Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PERKEMBANGAN SPASIAL HUNIAN SUKU BAJO DI KAMPUNG WURING KOTA MAUMERE Gobang, Ambrosius A. K. S.; Sudikno, Antariksa; Nugroho, Agung Murti
ARTEKS Jurnal Teknik Arsitektur Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30822/artk.v2i1.136

Abstract

Kondisi spasial hunian Suku Bajo di kampung Wuring Kota Maumere dilihat pada karakteristik hunian masyarakat sebagai kampung awal peradaban muslim dan menjadi pusat penyebaran agama Islam di Kabupaten Sikka. Latar belakang sejarah sebagai tinjauan dalam menggali terbentuknya hunian masyarakat serta aspek geografis, sosial, budaya dan ekonomi masyarakat setempat. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan metode fenomenologi dengan analisis deskriptif kualitatif dan bersifat naturalistik yaitu menggambarkan dan menginterpretasi catatan budaya Suku Bajo berupa keterangan sejarah, dokumen peta, maupun artefak yang berwujud fisik hunian masyarakat Suku Bajo. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji perkembangan spasial yang terbentuk berupa sistem spasial hunian dan aspek-aspek yang melandasi pembentukan spasial hunian Suku Bajo pada kawasan kampung Wuring sebagai upaya untuk memahami kondisi awal hingga terbentuknya hunian kampung saat ini. Hasil penelitian memberikan gambaran tentang sistem spasial hunian mencakup organisasi ruang, orientasi ruang dan hirarki ruang dalam lingkup mikro hunian berupa konsep ma’bunda-ma’buli. Selain itu gambaran perkembangan spasial hunian berupa bentuk panggung tumbuh dan panggung diaruma yang berdampak terhadap messo lingkungan karena adanya aspek non fisik yang melandasi pembentukan spasial hunian di kawasan kampung Wuring. Kata kunci: spasial, hunian, suku Bajo, kampung Wuring
POLA PEMANFAATAN DALAM TATA SPASIAL HUNIAN SUKU BAJO YANG BERKEMBANG DI KAMPUNG WURING KOTA MAUMERE Ambrosius A.K.S. Gobang; Antariksa Sudikno; Agung Murti Nugroho
NALARs Vol 17, No 1 (2018): NALARs Volume 17 Nomor 1 Januari 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.17.1.51-64

Abstract

ABSTRAK. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji pola pemanfaatan ruang dalam tata spasial hunian yang berkembang berupa sistem spasial hunian dan aspek-aspek yang melandasi pembentukan dan pemanfaatan spasial hunian Suku Bajo pada kawasan kampung Wuring sebagai upaya untuk memahami kondisi awal hingga terbentuknya permukiman kampung saat ini. Aspek pembentukan spasial didalamnya mengandung substansi gagasan perencanaan dari fungsi, bentuk asli, variasi bentuk dan perkembangannya. Kondisi spasial hunian Suku Bajo di kampung Wuring Kota Maumere dilihat dari karakteristik permukiman masyarakat sebagai kampung awal peradaban muslim dan menjadi pusat penyebaran agama Islam di Kabupaten Sikka. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan metode fenomenologi dengan analisa deskriptif kualitatif dan bersifat naturalistik yaitu menggambarkan dan menginterpretasi catatan budaya Suku Bajo berupa keterangan sejarah, dokumen peta, maupun wujud fisik bangunan rumah masyarakat Suku Bajo. Hasil penelitian memberikan gambaran secara umum yaitu sistem spasial hunian mencakup organisasi ruang, orientasi ruang dan hirarki ruang dalam lingkup mikro hunian yang berdampak terhadap perkembangan lingkungan. Secara khusus ada perkembangan ruang dalam (mikro) berupa konsep ma’bunda-ma’buli serta bentuk rumah panggung tumbuh dan bentuk rumah panggung diaruma sebagai respon terhadap kecenderungan pola pemanfaatan ruang hunian dan beberapa aspek non fisik yang melandasi pembentukan spasial hunian di kawasan kampung Wuring. Kata kunci: pemanfaatan, sistem spasial, hunian, Suku Bajo, kampung Wuring. ABSTRACT. The purpose of this research is to examine using spatial pattern of a dwelling which developed into the form of spatial system occupancy and aspects to underline the formation and spatial utilization of Bajo Tribe at Wuring village as an effort to understand the initial condition until the creation of current village settlement. The aspects of spatial formation in it contain substance the idea of the planning of the function, the original form, the variation of form and its development. The spatial condition of the Bajo Tribe in Maumere City is seen from the characteristics of the settlement’s community as the early village of Muslim civilization and became the center of spreading out of Islam in Sikka District. By the approach in this research has been using phenomenology method with qualitative descriptive and naturalistic analysis that is descriptive describing and interpreting cultural record of Bajo Tribe in the form of description history, map document, and physical form of Bajo Tribe’s house. The results of the study provide a general overview of the spatial system of occupancy includes organization, orientation, and hierarchy space within the scope of micro occupancy that impact on the development of the environment. Particularly, there is a development of inner space (micro) in the form of ma'bunda-ma'buli concept and the formation at the growth of stage house and diaruma’s stage form as a response to the trend of occupancy utilization pattern space and some non-physical aspects underlying on the spatial establishment of dwelling in Wuring village. Keywords: utilization, spatial system, dwelling, Bajo Tribe, Wuring village..
IDENTITAS MODERN BERBUDAYA PADA KAWASAN PUSAT PERTOKOAN DI KOTA MAUMERE Ambrosius Alfonso Korasony Sevili Gobang
Sustainable, Planning and Culture (SPACE) : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 2 No 2 (2020): Ruang Tematik
Publisher : UNHI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/space.v2i2.1122

