This research aims to understand the origins of the verse 1 Corinthians 14:33b-35, which is often used to limit the role of women in ecclesiastical ministry, as well as its implications for Pentecostal women. Using a qualitative approach and conjectural emendation methods, this research explores how the text has been understood and interpreted in the context of Pentecostal churches, which are often more accepting of women's leadership roles than other denominations. This research shows that the interpretation and application of 1 Corinthians 14:33-35 varies, influenced by cultural and historical contexts and contemporary debates regarding conjectural emendation. The research results highlight that this verse may be a later interpolation inconsistent with Paul's other teachings that support women's active role in the church, including their role in prayer and prophecy. These findings indicate the importance of revisiting these texts in their social and rhetorical context to reveal a more inclusive view of the role of women in the church, potentially changing the practice and theology of contemporary Pentecostal churches to be more inclusive. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk memahami asal usul ayat 1 Korintus 14:33b-35 yang sering digunakan untuk membatasi peranan perempuan dalam pelayanan gerejawi, serta implikasinya bagi perempuan Pentakostal. Menggunakan pendekatan kualitatif dan metode emendasi konjektural, penelitian ini menggali bagaimana teks tersebut telah dipahami dan ditafsirkan dalam konteks gereja Pentakostal, yang sering kali lebih menerima peran kepemimpinan perempuan dibandingkan denominasi lain. Penelitian ini menunjukkan bahwa interpretasi dan penerapan 1 Korintus 14:33-35 bervariasi, dipengaruhi oleh konteks budaya dan sejarah serta debat kontemporer mengenai emendasi konjektural. Hasil penelitian menyoroti bahwa ayat tersebut mungkin merupakan interpolasi belakangan yang tidak konsisten dengan ajaran Paulus lainnya yang lebih mendukung peran aktif perempuan dalam gereja, termasuk peran mereka dalam berdoa dan bernubuat. Temuan ini mengindikasikan pentingnya meninjau kembali teks-teks tersebut dalam konteks sosial dan retoris mereka untuk mengungkap pandangan yang lebih inklusif tentang peran perempuan dalam gereja, yang berpotensi mengubah praktik dan teologi gereja Pentakostal kontemporer menjadi lebih inklusif.