Claim Missing Document
Check
Articles

Evaluasi Tingkat Kecenderungan Penerapan Tema/Konsep Arsitektur Nusantara Dalam Skripsi Arsitektur Tahun Akademik 2007-2011 Handajani, Rinawati P.; Asikin, Damayanti; Pamungkas, Sigmawan T.; Nugroho, Agung Murti; Astrini, Wulan
RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies) Vol 10, No 2 (2012)
Publisher : RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (772.807 KB) | DOI: 10.21776/ub.ruas.2012.010.02.6

Abstract

This study aimed to determine the level of student tendencies in the Department of Architecture FTUB in impelementing Nusantara Architecture in their final task and to knwo the variety of Nusantara Architecture concept that have been implemented by graduates of Department of Architecture FTUB. The limitation of this study is the final task of students of Department of Architecture FTUB within the last 5 years (2007-2011). Evaluation indicators are tendency level of implementing Nusantara Architecture theme/concept which is confined to the theme, isue, approaches and outcomes. Benefits provided from this study, especially for Department of Architecture FTUB are to evaluate the success of the curriculum to enhance competency in accordance with the vision and mission of the department, as a guide for the improvement and development of curriculum-based Nusantara Architecture, as a guide in the development of lecturing materials by each laboratory. Besides, it is expected to provide benefits to other departments in the FTUB to evaluate the successful in implementing curriculum to improve the competence of graduates.Keywords: Final task, tendency level, Nusantara Architecture
Decrease of Building’s Humidity with Epiphyte and Xerophyte Wahjutami, Erlina Laksmiani; Antariksa, Antariksa; Nugroho, Agung Murti; Leksnono, Amin Setyo
Journal of Islamic Architecture Vol 3, No 4 (2015): Journal of Islamic Architecture
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, UIN Maliki Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.954 KB) | DOI: 10.18860/jia.v3i4.3091

Abstract

This article is part of the research phase in Environmental Sciences Doctoral study program that is interdisciplinary research, ongoing. Architecture disciplines collaborate with the disciplines of biology to solve the problem of the microclimate in the built. Paradigm used as benchmarks is bioclimatic architecture in which there is a relationship between elements of the building, climate, and living organisms. Living organisms - in this case the plant - used as a tool to solve the problem of the microclimate in buildings. Plant is one of the living organisms that grow and thrive in their respective habitats and the climate of each character. Several studies have shown that plants are able to lower both ambient temperature and the temperature inside the building. In this study, the problem is the existence of a higher humidity levels in small type of dwelling (STD) that has been totally renovated. Meanwhile Epiphytic and Xerophyte are plants that live by absorbing surrounding moisture. In the next stage of research, it is expected that the capability of Epiphyte and Xerophyte’s plants to reduce the building’s humidity proven. From the interpretation Q.S. 23: 17, implied that: Allah has bring down the water to the earth to grow a variety of plants [1]. The diversity of these plants would be useful for people who have sense. Building as the built environment will become sustainable environment when the human capable of utilizing plants as part of it.
KARAKTERISTIK RUANG PADA RUMAH TRADISIONAL TANEAN LANJHANG DI DESA BANDANG LAOK KECAMATAN KOKOP, KABUPATEN BANGKALAN MADURA Kurnia, Widya Aprilia; Nugroho, Agung Murti
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (755.191 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v2i1.13836