Abstract

The city of Maumere is a city of pride for past, present and future generations. This is supported by the existence of 3 main gates for the entry and exit of goods and services on the mainland of Flores, all of which lead to the city center, causing social and economic impacts, namely the emergence of a tendency for people with very high consumerism characteristics and the need for space for economic activity. This study aims to examine the shopping area as a representative and identified area that can accommodate the economic activities of the people in Maumere City. The research method used is based on qualitative descriptive, namely examining the socio-culture of the community with various economic activities that trigger the growth of the commercial sector with its supporting facilities. The combination of qualitative and quantitative data can assist in conducting descriptive analysis. The results show that the shopping area of Maumere City requires the support of commercial buildings that meet the standards as a forum for economic activity with a modern, cultured image so that it can answer these economic and socio-cultural needs. Along with the increasing needs for life and business premises, the shopping area needs to be reorganized into a representative trading center for the city of Maumere, including the facades of buildings that are united with the availability of infrastructure facilities and infrastructure, including circulation space and green open spaces of quality and beautifully arranged, comfortable. and modern cultured for all societies.
Spatial development of Bajo tribal residence in Wuring Village Maumere City Ambrosius A. K. S. Gobang; Antariksa; Agung Murti Nugroho
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur Vol 2 No 1 (2017): ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur | Juli 2017 ~ Desember 2017
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandira

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1075.268 KB) | DOI: 10.30822/arteks.v2i1.37

Abstract

The spatial condition of the Bajo Tribe at Wuring village in Maumere Town is seen in the characteristics to residential community as early village of Muslim civilization and became the center of spreading out Islam in Sikka Regency. The historical background is as a review in exploring the formation’s community dwelling and geographical, social, cultural and economic aspects of the local community. This approach in research using phenomenology method with qualitative descriptive and naturalistic analysis that is describing and interpreting cultural record of Bajo Tribe in the form of description of history, map document, or artefact which in the form of physical resident of Bajo tribe society. The purpose of this study is to examine the spatial development that is formed in the form of spatial system to residential and the aspects underlying the spatial establishment of Bajo Tribe in Wuring village area as an effort to understand the initial condition until the formation of the present kampung hamlet. The result of this research gives general ilustration about occupancy spatial system including space organization, space orientation and space of hierarchy in micro scope of residence in the form of ma'bunda-ma'buli concept. On the other hand, it is also on environmental messo like form of spatial development shelter in the form of grow stage and diaruma stage because of the non-physical aspect underlined spatial formulation of dwellings to the area of ​​Wuring village.
MENGKAJI TRADISI MEMBANGUN “ORIN TAGAN” MASYARAKAT KAMPUNG NITA KABUPATEN SIKKA Ambrosius Alfonso Korasony Sevili Gobang; Emiliana Yulistia Polawati
Pawon: Jurnal Arsitektur Vol 4 No 01 (2020): PAWON : Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (708.42 KB) | DOI: 10.36040/pawon.v4i01.2346

