Mukhtar S., Muhammad
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

AURAT DAN PAKAIAN PEREMPUAN Mukhtar S., Muhammad; Mardia, Mardia
Al-Maiyyah : Media Transformasi Gender dalam Paradigma Sosial Keagamaan Vol 12 No 2 (2019): AL-MAIYYAH
Publisher : LP2M IAIN Parepare

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (599.195 KB) | DOI: 10.35905/al-maiyyah.v12i2.690

Abstract

Isu aurat dan pakaian adalah masalah kontekstual-historis. Ini berarti bahwa batas aurat dan bagaimana tatacara berpakaian adalah masalah budaya lokal. Perkembangan budaya juga mempengaruhi konsepsi nilai dalam tindakan dan pola interaksi masing-masing anggota masyarakat. Berbagai masalah justru bermunculan di masyarakat yang memunculkan opini pro dan kontra terkait dengan masalah alat aurat dan pakaian wanita, khususnya masalah pembatasan aurat pada wanita dan hukum untuk menutupnya, kriteria pakaian atau pakaian yang digunakan untuk menutupinya. Terkait dengan aurat dan pakaian perempuan terdapat beberapa ketentuan, yaitu, pertama, seorang perempuan tidak boleh menampakkan auratnya (aurat besar) kecuali di hadapan suaminya; kedua,batasan minimal pakaian perempuan yang berlaku secara umum adalah menutup aurat bagian atas (al-juyub al-?ulwiyyah), yaitu daerah payudara dan bawah ketiak, dan menutup aurat bagian bawah (al-juyub as-sufliyah), bentuk berpakaian semacam ini bukan yang harus diperlakukan dalam melakukan interaksi sosial dalam masyarakat, tetapi dituntut untuk berpakaian sopan sesuai dengan etika, moral, dan adat masyarakat setempat; ketiga, Alqur?an dan sunnah secara pasti melarang segala aktivitas baik pasif maupun aktif yang dilakukan seseorang bila diduga dapat menimbulkan ransangan birahi kepada lawan jenisnya. Keempat, QS. An-Nur ayat 31 dan QS. Al-Ahzab ayat 59 merupakan tuntunan etika dan moral dalam berpakaian bagi perempuan agar mereka terhindar dari gangguan sosial ketika mereka keluar rumah untuk memenuhi kebutuhannya.
Aurat dan Pakaian Perempuan Mukhtar S., Muhammad; Mardia, Mardia
Al-Maiyyah: Media Transformasi Gender dalam Paradigma Sosial Keagamaan Vol 12 No 2 (2019): AL-MAIYYAH
Publisher : LP2M IAIN Parepare

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35905/al-maiyyah.v12i2.690

Abstract

The issue of nakedness and clothing is a contextual-historical problem. This means that the limits of genitalia and how to dress is a matter of local culture. The development of a culture also influences the conception of values ​​in the actions and interaction patterns of each of its members. Various problems actually arise in society that give rise to pro and contra opinions related to the issue of genitalia and women's clothing, especially the issue of limitation of genitalia on women and the law to close it, clothing or clothing criteria used to cover it. Regarding women's clothing, there are a number of provisions. Firstly, a woman must not reveal her nakedness (large nakedness) except in front of her husband. Secondly, the minimum limitation of women's clothing that generally applies is to close the upper intimate area, namely the breast and underarm area, and cover the lower intimate area. This form of dress is not something that should be treated in social interaction in society, but is demanded to dress in accordance with the ethics, morals, and customs of the community. Thirdly, the Qur'an and Sunnah definitely prohibit all activities, both passive and active, if someone is suspected can cause sexual arousal to the opposite sex. Fourth, QS. An-Nur verses 31 and QS. Al-Ahzab verse 59 is an ethical and moral guidance in dressing for women so that they avoid social disturbances when they leave the house to meet their needs.