Abstract

Tanean Lanjhang merupakan bentuk rumah tradisional Madura yang memiliki komponen-komponen yang di antaranya adalah Langghar (Musholla), rumah utama yang diikuti rumah-rumah lainnya yang pada umumnya berderet dari Barat ke Timur, sesuai dengan urutan dalam keluarga, dapur, kandang, dan Tanean (pekarangan). Pada penelitian ini dibahas tentang karakteristik ruang pada rumah tradisional Tanean Lanjhang di Desa Bandang Laok, Kecamatan Kokop, Kabupaten Bangkalan, Madura yang terfokus pada beberapa kelompok Tanean Lanjhang di Dusun Baktalbak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menganalisis hasil identifikasi karakteristik ruang pada masing-masing kelompok Tanean. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola Tanean Lanjhang yang hanya terdapat 1 rumah utama saja disebabkan oleh keterbatasan lahan untuk mendirikan rumah hunian baru, sehingga keluarga baru/muda harus membuat rumah hunian lain dengan pola Tanean Lanjhang juga. Selain itu terdapat persamaan bentuk ruang dengan ukuran ruang yang bervariasi, sesuai dengan fungsi dan kegunaan. Sementara itu, perbedaan pembatas ruang dan komponen ruang menunjukkan tingkat perekonomian yang berbeda Tanean Lanjhang is a form of  Madurese  traditional house  which have components  of Langghar (mosque), the main house followed by other homes that are generally rows from West to East, according to the order in the family, kitchen, stables, and Tanean (yard). This study discussed about the characteristics of space in a traditional house Tanean Lanjhang in the village of Bandang Laok, Kokop District, Bangkalan Regency, Madura, which focused on several groups of Tanean Lanjhang in Baktalbak village. The method used in this research is descriptive qualitative by analyzing space characteristics on each Tanean group. The results showed that the pattern  of Tanean Lanjhang with one main house was caused by the limitation of land to build a new residential house, so the new family must build another residential house with Lanjhang Tanean pattern also. In addition, there is a similarity of form of space with room sizes in vary according to the functionality and usability. While the difference  of space  barrier  and  space  components  showed  the  different  levels of the economy.REFERENCESArimbawa, W., Santhyasa, I Komang Gede. 2010.  Perspektif Ruang Sebagai Entitas Budaya Lokal: Orientasi Simbolik Ruang Masyarakat Tradisional Desa Adat Penglipuran, Bangli-Bali. Local Wisdom Jurnal Ilmiah OnlineDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1982. Sistem Kesatuan Hidup Setempat  Daerah Jawa Timur. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.Haryadi., Setiawan, B .1995, Arsitektur Lingkungan dan Perilaku. Dirjen Dikti, Depdikbud RI.Hermanto, H. 2008. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Perubahan Fungsi Ruang di Serambi Pasar Induk Wonosobo. Universitas Diponegoro. SemarangLefebvre, Henry. 1991. The Production of Space. Blackwell Publishing. United Kingdom.Maulidi, Chairul. 2010, Harmonisasi ruang, alam dan budaya tradisional madura: sebuah konsep adaptasi lingkungan perkotaan terhadap dampak perubahan iklim. Program Studi Rancang Kota Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi BandungRapoport, Amos, 1969, House Form and Culture. Englewood Cliffs,N.J. Prentice-Hall, Inc.Sarwono, Sarlito Wirawan. 1992. Psikologi Lingkungan. PT Gramedia, JakartaTulistyantoro, Lintu. 2005. Makna Ruang Pada Tanean Lanjang Di Madura, Dimensi Interior,  Vol. 3, No. 2: 137 – 152.  Wahid, J., Alamsyah, B. 2013. Teori Arsitektur; Suatu Kajian Perbedaan Pemahaman Teori Barat dan Timur. Graha Ilmu, YogyakartaWiryoprawiro, Zein, M. 1986. Arsitektur Tradisional Madura – Sumenep. Laboratorium Arsitektur Tradisional Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya
PERUBAHAN RUANG BERBASIS TRADISI RUMAH JAWA PANARAGAN DI DESA KAPONAN Nurmayanti, Yunita; Dwi Wulandari, Lisa; Murti Nugroho, Agung
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 4, No 1 (2017): June
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2206.452 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v4i1.20393

