Artikel ini membahas dua aliran filsafat utama, yakni idealisme dan realisme, serta implikasinya dalam praktik pendidikan. Idealisme berangkat dari keyakinan bahwa realitas sejati bersumber dari ide, ruh, atau pikiran, sehingga pendidikan harus menekankan pembentukan karakter, nilai moral, dan pengembangan potensi spiritual peserta didik. Sebaliknya, realisme memandang bahwa realitas bersifat objektif dan dapat diamati, sehingga pendidikan harus mengarahkan peserta didik untuk memahami dunia nyata melalui observasi, pengalaman, dan penalaran logis. Kajian ini dilakukan melalui metode studi pustaka dengan pendekatan deskriptif-analitis terhadap literatur filsafat dan pendidikan yang relevan. Hasil kajian menunjukkan bahwa meskipun kedua aliran memiliki pandangan yang berbeda secara fundamental, keduanya memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan kurikulum, peran guru, serta pendekatan pembelajaran. Idealisme memberi landasan bagi penguatan nilai-nilai luhur dan pembentukan kepribadian yang utuh, sedangkan realisme memberi arah bagi pendidikan yang adaptif dan relevan dengan tantangan kehidupan modern. Artikel ini menegaskan pentingnya integrasi kedua pendekatan untuk menghasilkan model pendidikan yang seimbang yakni tidak hanya berorientasi pada pengetahuan teoretis dan nilai-nilai universal, tetapi juga pada keterampilan praktis dan kesiapan menghadapi realitas sosial. Dengan menggabungkan idealisme dan realisme, pendidikan dapat berfungsi sebagai alat transformasi individu sekaligus sebagai strategi pembangunan masyarakat. Artikel ini merekomendasikan agar para pendidik dan perancang kebijakan pendidikan mempertimbangkan sintesis kedua pendekatan ini dalam setiap aspek pengajaran dan pengembangan kurikulum agar tercipta sistem pendidikan yang holistik, kontekstual, dan berkelanjutan.