Abstract

Rumah berbentuk panggung yang disebut “Orin Tagan” yaitu rumah yangmemiliki kolong (lewu) atau panggung setinggi 1 meter. Sehubunganterjadinya interaksi dari budaya yang berbeda dan menetap di satu PulauFlores, maka unsur-unsur budaya yang dapat berpengaruh satu terhadapyang lain. Salah unsurnya berupa tradisi membangun. Penelitian tentangtradisi membangun rumah masyarakat kampung Nita sangat sedikit.Sehingga dicari beberapa penelitian berdasarkan tema sejenis (tema: tradisimembangun) dan lokasi sejenis (lokasi: Kampung Nita, Kabupaten Sikka).Rumusan masalah penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana tradisimembangun “orin tagan” oleh masyarakat Kampung Nita. Tujuan penelitianini adalah untuk memahami tradisi membangun “orin tagan” olehmasyarakat Kampung Nita dengan membentuk sebuah diagram unsurpembentuk. Strategi penelitian bersifat deskriptif/naratif. Metodepengumpulan data bersifat kualitatif. Data primer diambil berdasarkan hasilwawancara mendalam dengan: undagi (arsitek kampung/tukang) dan tokohmasyarakat. Metode analisis data terdiri atas: (1) analisis paticipantsmeaning dan (2) analisis sistem struktur dan (3) analisis sistem tampilan.Hasil penelitian yang diharapkan adalah berupa diagram yang berisi unsurunsuryang membentuk struktur rumah panggung (orin tagan) padamasyarakat Kampung Nita Kabupaten Sika, yaitu sistem struktur dan sistemtampilan. Unsur pembentuk sistem struktur terdiri atas: struktur atap, dindingdan pondasi. Unsur pembentuk sistem sistem tampilan terdiri atas: tampilanteras dan tampilan kusen.
Mengungkap Jejak Karakteristik Lokal Lansekap Tradisional Kampung Petilasan Kerajaan Sikka Ambrosius A K S Gobang
Jurnal Latar Vol. 1 No. 1 (2023): Jurnal LATAR (Juni)
Publisher : Program Studi Arsitektur Universitas Nusa Nipa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69749/jl.v1i1.7

Abstract

Peradaban dan kehidupan masyarakat Sikka dimulai di kampung Sikka oleh penghuni asli dan pendatang dengan percampuran budaya, terjadi proses perkawinan sampai pembentukan lingkungan fisik dan lansekap tradisional berupa pembangunan Lepo Gete dengan pengaruh gaya arsitektur luar oleh kaum pendatang serta bagian ruang ritual baik di sudut kanan dalam rumah berupa Watu Blapur maupun di luar rumah berupa Watu Mahe yaitu megalit Wua Du’a dan menhir Moat Mahe dipengaruhi oleh tradisi penduduk asli yang selalu memberikan persembahan kepada leluhur. Perwujudan budaya dalam lingkungan fisik dan lansekap tradisional berupa bangunan adat seperti Lepo Gete sebagai rumah induk atau istana untuk kepala suku atau raja, Botek sebagai lumbung untuk menyimpan hasil pertanian, Mobo sebagai rumah untuk pembantu kepala suku atau pembantu raja, dan Watu Mahe sebagai altar untuk persembahan kepada leluhur itu tidak akan pernah dijumpai di Sikka pada waktu sekarang ini, karena salah satu bukti nyata terlihat pada hasil pembangunan kembali istana Lepo Gete yang oleh sebagian budayawan Sikka mengatakan bahwa hasil pembangunan itu tidak seperti aslinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap perwujudan budaya masyarakat Sikka dalam lingkungan fisik dan lansekap tradisonal kawasan istana Lepo Gete. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif terhadap aspek budaya masyarakat Sikka, proses pembentukan lansekap tradisional serta pemanfaatan ruang untuk aktifitas budaya dalam lingkungan fisik kawasan Lepo Gete. Hasil dari penelitian ini berupa pembahasan budaya masyarakat Sikka dengan proses pembentukan lansekap tradisional dan lingkungan fisik serta pemanfaatannya untuk aktifitas budaya akan berdampak pada upaya mengungkap jejak karakteristik lokal lansekap tradisional, identifikasi budaya dan rekonstruksi kawasan Lepo Gete.
Indeks Kualitas Infrastruktur Rumah Layak Huni di Kabupaten Sikka Triapriono Kaidu; Ambrosius A K S Gobang; Alfrendo Satriawan Kabupung
Jurnal Latar Vol. 1 No. 2 (2023): Jurnal LATAR (Desember)
Publisher : Program Studi Arsitektur Universitas Nusa Nipa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69749/jl.v1i2.26