Abstract

Tatanan spasial (ruang) memperlihatkan hubungan antara arsitektur dan budaya masyarakat setempat. Manusia sebagai makhluk yang berpikir dinamis, memiliki peran besar untuk merubah lingkungan fisik maupun kebudayaan. Tatanan ruang tradisional merupakan warisan leluhur yang harmonis, senantiasa mengalami perubahan untuk beradaptasi dengan modernitas budaya global. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi dan menganalisis unsur-unsur ruang yang berubah dan (2) menjelaskan faktor-faktor sosial-budaya yang mempengaruhinya, pada objek rumah tinggal tradisional di wilayah kebudayaan Jawa Panaragan. Objek penelitian berupa rumah-rumah berlanggam arsitektur Jawa, yang telah berdiri sejak sebelum era kemerdekaan RI, terletak di wilayah tertua dari permukiman Desa Kaponan. Metodologi penelitian menggunakan pendekatan kualitatif-rasionalistik dengan analisis deskriptif. Penggalian data melalui observasi langsung terhadap objek yang menjadi kasus penelitian dan wawancara silang dengan informan (narasumber dan keyperson) terkait. Variabel penelitian meliputi organisasi, fungsi, hirarki, orientasi serta teritori ruang sebagai panduan untuk mengamati perubahan ruang dalam 2 (dua) periode waktu. Objek/kasus penelitian dipilih secara sengaja berdasar kriteria meliputi rumah lurah, carik, pamong desa dan tokoh masyarakat yang menjabat pada masa lampau, dilengkapi dengan rumah petani serta buruh tani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur spasial (ruang) yang banyak berubah adalah organisasi dan teritori ruang sebagai konsekuensi dari penambahan jumlah, jenis dan fungsi ruang. Unsur spasial yang sedikit berubah adalah orientasi dan hirarki ruang karena kuatnya faktor kepercayaan leluhur. Faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan ruang terutama adalah struktur keluarga dan perubahan gaya hidup seiring meningkatnya pengetahuan dan pendidikan. Kata-kata kunci : perubahan ruang, rumah tradisional, Jawa Panaragan  THE TRADITION BASED ROOM CHANGES IN JAWA PANARAGAN HOUSE OF KAPONAN VILLAGESpatial order (space) shows the relationship between the architecture and the culture of local community. As dynamic thinking creature, human has a major role in changing the physical environment or culture. Order of the traditional spaces which is a harmonious ancestral heritage is constantly changing to adapt to the global culture of modernity. This research aimed to (1) identify and analyze the elements of spatial change and (2) explain the socio-cultural factors that affected it, on the object of traditional house in the Panaragan Javanese cultural area. The object of research were traditional Javanese type of home, built before the era of Indonesia independence (1945), located in the oldest settlement of the Kaponan Village. The research methodology used a qualitative–rationalistic approaches with descriptive analysis. Data mining was conducted through direct observation of objects that became case studies and interviews with related informants and keyperson. Variables of research include organization, function, hierarchy, orientation and territory of spatial (space) as a guide for observing spatial change between two periods of time. Object/case studies were deliberately chosen based on criteria include the house of the village head and officials, teacher and community leaders who served in the past, also added with home of farmers and farmworkers. The results showed that elements of the spatial (space) which was much changed was the organization and territorial spaces as a consequence of the addition of the number, type and function space. The elements of spatial orientation and space hierarchy was less changed, because of the strong ancestral belief and religion. The main factors affecting the occurrence of a spatial change was family structure and lifestyle changes, along with the increasing knowledge and education. Keywords: change spaces, traditional house, Jawa Panaragan REFERENCESAltman, I. & Chemers M.M. (1989). Culture & Environment. New York: Cambridge University Press. Habraken, N. J. (1988(. Type as a Social Agreement. Makalah dalam Asian Congress of Architect. Seoul. Habraken, N.J. (1982). Transformation of The Site. Massachusetts: MITT. Kartono, J.L. (2005). Konsep Ruang Tradisional Jawa dalam Konteks Budaya. Jurnal Dimensi Interior. III (2): 124-136. Marti, M, Jr. (1993). Space Operasional Analisis. USA: PDA Publisher Corporation. Rapoport, A. (2005). Culture, Architecture, and  Design. Chicago: Locke Scientific. Soegijono, Arkham, R, Zaenuri & Setiantoro. (2006). Sekilas Sejarah Desa Kaponan dan Silsilah Penduduknya. Tidak dipublikasikan. Ponorogo. Susilo, G.A. (2010). Peranan Arsitektur Tradisional Jawa dalam Pembangunan Berkelanjutan (Studi Kasus Arsitektur Joglo Ponorogo).  Makalah dalam Seminar Nasional FTSP-ITN. Malang. Susilo, G.A. (2015). Model Tipe Bangunan Tradisional Ponorogo.  Makalah dalam Prosiding Temu Ilmiah IPLBI. E 137-E 144. Sutarto A. & Sudikan, S.Y. (Eds. ). (2004). Pendekatan Kebudayaan dalam Pembangunan Provinsi Jawa Timur. Sutarto, A. (2004).  "Studi  Pemetaan  Kebudayaan Jawa Timur" Jember: Kompyawisda
POLA PEMANFAATAN RUANG PADA SELAMATAN DESA DI PERMUKIMAN PERKOTAAN, STUDI KASUS: SELAMATAN DESA RW IV KELURAHAN JAJAR TUNGGAL SURABAYA Astari, Dahlia; Nugroho, Agung Murti
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (931.827 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v2i1.13839

