Kemala Dewi, Mentari Berliana
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Perlindungan Pekerja Hiburan Terhadap Kedaulatan Tubuh Dengan Pendekatan Kapabilitas "Capability Approach" Di Kecamatan Bandungan Sugiarto, Laga; Astuti, Enny Puji; Kemala Dewi, Mentari Berliana; Salsabila, Retno Wulan
Jurnal Pengabdian Hukum Indonesia (Indonesian Journal of Legal Community Engagement) JPHI Vol 4 No 1 (2021): November
Publisher : Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jphi.v4i1.45076

Abstract

Perempuan merupakan kelompok rentan yang berpotensi menjadi korban terhadap adanya perilaku kekerasan seksual dalam kondisi apapun dan waktu manapun, ancaman kekerasan seksual pula dapat terjadi di lingkungan kerja, lingkungan kerja berarti menjadi salah satu tempat yang tidak memberikan rasa aman bagi perempuan, rasa aman berupa adanya intimidasi yang mengarah kepada ekploitasi (penjajahan) atas kadaulatan tubuh (seksualitas) perempuan, khususnya perempuan pekerja hiburan. Perempuan pekerja hiburan acapkali mengalami kekerasan seksual dari para pengguna jasa hiburan, sementara itu, pengguna jasa hiburan yang umumnya secara biologis dan ekspresi gendernya maskulin ketika mengalami transaksi berupa hal mendapatkan pelayanan dari perempuan pekerja hiburan acapkali bersamaan dengan keinginan melakukan ekspoitasi seksual, bukan berarti pengguna jasa dapat memperlakukan perempuan pekerja hiburan secara arbitrer, sehingga memicu kepada terjadinya kekerasan seksual, dengan demikian, untuk menghindari terjadinya kekerasan seksual, perlu bagi para pihak membuat persetujuan timbal balik terlebih dahulu (consent) sebelum mengadakan kegiatan yang bersifat intim, sehingga tak ada satu pun pihak yang kelak merasa saling merugikan satu sama lain. Pemecahan permasalahan kekerasan seksual terhadap perempuan pekerja hiburan dilakukan dengan pendekatan kualitatif berbasis budaya, adapun tim pengabdi bersama dengan mitra dari Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) Kecamatan Bandungan, Komunitas, dan Pendamping akan melakukan observasi dan wawancara dengan para korban, penyintas, saksi, dan keluarga untuk mendapatkan data primer yang reliabel dan kredibel berupa informasi secara langsung berdasarkan hasil pengalaman masing-masing pihak tersebut di atas. Berdasarkan dari hasil pengabdian yang telah dilakukan di dapatkan hasil bahwa ternyata sebagian besar dari subjek masih memiliki konsep diri yang negatif terutama berkaitan dengan profesi yang mereka jalani. Hasil konseling kelompok juga mengungkapkan bahwa masalah keamanan diri dari kekerasan yang terjadi masih menjadi hal yang membuat mereka merasa khawatir. Selain itu kurangnya pendidikan dan keterampilan menjadi alasan mengapa mereka sejauh ini mengurungkan niat untuk berganti profesi.
Perlindungan Pekerja Hiburan Terhadap Kedaulatan Tubuh Dengan Pendekatan Kapabilitas "Capability Approach" Di Kecamatan Bandungan Sugiarto, Laga; Astuti, Enny Puji; Kemala Dewi, Mentari Berliana; Salsabila, Retno Wulan
Jurnal Pengabdian Hukum Indonesia (Indonesian Journal of Legal Community Engagement) JPHI Vol 4 No 1 (2021): .
Publisher : Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jphi.v4i1.45076