Abstract

Pertumbuhan populasi di Kabupaten Sikka, tentu saja berdampak pada kebutuhan akan infrastruktur perumahan yang memadai, khususnya dalam konteks rumah layak huni. Rumah layak huni bukan hanya sebuah aspek kesejahtraan, tetapi juga berkaitan erat dengan faktor-faktor kesehatan, pendidikan, dan kualitas hidup secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis indeks kualitas infrastruktur rumah layak huni di Kabupaten Sikka. Metode penelitian menggunakan teknik survei lapangan, wawancara dan pengumpulan data dari berbagai sumber terkait. Ada 77 sampel yang diambil langsung dari lokasi penelitian di kelurahan Kota Uneng dan salah satu desa di Kecamatan Waiblama. Analisis yang dilakukan terhadap beberapa aspek kualitas infrastruktur rumah tangga dengan akses air minum layak memperoleh persentase 21,15% dikatagorikan rusak berat, rumah tangga dengan akses air limbah sanitasi layak memperoleh persentase 60,17% dikategorikan rusak sedang. Sedangkan hunian bangunan memperoleh 69,81% menunjukan rusak sedang. Infrastruktur humah layak huni di Kabupaten Sikka mengalami kerusakan dengan dengan nilai persentase 50,38%.
SPASIAL MESSO PERMUKIMAN KAMPUNG PETILASAN WURING KOTA MAUMERE Ambrosius Alfonso Korasony Sevili Gobang
Increate - Inovasi dan Kreasi dalam Teknologi Informasi Vol. 6 No. 1 (2019)
Publisher : Increate - Inovasi dan Kreasi dalam Teknologi Informasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tepi laut atau pesisir pantai merupakan ruang yang relatif dominan bagi permukiman perairan di Indonesia. Satu diantaranya adalah kawasan permukiman Suku Bajo di kampung Wuring, Kelurahan Wolomarang Kecamatan Alok Barat Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur. Permukiman kampung di Wuring memiliki kekhasan yaitu dibangun di atas air yang menyatu dengan daratan. Penelitian ini menggunakan metode analisa deskriptif kualitatif yaitu menjelaskan dan menginterpretasi catatan budaya Suku Bajo, berupa dokumen historis, peta lokasi, maupun wujud fisik bangunan rumah masyarakat Suku Bajo dan objek lainnya yang ada di lapangan. Adapun pendekatan fenomenologi digunakan untuk melihat makna dalam masyarakatyang menjelaskan pengalaman orisinal dari situasi spesifik dan bertujuan menganalisis spasial messoyang terbentuk dan aspek-aspek yang melandasi terwujudnya spasial messopermukiman Suku Bajo pada kawasan kampung petilasan Wuring. Hasil penelitian memberikan gambaran tentang spasial messo permukiman masyarakat Suku Bajo di pesisir kampung petilasan Wuring Kota Maumere ini memiliki suatu pola spasial yang unik yaitu membentuk pola linier memanjang, karena rumah-rumah tinggal masyarakat selalu berorientasi ke jalan lingkungan dan ruang laut di belakangnya. Pola perkembangan kampung Wuring ini dimulai dari leko yaitu koral atau gugusan karang dalam laut dan dangkal. Di atas taka ini kemudian masyarakat Suku Bajo melakukan aktivitas menangkap ikan dengan memarkir sampan atau rumah perahu yang lama kelamaan masyarakat menanam tiang-tiang lalu membangun rumahnya dan perlahan-lahan menimbun taka tersebut menjadi daratan. Kecenderungan ini dapat menjelaskan keadaan kampung Wuring saat ini yaitu Wuring Tengah dan Wuring Laut yang sudah menjadi daratan itu awalnya adalah perairan dengan taka yang ditimbun oleh Suku Bajo karena sifat uniknya bermukim di atas laut. Pola spasial kawasan ini menunjukan adanya pengaruh ruang luar yaitu jalan dan lautan yang keduanya bemanfaat sebagai jalur aksesibilitas kawasan. Selain itu adanya suatu relasi yang cukup kuat antara hunian masyarakat dengan berbagai fasilitas penunjang aktivitas sosial ekonomi masyarakat
PENERAPAN PRINSIP ARSITEKTUR BERKELANJUTAN PADA RUMAH ADAT LEPA RIA KUNU MBENGU PAGA KABUPATEN SIKKA Alexius Boer; Ambrosius A. K. S. Gobang; Yospeh Thobias Parera
Increate - Inovasi dan Kreasi dalam Teknologi Informasi Vol. 9 No. 1 (2023): Jurnal In Create
Publisher : Increate - Inovasi dan Kreasi dalam Teknologi Informasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Konsep arsitektur hijau merupakan konsekuensi dari konsep arsitektur berkelanjutan. Bahwa dengan merancang arsitektur hijau, diharapkan manusia dapat hidup dan melakukan aktifitas dimuka bumi ini secara berkelanjutan. Arsitektur hijau meminimalkan penggunaan sumber daya alam oleh manusia untuk menjamin generasi yang akan datang dapat memanfaatkan bagi kehidupannya kelak. Konsep arsitektur berkelanjutan juga menggarisbawahi akan perlunya meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh bangunan terhadap lingkungan dimana manusia hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem desain arstektur berkelanjutan pada rumah adat Mbengu, baik dalam memanfaatkan sumber daya dan energi setempat, menentukan jenis material bangunan yang ramah lingkungan dan juga penggunaan sistem struktur pada bangunan. Metode yang digunakan yaitu dengan mendeskripsikan variabel yang dipilih sesuai kondisi eksisting dari hasil observasi lapangan. Data dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif pada aspek-aspek yang menjadi fokus dalam prinsip arsitektur berkelanjutan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah pola penerapan prinsip arsitektur berkelanjutan yang terdapat di rumah adat Mbengu sehingga dapat menjadi rekomendasi untuk desain rumah-rumah modern yang berkembang.
Analisa Produktivitas Tenaga Kerja Di Lapangan Pekerjaan Dinding Pada Proyek Pembangunan Penambahan Ruang Kelas Baru Margaretha Yuneta; Ambrosius A K S Gobang; Yono Putra
Jurnal Latar Vol. 2 No. 1 (2024): Jurnal LATAR (Juni)
Publisher : Program Studi Arsitektur Universitas Nusa Nipa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69749/jl.v2i1.67