Abstract

Selamatan desa adalah ritual yang bertujuan untuk mengucapkan rasa syukur atas panen yang melimpah dan menghindarkan diri dari mara bahaya. Di beberapa daerah di Kota Surabaya masih melaksanakan tradisi tersebut terutama di daerah pertanian. Meskipun demikian, RW IV Kelurahan Jajar Tunggal masih mempertahankan tradisi tersebut meskipun kondisi permukiman berada di wilayah padat perkotaan dengan penduduk yang mayoritas beragama Islam dan bekerja di sektor swasta dan bekerja sebagai tukang. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengetahui pola pemanfaatan ruang yang terjadi pada pelaksanaan selamatan desa dengan memanfaatkan jalan utama untuk melaksanakan tradisi tersebut. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan behavior mapping dengan pemetaan perilaku yaitu place centered maps. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pola pemanfaatan ruang di jalan utama kampung berbentuk menyebar dan mengelompok di daerah yang rindang dan dekat dengan warung/toko. Sedangkan pada saat selamatan desa, pusat aktivitas terjadi hampir di sepanjang jalan utama kampung Selamatan desa is a ritual that aims to create a sense of gratitude for a bountiful harvest and refrain from danger. In some areas in the city of Surabaya still  performs  this tradition, especially in the areas that still have agricultural land. However, RW IV Kelurahan Jajar Tunggal still performs this tradition even though the conditions in the settlements located in the dense urban area with a  Muslim  majority society and livelihood as private sector employees and craftmans. Therefore, this study wants to know the pattern of utilization of space that occurs in Selamatan desa that using the main street for the tradition. The Method used is descriptive qualitative with environment behavior study approach with behavior mapping by place centered maps. The results of this study indicate that the pattern of use of the street in everyday activities shaped with spread and clustered form in an area close to stall or shady areas. While at Selamatan desa, the concentration of activity spread all along the main streetREFERENCESHaryadi & Bobby Setiawan. 1995. Arsitektur Lingkungan dan Perilaku: Teori, Metodologi dan Aplikasi. Yogyakarta: Proyek Pengembangan Pusat Studi Lingkungan: Departemen Pendidikan dan KebudayaanLang, John. 1987. Creating Architectural Theory. Van Nostrand Reinhold Co. New York.Laurens, Joyce.2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia. PT. Grasindo. JakartaRapoport, Amos. 1977. Human Aspects of Urban Form: Towards A Man-Enviromental Approach to Urban Form And Design. Pergamon Press, New York.Wahid, Julaihi & Bhakti Alamsyah. 2013. Teori Arsitektur: Suatu Kajian Perbedaan Pemahaman Teori Barat dan Timur. Graha Ilmu. YogyakartaZeisel, John. 1981. Inquiry by Design: Environment/Behavior/Neuroscience in Architecture, Interiors, Landscape and Planning. Wadsworth Inc, Belmont. California 
KOSMOLOGI RUANG VERTIKAL DAN HORIZONTAL PADA RUMAH TRADISIONAL (SA’O) DESA ADAT SAGA, KABUPATEN ENDE, FLORES Achmad, Zulkifli H.; Sudikno, Antariksa; Nugroho, Agung Murti
ARTEKS Jurnal Teknik Arsitektur Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30822/artk.v1i2.132

