Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

World Health Organization Regime Effectiveness in Controlling COVID-19: Case Study of Malaysia, Thailand, and Indonesia Ilkodar, Saptopo Bambang
Jurnal Paradigma Vol 27, No 1 (2023): January 2023
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/paradigma.v27i1.8986

Abstract

 The World Health Organization (WHO) is the only international organization to be given authority by the Charter of the United Nations to promote and protect the health of all people. Then it is not surprising that people look after the response and action of the WHO when COVID-19 cases explode worldwide.  Observing the response of the WHO, some analysts criticized the organization for late, incomprehensive, and unsystematic policy. Some even blame the way the organization work, that is reactive rather than predictive, the shortage of the budget, and the decision-making process that is not transparent.            This paper intends to analyze the effectiveness of the WHO's rule, norms and regulation in controlling the spread of the COVID-19. It tries to answer the question of how effective the WHO regime is in controlling COVID-19 spread. Using the theory of regime effectiveness, it studies the case of Malaysia, Thailand, and Indonesia. The three countries are chosen because WHO has appreciated Malaysia and Thailand for their compliance with International Health Regulations (2005) (IHR) core capacity requirements and have strong capacity and self-sufficiency in outbreak preparedness and response. Meanwhile, Indonesia faced considerable difficulties at the beginning of the pandemic, but currently Indonesia achieves better performance in controlling the pandemic than that Malaysia and Thailand. Keywords: World Health Organization, International Health Regulation, COVID-19, international regime, effectiveness
LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA KESEPAKATAN ASEAN OUTLOOK ON THE INDO-PACIFIC (AOIP) 2019 Kusuma, Intan Hera; Ilkodar, Saptopo Bambang
Jurnal Paradigma Vol 28, No 1 (2024): January 2024
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/paradigma.v28i1.11405

Abstract

Artikel ini membahas masalah perebutan pengaruh di wilayah Indo Pasifik yang terjadi antara Amerika Serikat dan China dalam hubungannya dengan ASEAN. Negara-negara anggota ASEAN berlokasi di tengah-tengah wilayah Indo Pasifik sehingga apabila terjadi konflik terbuka di wilayah tersebut maka negara-negara ASEAN akan memanggung akibatnya. Artikel ini berupaya menguraikan sikap dan langkah politik ASEAN dalam merespon kenyataan tersebut, dengan mengajukan pertanyaan penelitian: mengapa ASEAN menyepakati ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP). Permasalahan tersebut dikaji menggunakan teori keamanan regional yang dikembangkan Barry Buzan, yaitu Teori Kompleks Keamanan Regional yang sederhananya adalah sekumpulan negara yang memiliki kedekatan, sehingga negara-negara tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Region tidak hanya dipahami secara teritori saja, melainkan suatu konsep kawasan dimana proses sekuritisasi, desekuritisasi, atau gabungan keduanya saling terkait, sehingga masalah keamanannya tidak dapat dianalisis atau diselesaikan secara terpisah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ASEAN menyepakati AOIP karena meyakini rivalitas Amerika Serikat dan China dapat mengancam stabilitas politik dan keamanan negara-negara anggota ASEAN dan pada gilirannya dapat mengurangi peran sentral ASEAN di kawasan tersebut. 
THE EFFECTIVENESS OF THE UNION OF EUROPEAN FOOTBALL ASSOCIATIONS (UEFA) IN DEALING WITH RACISM Butuna, Dahlan Yusuf; Ilkodar, Saptopo Bambang
Jurnal Paradigma Vol 29 No 1 (2025): January 2025
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/paradigma.v29i1.13128

Abstract

This article examines the failure of the Union of European Football Association (UEFA) to address racism in the world of football. UEFA has enacted a number of rules to prevent and reduce racist acts in football matches. Facts show that racist acts, especially those carried out by supporters, during 2013 to 2019 actually increased. This article tries to answer the question of why the UEFA regime is ineffective in dealing with the problem of racism in the world of football. The analysis was carried out by borrowing the theory of regime effectiveness developed by Arild Underdal. The author collected data by literature study method. The results of the analysis show that the UEFA regime is ineffective in dealing with racist acts in football matches in Europe because: (1) the problem of racism originates outside the world of football so it is impossible to solve it by football organizations alone; (2) the perpetrator of racism is the supporter, while UEFA rules cannot be applied to the supporter; (3) the interests of UEFA members are not aligned with each other, making it difficult to achieve collaboration; and (4) the governing organs do not have the required capacity. 
PEMETAAN MODEL PEMBELAJARAN PANCASILA PADA PERGURUAN TINGGI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Ilkodar, Saptopo Bambang; Budiman, Lestanta; Hastangka, Hastangka
Civis : Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol 9, No 1 (2020): JANUARI 2020
Publisher : FPIPSKR Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/civis.v9i1.6083

