Karya sastra sejarah dalam era pasca-kolonial memiliki cirik has tersendiri di mana perempuan dihadapkan pada suatu tindakan agresif para penjajah yang menyebabkan keterlindasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi intertekstual dalam karya sastra post-kolonialisme yaitu novel Gadis Pantai dan film The Last Princess. Metode penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif-kualitatif dengan metode penelitian mengalir. Teknik analisis data yaitu menggunakan triangulasi teori. Peneliti mengumpulkan teori-teori intertekstualitas, dan teori post-kolonialisme perempuan untuk diterapkan ke dalam penelitian ini. Cara untuk memvalidasi data, peneliti membuat deskripsi yang kaya dan padat. Hasil penelitian ini adalah konsep oposisi dalam novel Gadis Pantai terlihat melalui sistem kekuasaan berupa kasta, patriarki, serta kesenjangan orang kota dan orang kampung. Konsep transposisi terlihat dari pergeseran bingkai cerita dan diferensiasi lapisan sosial. Konsep Transformasi dijelaskan dalam penyebutan kata ‘Bendoro’ menjadi kata ‘Nyonya Besar’ dan terjadi sedikit perbedaan bingkai cerita dalam novel terjemahannya. Konsep oposisi film The Last Princess terdapat dalam adegan sikap priyayi dan sikap proletar, sikap pro-kontra terhadap penjajah, dan sikap raja dengan permaisurinya. Konsep transposisi terletak pada adegan di Jepang yang terjadi pergantian seting signifikan. Konsep transformasi perbedaan bahasa yang digunakan. Novel Gadis Pantai memiliki intertekstual sosial dan berkaitan erat dengan nilai-nilai mimikri yang ada dalam teori post-kolonialisme. Simpulan dari penelitian ini adalah beberapa bagian cerita sesuai dengan teori-teori post-kolonialisme perempuan. Film The Last Princess juga memberikan gambaran mengenai sejarah tentang dinasti terakhir di Korea, perjuangan dan kemerdekaan Korea. Keduanya melalui proses dalam teori Kristeva yakni konsep oposisi, transposisi, dan transformasi serta kaitannya dengan kondisi sosio-historis. Berdasarkan Teori Riffaterre terdapat hiponim yang berupa alur, perwatakan tokoh, dan kebudayaan patriarki yang berkembang di kedua belah karya sastra tersebut.