Abstract

Title: Vertical and Horizontal Room Cosmology in Traditional House (Sa’o) Adat Saga Village, Ende Regency, Flores Cosmology is the science related to kemestaan (cosmos) in a concept of the relationship between the human world (micro-cosmos) and of the universe. Space in traditional house Saga has values and khasan interesting architecturally is examined. The influence of Ngga'e on the Du'a belief and traditional home space Saga interesting architecturally is identified. This study uses qualitative methods with an ethnographic approach that is description. The findings of this study is about the cosmology of the space on a traditional home. Cosmological view of space in traditional house Saga is distinguished into three parts namely is lewu, gara as one and mention the position of the human body parts. Cosmological view of space in traditional Indigenous Villages (Sa'o) Saga depicted horizontally with the mother lay. Nature of traditional house Saga is the core of fertility and birth. Being a mother is clearly visible on a carved door (pene ria) enter Sa'o believe carving the breasts of a woman who symbolizes the human life and a transverse under IE peneria koba leke symbolizing the human development. The position of the head of the mother at the lulu (the dugout), second legs on his back is to the fore in the tent (dugout or accepting guests), second hand mereba is at the right and left dhembi space, the womb or humanitarian space are at puse ndawa. Keywords: traditional house (sa'o), the indigenous village of saga, the cosmology of the vertical and horizontal spaces
PERKEMBANGAN SPASIAL HUNIAN SUKU BAJO DI KAMPUNG WURING KOTA MAUMERE Gobang, Ambrosius A. K. S.; Sudikno, Antariksa; Nugroho, Agung Murti
ARTEKS Jurnal Teknik Arsitektur Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30822/artk.v2i1.136

Abstract

Kondisi spasial hunian Suku Bajo di kampung Wuring Kota Maumere dilihat pada karakteristik hunian masyarakat sebagai kampung awal peradaban muslim dan menjadi pusat penyebaran agama Islam di Kabupaten Sikka. Latar belakang sejarah sebagai tinjauan dalam menggali terbentuknya hunian masyarakat serta aspek geografis, sosial, budaya dan ekonomi masyarakat setempat. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan metode fenomenologi dengan analisis deskriptif kualitatif dan bersifat naturalistik yaitu menggambarkan dan menginterpretasi catatan budaya Suku Bajo berupa keterangan sejarah, dokumen peta, maupun artefak yang berwujud fisik hunian masyarakat Suku Bajo. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji perkembangan spasial yang terbentuk berupa sistem spasial hunian dan aspek-aspek yang melandasi pembentukan spasial hunian Suku Bajo pada kawasan kampung Wuring sebagai upaya untuk memahami kondisi awal hingga terbentuknya hunian kampung saat ini. Hasil penelitian memberikan gambaran tentang sistem spasial hunian mencakup organisasi ruang, orientasi ruang dan hirarki ruang dalam lingkup mikro hunian berupa konsep ma’bunda-ma’buli. Selain itu gambaran perkembangan spasial hunian berupa bentuk panggung tumbuh dan panggung diaruma yang berdampak terhadap messo lingkungan karena adanya aspek non fisik yang melandasi pembentukan spasial hunian di kawasan kampung Wuring. Kata kunci: spasial, hunian, suku Bajo, kampung Wuring
PENGARUH URBAN CONFIGURATION KAMPUNG KOLONIAL TERHADAP IKLIM MIKRO DI KOTA SURABAYA Amanda, Dita Rizky; Maulidi, Chairul; Nugroho, Agung Murti
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 9, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perbedaan karakteristik urban configuration pada ruang kampung membentuk iklim mikro dan kenyamanan termal yang berbeda. Pada penelitian ini dilakukan identifikasi mengenai perbandingan tipologi kenyamanan berdasarkan nilai THI (Temperature Humidity Index) terkecil di Kampung Bubutan yang memiliki karakteristik kampung kolonial dan Kampung Kalidami yang mewakili permukiman masa kini. Metode untuk mendapatkan nilai THI delakukan dengan mengidentifikasi sebaran iklim mikro yang berupa suhu, kelembaban relatif, dan kecepatan angin menggunakan software ENVI-met yang disimulasikan dalam tiga kondisi waktu yaitu pagi (09.00), siang (12.00), dan sore (15.00). Sebaran iklim mikro digeneralisasikan menggunakan rumus THI Nieuwolt untuk mengetahui tingkat kenyamanan termal pada ruang kampung. Kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui pengaruh urban configuration terhadap iklim mikro di Kampung Bubutan dan Kampung Kalidami. Berdasarkan hasil analisis, terdapat 15 tipologi ruang kampung dengan kenyamanan sedang, 20 tipologi ruang kampung dengan kenyamanan termal tidak nyaman, dan tidak ditemukan ruang dengan tipologi nyaman.
KEARIFAN TROPIS PADA RUMAH TRADISIONAL MADURA Studi Kasus Rumah Bangsal Budaggan Nugroho, Agung Murti
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 4, No 3 (2021): Vol 4, No 3 (2021): Jurnal Arsitektur Zonasi Oktober 2021
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v4i3.37202