Abstract

Produktivitas pekerja dalam proses pelaksanaan konstruksi sangat penting agar pekerjaan dapat diselesaikan dalam waktu yang yang sudah direncanakan. Karena produktivitas saling berkaitan dan sangat berpengaruh terhadap biaya dan waktu. Jika pekerja tidak produktiv maka pekerjaan bisa tertunda dan pelaksanaan semakin lama. Jika pelaksanaan proyek semakin lama  maka biaya yang dibutuhkan untuk pelkasanaan proyek tersebut pun bertambah. Oleh karena itu pada penelitian ini akan meneliti bagaimna produktivitas tenaga kerja pada proyek Pembangunan Penambahan Ruang Kelas Baru SMP Negeri Alok. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui produktivitas tenaga kerja pekerjaan dinding pada proyek Pembangunan Penambahan Ruang Kelas Baru SMP Negeri Alok. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Hasil produktivitas dilapangan yaitu 9,537 m2/hari untuk mandor dan kepala tukang, 6,584 m2/hari untuk tukang, dan 5,038 m2/hari untuk pembantu tukang merupakan hasil rata-rata dari analisis koefisien produktivitas pekerjaan plesteran dinding pada proyek Pembangunan Penambahan Ruang Kelas Baru SMP Negeri Alok. Hasil produktivitas SNI yaitu 45,455 m2/hari untuk mandor, 50 m2/hari untuk kepala tukang, 5 m2/hari untuk tukang, dan, 2,5 m2/hari untuk pembantu tukang.