Abstract

Perempuan merupakan kelompok rentan yang berpotensi menjadi korban terhadap adanya perilaku kekerasan seksual dalam kondisi apapun dan waktu manapun, ancaman kekerasan seksual pula dapat terjadi di lingkungan kerja, lingkungan kerja berarti menjadi salah satu tempat yang tidak memberikan rasa aman bagi perempuan, rasa aman berupa adanya intimidasi yang mengarah kepada ekploitasi (penjajahan) atas kadaulatan tubuh (seksualitas) perempuan, khususnya perempuan pekerja hiburan. Perempuan pekerja hiburan acapkali mengalami kekerasan seksual dari para pengguna jasa hiburan, sementara itu, pengguna jasa hiburan yang umumnya secara biologis dan ekspresi gendernya maskulin ketika mengalami transaksi berupa hal mendapatkan pelayanan dari perempuan pekerja hiburan acapkali bersamaan dengan keinginan melakukan ekspoitasi seksual, bukan berarti pengguna jasa dapat memperlakukan perempuan pekerja hiburan secara arbitrer, sehingga memicu kepada terjadinya kekerasan seksual, dengan demikian, untuk menghindari terjadinya kekerasan seksual, perlu bagi para pihak membuat persetujuan timbal balik terlebih dahulu (consent) sebelum mengadakan kegiatan yang bersifat intim, sehingga tak ada satu pun pihak yang kelak merasa saling merugikan satu sama lain. Pemecahan permasalahan kekerasan seksual terhadap perempuan pekerja hiburan dilakukan dengan pendekatan kualitatif berbasis budaya, adapun tim pengabdi bersama dengan mitra dari Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) Kecamatan Bandungan, Komunitas, dan Pendamping akan melakukan observasi dan wawancara dengan para korban, penyintas, saksi, dan keluarga untuk mendapatkan data primer yang reliabel dan kredibel berupa informasi secara langsung berdasarkan hasil pengalaman masing-masing pihak tersebut di atas. Berdasarkan dari hasil pengabdian yang telah dilakukan di dapatkan hasil bahwa ternyata sebagian besar dari subjek masih memiliki konsep diri yang negatif terutama berkaitan dengan profesi yang mereka jalani. Hasil konseling kelompok juga mengungkapkan bahwa masalah keamanan diri dari kekerasan yang terjadi masih menjadi hal yang membuat mereka merasa khawatir. Selain itu kurangnya pendidikan dan keterampilan menjadi alasan mengapa mereka sejauh ini mengurungkan niat untuk berganti profesi.
Emancipation and Legal Justice; Portrait of Women's Legal Protection In Indonesia Kemala Dewi, Mentari Berliana; Arifin, Ridwan
Jurnal Cita Hukum Vol. 7 No. 1 (2019)
Publisher : Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/jch.v7i1.10261

Abstract

Abstract. International human rights declarations urge the development of feminism in the world. Feminism whose essence is fighting for women's rights has so far been neglected by the community, so that a new spirit is sought so that women can again feel. This study aims to review unfairness actions that have been scattered in society between men and women. Justice is expressed in daily life in order to eradicate acts of gender discrimination. Indonesia as a legal state that always obeys the law and upholds the principles of justice and certainty is a reflection of an existing feminist movement. The role of women must be considered important by the progress of a nation, however in Indonesia there are still many issues of gender equality that occur, such as the absence of women's own beliefs in matters of occupying good power. The problem of sexual crimes that have been wiping out in all public relations has led to increasingly ineffective emancipation of women in Indonesia. This emancipation is a form or manifestation of the feminist movement that can benefit both men and women. The feminism movement can encourage relations in a harmonious society to maintain a stable condition. Keywords: Emancipation, Trust, Justice, Women, Crime Abstrak.Deklarasi HAM internasional mendesak perkembangan feminisme di dunia. Feminisme yang hakikatnya memperjuangkan hak-hak perempuan sejauh ini telah diabaikan oleh masyarakat, sehingga semangat baru dicari sehingga perempuan dapat kembali merasakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tindakan tidak adil yang telah tersebar di masyarakat antara pria dan wanita. Keadilan diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari untuk menghapus tindakan diskriminasi gender. Indonesia sebagai negara hukum yang selalu mematuhi hukum dan menjunjung tinggi prinsip keadilan dan kepastian adalah cerminan dari gerakan feminis yang ada. Peran perempuan harus dianggap penting oleh kemajuan suatu bangsa, namun di Indonesia masih banyak masalah kesetaraan gender yang terjadi, seperti tidak adanya keyakinan perempuan sendiri dalam hal menduduki kekuasaan yang baik. Masalah kejahatan seksual yang telah memusnahkan di semua hubungan masyarakat telah menyebabkan emansipasi perempuan yang semakin tidak efektif di Indonesia. Emansipasi ini adalah bentuk atau manifestasi dari gerakan feminis yang dapat bermanfaat baik bagi pria maupun wanita. Gerakan feminisme dapat mendorong hubungan dalam masyarakat yang harmonis untuk mempertahankan kondisi yang stabil.Kata Kunci: Emansipasi, Kepercayaan, Keadilan, Perempuan, Kejahatan Аннотация.Международные декларации прав человека призывают к развитию феминизма в мире. Феминизм, суть которого заключается в борьбе за права женщин, до сих пор игнорировался сообществом, так что ищется новый дух, чтобы женщины снова могли чувствовать. Это исследование направлено на рассмотрение действий несправедливости, которые были разбросаны в обществе между мужчинами и женщинами. Справедливость выражается в повседневной жизни с целью искоренения актов гендерной дискриминации. Индонезия как правовое государство, которое всегда подчиняется закону и придерживается принципов справедливости и определенности, является отражением существующего феминистского движения. Роль женщин должна рассматриваться как важная для прогресса нации, однако в Индонезии по-прежнему существует много проблем гендерного равенства, таких как отсутствие собственных убеждений женщин в вопросах занятия хорошей властью. Проблема сексуальных преступлений, которая исчезла во всех общественных отношениях, привела к все более неэффективной эмансипации женщин в Индонезии. Эта эмансипация является формой или проявлением феминистского движения, которое может принести пользу как мужчинам, так и женщинам. Движение феминизма может поощрять отношения в гармоничном обществе для поддержания стабильного состояния.Ключевые слова: эмансипация, доверие, справедливость, женщины, преступность