Abstract

Arsitektur tropis merupakan desain yang tanggap terhadap iklim tropis yang panas dan lembap melalui strategi peneduhan, pendinginan dan penyejukan alami terutama pada bangunan tradisional. Tujuan makalah ini adalah menemu-kenali kearifan tropis pada Rumah Tradisonal Madura untuk merumuskan pengetahuan desain pasif dengan teknik pengamatan visual dan pengukuran lingkungan termal. Metode observasi visual digunakan untuk menemukan tingkat kesesuaian desain tanggap iklim. Teknik pengukuran suhu dan kelembapan udara di luar dan dalam bangunan untuk mengevaluasi kenyamanan lingkungan termal pada studi kasus Rumah Bangsal Budaggan, Pamekasan, Madura. Hasil kearifan elemen desain tropis yang ada pada Rumah Bangsal Budaggan yang  sudah sesuai adalah orientasi masa bangunan dan bukaan; penempatan dan bentuk ruang hunian tunggal tanpa penyekat; jumlah, ukuran dan tipe jendela; ruang atap yang besar. Ruang hunian mempunyai kinerja pendinginan yang lebih tinggi dibanding ruang yang lain ditandai dengan rerata suhu udara nyaman; penurunan suhu udara serta rentang waktu nyaman yang lebih panjang. Pengembangan desain tanggap iklim pada rumah Bangsal Budaggan adalah dengan perbaikan pada apek peneduh, material, ruang transisi, warna serta peninggian lantai.Kata Kunci: kearifan tropis; desain tanggap iklim; Rumah Bangsal Budaggan
Kinerja Pendinginan Alami pada ArsitekturTradisional Jawa: Studi Kasus Rumah Joglo Puhti, Ngawi, Jawa Timur NUGROHO, Agung Murti
Jurnal Arsitektur dan Perencanaan (JUARA) Vol 5, No 1 (2022): Februari (Jurnal Arsitektur dan Perencanaan)
Publisher : Universitas Aisyiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31101/juara.v5i1.2150

