Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PEMANFAATAN ECENG GONDOK SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PAKAN IKAN Fitarani, Novia
Jurnal Kelitbangan Bappeda Pringsewu Vol 3 No 2 (2018): JURNAL KELITBANGAN PENGEMBANGAN DAN INOVASI IPTEK KABUPATEN PRINGSEWU
Publisher : Bappeda Kabupaten Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kegagalan produksi pada budidaya ikan antara lain adalah akibat kurangnya pertumbuhan ikan karena kandungan karbohidrat pada pakan ikan yang diberikan rendah, kurangnya pemberian vitamin dan mineral yang terkandung dalam pakan ikan, tingginya harga pakan komersil dan beberapa hambatan lainnya sehingga perlu adanya alternatif penambahan bahan-bahan pada pakan ikan yang memacu peningkatan pertumbuhan ikan. Tujuan penelitian adalah mengetahui perbandingan biaya pembuatan pakan dengan menggunakan eceng gondok dan limbah ikan jika dibandingkan dengan pakan komersial. Dalam penelitian dilakukan pembuatan pakan dengan kandungan protein pakan 25% sebanyak 1 kg. Komposisi bahan yang dibutuhkan untuk 1 kg pakan yang dihasilkan adalah tepung eceng gondok 100 gr, silase ( limbah ikan ) 200 gr, ampas tahu 200 gr, Dedak halus 200 gr, dan bungkil jagung 300 gr. Sedangkan bahan tambahannya sagu 30 gr (di cairkan dengan air), vitamin 1 gr, terasi 20 gr, probiotik 50 gr, ragi tempe 50 gr, dan asam formiat 3 cc. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan Aspergilus niger atau Aspergilus orizae (ragi tempe). Limbah yang digunakan hasil pertanian, yang pada umumnya mempunyai serat kasar tinggi (bonggol jagung, ampas tahu, eceng gondok). Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa bahan baku yang digunakan yaitu relatif lebih murah dibanding pakan ikan komersil, limbah eceng gondok dan limbah ikan dapat digunakan menjadi bahan baku pakan ikan yang memiliki nilai jual. Biaya pembuatan pakan dengan menggunakan limbah eceng gondok dan limbah ikan yaitu Rp. 5.795/kg. Biaya ini lebih murah jika dibandingkan dengan harga pakan komersil.
HUBUNGAN PRODUKTIVITAS PRIMER DENGAN TINGKAT PRODUKSI TAMBAK POLIKULTUR RUMPUT LAUT DENGAN UDANG DAN IKAN BANDENG: STUDI KASUS DI BREBES, JAWA TENGAH, INDONESIA Widowati, Lestari Lakhsmi; Fitarani, Novia; Rejeki, Sri; Ariyati, Restiana Wisnu
Jurnal Riset Akuakultur Vol 19, No 2 (2024): Juni (2024)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.19.2.2024.123-140

Abstract

Produktivitas tambak dipengaruhi oleh produktivitas primer yang tergantung dari kesetimbangan dinamika suhu, salinitas, kandungan oksigen, fosfat, dan nitrat. Nilai produktivitas primer yang tinggi meningkatkan daya dukung lingkungan bagi pertumbuhan rumput laut, ikan bandeng, dan udang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan produktivitas primer terhadap produksi tambak polikultur dan membandingkan hasil produksi Gracilaria sp. pada tambak polikultur rumput laut dengan udang (RLU) dan rumput laut dengan ikan bandeng (RLB). Observasi selama 4 bulan dilakukan pada 10 tambak RLU dan 10 tambak RLB di Desa Randusanga Wetan, Kabupaten Brebes. Padat tebar ikan bandeng adalah 1-2 ekor m-2, udang windu 10 ekor m-2, dan rumput laut adalah 1 ton ha-1. Dosis pakan udang 2% bobot tubuh per hari, sedangkan ikan bandeng hanya mengandalkan pakan alami berupa klekap yang tumbuh di tambak. Nilai produktivitas primer pada tambak RLB (112,17 ± 41,06 mgC.m-3.hari-1) dan RLU (105,39 ± 29,12 mgC.m-3.hari-1)  tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0,05). Hubungan produktivitas primer dengan produksi Gracilaria sp. adalah cukup kuat, yaitu 76% pada polikultur dengan ikan bandeng, dan 61% pada polikultur dengan udang. Namun, korelasi produktivitas primer terhadap produksi ikan bandeng dan udang windu memiliki hubungan yang rendah (10%). Tambak RLB menghasilkan produksi Gracilaria sp. lebih tinggi (8.885 kg.ha-1.siklus-1) dibandingkan dengan tambak RLU (7.203 kg.ha-1.siklus-1). Pada budidaya polikultur dengan rumput laut, produksi ikan bandeng adalah 688 kg.ha-1.siklus-1, dan produksi udang yaitu 593 kg.ha-1.siklus-1. Produktivitas primer yang tinggi pada tambak polikultur rumput laut dengan ikan bandeng menghasilkan produksi Gracilaria sp. yang lebih tinggi dibanding tambak polikultur rumput laut dengan udang.Pond productivity is influenced by primary productivity, which depends on the dynamic balance of temperature, salinity, oxygen, phosphate, and nitrate content. High primary productivity values increase the environmental carrying capacity for the growth of seaweed, milkfish, and shrimp. The aims of this study were to determine the relationship between primary productivity and production in polyculture ponds and compare the production results of Gracilaria sp. in polyculture ponds of seaweed with shrimp (RLU) and seaweed with milkfish (RLB). Observations were carried out during 4 months at 10 RLU ponds and 10 RLB ponds in Randusanga Wetan Village, Brebes Regency. The stocking density for was 1-2 fish m-2  for milkfish, 10 shrimp m-2  for tiger prawns and 1 ton ha-1 for seaweed. The feed dose for shrimp was 2% of body weight per day, while milkfish only rely on natural food in the form of microphytobenthos available in the ponds. The primary productivity values in RLB ponds (112.17 ± 41.06 mgC m-3 day-1) and RLU (105.39 ± 29.12 mgC m-3 day-1) did not show significant differences (P<0.05). The correlation between primary productivity and Gracilaria sp. production is quite strong, which is 76% in polyculture with milkfish, and 61% in polyculture with shrimp. However, the correlation between primary productivity and milkfish and tiger prawn production is low (10%). The RLB ponds produced higher quantity of Gracilaria sp. (8,885 kg ha-1 cycle-1) compared to RLU ponds (7,203 kg ha-1 cycle-1). In polyculture with seaweed, milkfish production was 688 kg ha-1 cycle-1, and production of shrimp was 593 kg ha-1 cycle-1. High primary productivity in polyculture ponds of seaweed and milkfish resulted in a higher production of Gracilaria sp. compared to that of seaweed and shrimp polyculture ponds.