebab phubbing: obsesi terhadap ponsel, Fear of Missing out (FoMo), dan kecanduan game. Dampak penyebab phubbing diketahui: memunculkan perasaan diabaikan, tidak dihargai, gangguan dalam berkomunikasi, dan memunculkan perasaan negatif. Penyediaan intervensi anteseden dipersepsi sebagai alternatif cara mengurangi perilaku phubbing di restoran. Penelitian selanjutnya perlu mengulas penyusunan program intervensi.
Efek Pengungkapan Pos Berbayar di Instagram Terhadap Intensi Membeli dan Preferensi Produk Nuriyah Amalia; Laras Sekarasih
Jurnal Psikologi Sosial Vol 18 No 1 (2020): February
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (705.192 KB) | DOI: 10.7454/jps.2020.04

Abstract

Sebagai dampak dari pembaruan ketentuan penggunaan Instagram, kini pos Instagram yang diunggah atas dasar afiliasi bisnis dengan sebuah merek diharuskan menyertakan disclosure language berupa keterangan “paid partnership” di bagian atas pos. Keterangan ini diprediksi dapat melemahkan intensi membeli dan preferensi konsumen terhadap produk yang diiklankan. Efek ini pun diprediksi akan diperkuat oleh kemampun individu dalam merekognisi iklan, tetapi dilemahkan oleh pengalaman individu menggunakan produk dari merek yang sama dengan produk dalam iklan. Untuk menjawab prediksi ini, peneliti melaksanakan sebuah studi eksperimental dengan dua variasi kelompok IV (pos Instagram berbayar dengan disclosure language vs tanpa disclosure language) yang melibatkan 312 partisipan. Kemampuan rekognisi iklan dan pengalaman menggunakan merek diposisikan sebagai moderator. Sesuai prediksi, keterangan paid partnership berdampak negatif terhadap intensi membeli, tetapi tidak terbukti mempengaruhi preferensi produk. Sementara itu, bertentangan dengan prediksi, kemampuan rekognisi iklan justru memperkuat intensi membeli individu setelah melihat pos Instagram dengan DL. Namun, kemampuan rekognisi iklan memang mampu melemahkan preferensi individu terhadap produk setelah melihat iklan dengan DL. Pengalaman menggunakan produk dari suatu merek terbukti mampu menimbulkan intensi membeli dan preferensi konsumen yang lebih kuat terhadap produk lain dari merek yang sama.
Sisi lain hostile sexism: Hubungan negatif dengan metaprasangka pada diskriminasi terhadap perempuan feminis Cahyaningtyas, Vidya Ayu; Sekarasih, Laras
Jurnal Psikologi Sosial Vol 23 No 2 (2025): Agustus
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jps.2025.12

Abstract

Aksi kolektif yang dilakukan kelompok feminis menjadi salah satu cara yang ditempuh untuk melakukan perlawanan terhadap seksisme. Namun, identitas dan aktivitas feminisme membuat perempuan feminis menerima berbagai konsekuensi negatif, salah satunya dalam bentuk diskriminasi. Dengan adanya persepsi negatif terhadap perempuan feminis dalam masyarakat, studi ini berusaha menguji peran outgroup meta-prejudice dan ingroup meta-prejudice dalam memediasi hubungan antara hostile sexism dan diskriminasi kepada perempuan feminis. Menggunakan cross-sectional survey secara daring, terdapat 708 Warga Negara Indonesia (WNI) berusia minimal 18 tahun (Musia = 26.38, SDusia = 5.65) yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan konteks lingkungan kerja dalam mengukur diskriminasi kepada perempuan feminis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hostile sexism tidak memprediksi diskriminasi kepada perempuan feminis secara langsung. Kami juga menemukan outgroup meta-prejudice dan ingroup meta-prejudice memediasi hubungan antara hostile sexism dan diskriminasi kepada perempuan feminis (indirect effect). Namun, asosiasi antara hostile sexism dengan kedua mediator terjadi secara negatif. Temuan ini memberikan gambaran berbeda mengenai peran meta-prejudice dalam konteks hubungan antara laki-laki dan perempuan.