Abstract

Tulisan ini bermaksud menggambarkan bagaimana para dosen pengasuh matakuliahPendidikan Pancasila pada perguruan tinggi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta melakukanpembelajaran. Maksudnya adalah untuk mengetahui apakah cara mereka melaksanakanpembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pendidikan Pancasila secaraumum adalah menumbuhkan pandangan, sikap, dan perilaku mahasiswa yang selaras dengannilai-nilai Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia. Tujuan tersebut termasukranah afektif. Pertanyaan yang hendak dicari jawabannya adalah apakah metode pembelajaranPancasila pada Perguruan Tinggi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta sesuai dengan tujuanmembangun ranah afektif. Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan dengan cara wawancaratatap muka. Respondennya adalah para dosen yang mengasuh matakuliah Pendidikan Pancasila,dipilih dengan metode purposive random sampling. Responden berasal dari perguruan tinggi negeri maupun swasta serta dari perguruan tinggi berbasis keagamaan dan perguruan tinggiberbasis kebangsaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran Pancasila pada perguruan tinggidi wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta belum sepenuhnya sesuai dengan tujuan yang hendakdicapai. Kondisi yang belum sesuai itu dilakukan oleh lebih dari sepertiga dosen pengasuhmatakuliah Pendidikan Pancasila. Ketidaksesuaian terjadi sejak rancangan perkuliahan,pelaksanaan pembelajaran, penugasan, hingga evaluasinya. Dalam hal rancangan perkuliahan,sebagian dosenn tidak patuh terhadap rancangan yang dia susun sendiri. Bahkan ada sebagiankecil yang tidak membuat rancangan pembelajaran semester. Rancangan perkuliahan jugajarang diubah dan disesuaikan dengan kondisi kebutuhan mutakhir. Dalam proses pengajaran,seperempat dosen mengandalkan ceramah, dan kurang dari lima persen menerapkan metodepembelajaran inovatif. Sedangkan dalam penilaian, sebanyak tiga perempan dosenmengandalkan metode ujian tertulis, sebuah metode yang lebih cocog untuk pembelajaran ranahkognitif.Kata kunci: Pancasila, pembelajaran, perguruan tinggi
World Health Organization Regime Effectiveness in Controlling COVID-19: Case Study of Malaysia, Thailand, and Indonesia Ilkodar, Saptopo Bambang
Jurnal Paradigma Vol 27 No 1 (2023): January 2023
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/paradigma.v27i1.8986

Abstract

 The World Health Organization (WHO) is the only international organization to be given authority by the Charter of the United Nations to promote and protect the health of all people. Then it is not surprising that people look after the response and action of the WHO when COVID-19 cases explode worldwide.  Observing the response of the WHO, some analysts criticized the organization for late, incomprehensive, and unsystematic policy. Some even blame the way the organization work, that is reactive rather than predictive, the shortage of the budget, and the decision-making process that is not transparent.            This paper intends to analyze the effectiveness of the WHO's rule, norms and regulation in controlling the spread of the COVID-19. It tries to answer the question of how effective the WHO regime is in controlling COVID-19 spread. Using the theory of regime effectiveness, it studies the case of Malaysia, Thailand, and Indonesia. The three countries are chosen because WHO has appreciated Malaysia and Thailand for their compliance with International Health Regulations (2005) (IHR) core capacity requirements and have strong capacity and self-sufficiency in outbreak preparedness and response. Meanwhile, Indonesia faced considerable difficulties at the beginning of the pandemic, but currently Indonesia achieves better performance in controlling the pandemic than that Malaysia and Thailand. Keywords: World Health Organization, International Health Regulation, COVID-19, international regime, effectiveness
LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA KESEPAKATAN ASEAN OUTLOOK ON THE INDO-PACIFIC (AOIP) 2019 Kusuma, Intan Hera; Ilkodar, Saptopo Bambang
Jurnal Paradigma Vol 28 No 1 (2024): January 2024
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/paradigma.v28i1.11405

Abstract

Artikel ini membahas masalah perebutan pengaruh di wilayah Indo Pasifik yang terjadi antara Amerika Serikat dan China dalam hubungannya dengan ASEAN. Negara-negara anggota ASEAN berlokasi di tengah-tengah wilayah Indo Pasifik sehingga apabila terjadi konflik terbuka di wilayah tersebut maka negara-negara ASEAN akan memanggung akibatnya. Artikel ini berupaya menguraikan sikap dan langkah politik ASEAN dalam merespon kenyataan tersebut, dengan mengajukan pertanyaan penelitian: mengapa ASEAN menyepakati ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP). Permasalahan tersebut dikaji menggunakan teori keamanan regional yang dikembangkan Barry Buzan, yaitu Teori Kompleks Keamanan Regional yang sederhananya adalah sekumpulan negara yang memiliki kedekatan, sehingga negara-negara tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Region tidak hanya dipahami secara teritori saja, melainkan suatu konsep kawasan dimana proses sekuritisasi, desekuritisasi, atau gabungan keduanya saling terkait, sehingga masalah keamanannya tidak dapat dianalisis atau diselesaikan secara terpisah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ASEAN menyepakati AOIP karena meyakini rivalitas Amerika Serikat dan China dapat mengancam stabilitas politik dan keamanan negara-negara anggota ASEAN dan pada gilirannya dapat mengurangi peran sentral ASEAN di kawasan tersebut.