Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Keragaman dan Komposisi Spesies Ikan Hasil Tangkapan dengan Alat Tangkap Pancing Dasar di perairan Pantai Bukide Timur, Nusa Tabukan, Sangihe, Sulawesi Utara Kaim, Mukhlis Abdul; Tamarol, Joneidi; Palawe, Handoko J.
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan Vol 18, No 2 (2024)
Publisher : Program Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33378/jppik.v18i2.485

Abstract

Keragaman dan komposisi spesies ikan hasil tangkapan merupakan informasi dasar dan penting dalam merencanakan strategi penangkapan yang tepat dan bermanfaat bagi para pengambilan kebijakan terkait pengelolaan sumber daya ikan dan pelestarian ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaman dan komposisi spesies ikan hasil berdasarkan waktu penangkapan dan periode fase umur bulan. Penelitian ini menggunakan metode observasi langsung kemudian menggunakan Uji statistik ANOVA untuk mengetahui variasi komposisi hasil tangkapan pada masing-masing variabel penelitian. Ditemukan sebanyak 19 spesies dari 10 famili. Komposisi jumlah hasil tangkapan paling banyak terdapat pada waktu pagi hari pada semua fase bulan dan komposisi hasil tangkapan tertinggi pada semua waktu penangkapan terdapat pada fase bulan gelap.  Analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara fase bulan dan waktu penangkapan terhadap hasil tangkapan ikan demersal.
STIMULUS DAN TRANSFER TEKNLOGI BOTTOM HAND LINE “BAWONO” BAGI NELAYAN LEPPE KECAMATAN TABUKAN UTARA Lungari, Fitria Fresty; Kaim, Mukhlis Abdul
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 4 No 1 (2020): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/tkrg.v4i1.324

Abstract

Leppe merupakan salah satu dusun pesisir di kecamatan Tabukan Utara. Kampung Leppe memiliki penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Nelayan Leppe umumnya mengenal alat tangkap jenis bottom hand line disebut “Bawono” yang biasanya digunakan untuk menangkap ikan demersal bernilai jual cukup tinggi di Kabupaten Kepulauan Sangihe seperti kurisi, kuwe dan kerapu. Meskipun alat tangkap Bawono diketahui berdampak positif terhadap pendapatan nelayan lokal, secara umum alat tangkap ini belum memberikan kontribusi serupa terhadap pendapatan nelayan mitra di kampung Leppe. Salah satu penyebabnya ialah tingginya biaya pemeliharaan alat tangkap “Bawono” yang hampir semua bahan pembuatannya berasal dari Philipina. Secara khusus, Bawono untuk menangkap ikan kurisi membutuhkan intensitas perawatan tinggi karena besarnya ukuran ikan tangkapan yang menjadikan alat tangkap ini rentan putus/rusak pada pengoperasian berikutnya, situasi yang sangat membutuhkan stimulus dan transfer teknologi. Itulah sebabnya, tim pengabdi menyediakan bahan dan melatih masyarakat mitra di desa Leppe untuk membuat 10 unit alat tangkap bottom hand line “Bawono”. Melalui kegiatan ini, nelayan diharapkan menjadi lebih produktif, dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan hasil tangkapan ikan yang pada gilirannya diharapkan memperbaiki taraf hidup nelayan mitra. Leppe is one of the coastal villages the North Tabukan sub-district whose people mainly work as farmers and fishermen. Leppe’s fishermen are familiar with hand line fishing gear so called “Bawono” used to catch demersal fish with high economic value in the Sangihe Islands Regency including ornate threadfin bream, giant travely and grouper. Although this fishing gear is known to give a positive impact on the local fishermen's income, it hasn’t given similar contribution to our partner fishermen in the village. One of the reasons is high maintenance cost of “Bawono” fishing gear, whose materials mostly obtained from the Philippines. In particular, the one used to catch ornate threadfin bream requires high maintenance mainly because of the size of caught fish, rendering this fishing gear more prone to damage in the following fishing operations, desperately requiring transfer technology and stimuly. Hence, our team provided materials and trained the local fishermen in Leppe village to build 10 units of “Bawono” bottom hand lines. It is expected that through this community service, our fishermen partners can reduce their fishing operation production cost, be more productive and increase their fishing catch which in turn improve their standard of living.
PENGGUNAAN WARNA CAHAYA LAMPU PADA PANCING CUMI DI KAMPUNG BENTUNG KECAMATAN TABUKAN SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Kaim, Mukhlis Abdul; Lungari, Fitria Fresty
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 5 No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/tkrg.v5i2.363