Abstract

Arsitektur tradisional memuat prinsip desain yang mengoptimalkan sistem alami untuk terciptanya kenyamanan berhuni. Makalah ini bertujuan mengevaluasi kinerja pendinginan alami pada Rumah Tradisional Jawa melalui teknik observasi dan pengukuran lapangan. Metode visual digunakan untuk mengetahui kesesuaian parameter desain pendinginan alami, sedangkan pengukuran lapangan dilakukan untuk menilai kondisi kenyamanan dan penurunan suhu udara. Obyek penelitian adalah Rumah Joglo Puhti di Karangjati, Ngawi, Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan elemen utama pendinginan alami adalah orientasi, volume atap serta dinding berpori.    Kinerja pendinginan alami berupa rerata suhu udara (27,5°C) yang masuk dalam batas suhu nyaman serta penurunan suhu udara di siang hari sebesar 3,3°C.
Co-Authors Abdu Fadli Assomadi Abdurrahman Shidqul Qudwah Ach. Muchlasi Ridho Adhiniyah, Putri Nur Aditama, M Satya Adli Bulain Afni Fitria Ningsih Afra Hana Melita Agung Rizky Luddityawan Ahsana Nurul Fauzia Ainy Muyassaroh Aisyah Adzkia Yuliwarto Alfa Nanda Ramadhan Alfiah Zakiah Aastutik Ali Soekirno Almas Nugrahaningsih Amanda, Dita Rizky Amin Setyo Leksnono, Amin Setyo Anisa Budiani Arifah Annisa Daffa Annisa Karolina Annisa Tiar Hapsari Antariksa Antariksa Antariksa Antariksa Antariksa Antariksa Sudikno Antariksa Sudikno Ariz Adhani Satria Budianto Arrifku Hoirul Fazza Arvin Lukyta Astari Hapsari Putri Astari, Dahlia Aula Sekar Arum Pertiwi Aulia Rahmawati Avief Wahyu Hidayat Azizah Fairuz Basyair Bagus Fajar Novianto Bambang Yatnawijaya Bambang Yatnawijaya Soebandono Banu Abdurrahman Barra Pasuka Dewa Benny Karunia Wardana Beta Suryokusumo Beta Suryokusumo Boediono, Nadila Chairil Budiarto Amiuza Chandra Rio Maulana Akbar Cindy Lupita Novia Rizki Cynthia Permata Dewi Damalia Enesty Purnama Damayanti Asikin Damayanti Asikin Damayanti Asikin Dame Teresa Elisabeth Sitorus Dano Quinta Revana Deasy Lastya Sari Dedy Asrizal Desi Ayu Kusuma Dimas Fajar Agung Priambodo Edi Hari Purwono Erisa Ardiansari Erlina Laksmiani Wahjutami, Erlina Laksmiani Fahriansyah, Rahmadatul Faizal Ardiansyah Sangadji Faizatul Ummah Fawwaz Muhammad Haykel Febrianto, Arry Fidelista, Alya Nafisa Firda Ainun Rosyidah Gabriella Rosita Darmawan Garda Ady Yasa Geldy Desdiandra Gibran Khalifah Aulia Gobang, Ambrosius A.K.S. Guruh Pratama Zulkarnaen Handoyono, Ananda Weningtyas Hanief Ariefman Sani Hannaswati Grahitasari Putri Hardian, Gagas Tegar Haru Agus Razziati Haviidho Zulkarnaen Herry Santosa Heru Sufianto Heru Sufianto Heru Sufianto Heru Sufianto Ichsan Sukarno Teng Imam Safawi Ahmad, Imam Safawi Indyah Martiningrum Intan Rosita Dewi Intan Tribuana Dewi Irawan Sandi Dana Ramadhan Isnaeni Nur Tafliha Janitra Erlangga Jenny Ernawati Jeslyn Johanna Dawolo Kanoasa Akbar Khomsatun, Siti Kurnia, Widya Aprilia Kusdiwanggo, Susilo Lisa Dwi Wulandari Lisa Dwi Wulandari M ALFI M Satya Aditama M. Satya Adhitama Maulidi, Chairul Mawaddahni, Sari Mia Permatasari Putri Mirza Nabila Rabul Mohammad Amarullah Mubasysyir, Azzam Fuhaid Muhammad Andi Finaldi Nur Tantyo Muhammad Nelza Mulki Iqbal Muhammad Satya Adhitama Muhammad Syamsul Bahri Muthomimah Muzakky, Achmad Nabila Khaira Nabila Ulfah Nadya Farahmeita Taufiq Nikita Mahditiara Novi Dian Arfiani Noviani Suryasari Nur Azlina Nur Fitriatus Sa'diah Nur Rahmah Nurachmad Sujudwijono Nurmayanti, Yunita Nurul Amalia Olivia Paramitha Parmawati, Rita Perdana, Angga Putri Nabila Zatibayani Rahma Fitriani Rahmat Khoirul Huda Ramadhan, Muhammad Hafizh Randy Hardyanto Reddy Dahana Putra Arifin Retno Adriyani Reza Prasetyo Tinumbia Rifky Kurniansyah Rinawati P. Handajani Rinawati Pudji Handajani Rong -Yau Huang Satya Adhitama Satya Aditama Shiddiq, Muhammad Rafi' Sigmawan T. Pamungkas Slamet Slamet Sofyan Surya Atmaja Sri Palupi Prabandari Sri Utami Subhan Ramdlani SUDARMAJI SUDARMAJI Sugiarto Fajar Handoko Susilo Kusdiwanggo, Susilo Syafei, Arie Dipareza Thomas Kurniawan Dima Tito Haripradianto Tito Haripradianto Triyani Indrahapsari Ulung Satria Suwardiyono Umar Widodo Utari Sulistyandari Wibisono, Mulyono Wisnumurti . Wulan Astrini Wulandari, Prisca Kiki Yogi Misbach Adisurya Yogie Maulana Satuhu Yohanes Wilhelmus Dominikus Kapilawi Zulkifli H. Achmad Zulkifli H. Achmad, Zulkifli H.