Prevalensi dan insidensi epilepsi pada anak dan remaja di Indonesia cukup signifikan, berkisar antara 0,5% hingga 1% dengan insidensi 45-50 kasus per 100.000 anak setiap tahunnya. Namun, banyak kasus yang tidak terdiagnosis atau tidak mendapatkan perawatan memadai, terutama di daerah terpencil. Situasi ini menimbulkan pertanyaan tentang faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya diagnosis dan pengelolaan epilepsi serta dampaknya terhadap kualitas hidup anak-anak penderita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan mensintesis temuan-temuan terkait prevalensi dan insidensi epilepsi pada anak dan remaja di Indonesia selama periode 2018-2023, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap tantangan dalam diagnosis dan pengelolaan epilepsi. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur untuk mengkaji prevalensi dan insidensi epilepsi pada anak dan remaja di Indonesia (2019-2024). Literatur diambil dari database seperti Google Scholar, PubMed, dan Scopus, dengan kata kunci "Epilepsy," "Prevalence," "Incidence," "Children," "Adolescents," dan "Indonesia." Kriteria inklusi mencakup studi dengan desain cross-sectional yang melaporkan data pada anak dan remaja. Hasil menunjukkan bahwa prevalensi dan insidensi epilepsi pada anak dan remaja di Indonesia (2018-2023) menghadapi tantangan dalam diagnosis dan pengelolaan. Faktor seperti rendahnya pengetahuan masyarakat, dukungan keluarga terbatas, dan dampak pandemi COVID-19 berkontribusi pada hasil kesehatan yang buruk. Penelitian menekankan perlunya pendekatan holistik yang meliputi edukasi orang tua, pemantauan medis, dan dukungan psikologis untuk meningkatkan kualitas hidup.