Abstract

Kampung Bentung terletak di wilayah pesisir yang memiliki penduduk dengan mata pencarian sebagai petani dan nelayan. Masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan, secara khusus nelayan yang umumnya hanya mengenal teknik penangkapan cumi dengan menggunakan pancing cumi, dimana konstruksinya menggunakan lampu blits (warna cahaya) sebagai alat bantu penangkapan. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa warna lampu memberikan pengaruh terhadap hasil tangkapan cumi. Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini akan dilakukan dengan mengadakan penyuluhan tentang pentingnya menjaga ekosistem terumbu karang dalam pengoperasian alat tangkap, sehingga operasi penangkapan ikan/biota laut lainnya di Kampung Bentung menjadi penangkapan ikan yang mengarah pada perikanan tangkap bertanggungjawab dan berkelanjutan, serta membuat dan memberikan bahan untuk 10 unit alat tangkap pancing cumi. Melalui kegiatan ini nelayan penangkap ikan dapat melakukan penangkapan ikan secara benar dan tidak berdampak buruk terhadap lingkungannya khususnya terhadap kondisi terumbu karang disekitarnya, dengan demikian usaha ini dapat menjadi sumber meningkatkan taraf hidup bagi kesejahteraan masyarakat nelayan itu sendiri. Bentung village is located in a coastal area that has residents with livelihoods as farmers and fishermen. People who work as fishermen, especially fishermen, generally only know the technique of catching squid by using squid fishing rods, where the construction uses blits (light colors) as a fishing aid. The results showed that the color of the lights had an effect on the catch of squid. This community service activity will be carried out by holding outreach on the importance of maintaining the coral reef ecosystem in the operation of fishing gear, so that fishing operations/ other marine biota in Bentung village become fishing that leads to responsible and sustainable capture fisheries, as well as making and providing materials for 10 units of fishing gear for squid. Through this activity, fishermen can catch fish properly and do not have a negative impact on the environment, especially on the condition of the surrounding coral reefs, thus this effort can be a source of increasing the standard of living for the welfare of the fishing community itself.
PENINGKATAN KUANTITAS PANCING ULUR “NANNUNGA” SEBAGAI STIMULUS BAGI NELAYAN NELAYAN KAMPUNG BENGKETANG KECAMATAN TABUKAN UTARA Lungari, Fitria Fresty; Tamarol, Joneidi; Kaim, Mukhlis Abdul
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 6 No 2 (2022): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/tkrg.v6i2.443

Abstract

Kampung Bengketang merupakan kampung dipesisir kecamatan Tabukan Utara yang sebagian masyaraktnya menggantungkan diri dari hasil laut, seperti menangkap ikan dasaran. Salah satu alat tangkap yang sering digunakan adalah pancing ulur dasar “nannunga”. Alat tangkap ini penggunaannya menjadi salah satu alat tangkap yang banyak diandalkan nelayan dan umumnya berbahan baku tali damyl Indonesia. Seiring dengan pemakaian yang hampir setiap hari, tentunya membuat kekuatan dari tali semakin hari semakin menurutn. Nelayan kampung Bengketang mulai berinovasi dengan menggant tali dolphin philipin.Tentunya hal ini menjadi tantangan baru, karena harganya jauh lebih mahal. Pengabdian ini bertujuan untuk memberikan stimulus bagi nelayan kampung Bengketang untuk meningkatkan produktivitas dalam penggunaan pancing ulur “nannunga” sebagai salah satu cara meningkatkan taraf hidup. Metode yang digunakan yaitu Partisipatory Rural Apprasial.Hasil yang diperoleh yaitu setelah pemberian stimulus bagi nelayan Bengketang, terlihat ada peningkatan jumlah hasil tangkapan dari dua kali melaut pasca pengabdian yang dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian stimulus, konsisten memberikan dampak positif bagi nelayan Bengketang yang menjadi mitra. Bengketang Village is a coastal village in the North Tabukan sub-district, where most of the people depend on marine products, such as fishing for bottom fish. One of the fishing gear that is often used is the "nannunga" bottom hand line. This fishing gear is used as one of the fishing gear that many fishermen rely on and is generally made from Indonesian damyl rope. Along with almost daily use, of course, the strength of the rope is getting more and more obedient. Fishermen from Bengketang village started to innovate by changing the dolphin ropes from the Philippines. Of course this is a new challenge, because the price is much more expensive. This service aims to provide a stimulus for Bengketang village fishermen to increase productivity in the use of the "nannunga" bottom hand line as a way to improve their standard of living. The method used is Participatory Rural Appraisal. The results obtained are that after the provision of a stimulus for Bengketang fishermen, it appears that there is an increase in the number of catches from going to sea twice after the service is carried out. This shows that the provision of stimulus consistently has a positive impact on Bengketang fishermen who are partners.