The clean water crisis in Sunter Jaya, North Jakarta, is triggered by the declining quality of groundwater due to seawater intrusion and domestic waste contamination. This condition affects both drinking water sources and ablution water at Al-Mukhlish Mosque, which share the same source of contaminated groundwater. This community service program implements a hybrid zeolite and reverse osmosis (RO) filtration system within an FRP housing to treat the contaminated groundwater into ready-to-drink water, while also reusing ablution wastewater originating from the same source. The study aims to evaluate the system's effectiveness in reducing salinity, TDS, heavy metals, and microbiological contaminants. Implementation results show the system successfully reduced TDS from 1500 mg/L to 45 mg/L (97% efficiency), salinity from 1.2% to 0.05%, and eliminated 99% of pathogenic bacteria. This system not only provides drinking water that meets the standards of Indonesian Ministry of Health Regulation No. 492/2010 for 500 households but also optimizes water utilization through ablution water recycling. This model proves effective as a sustainable solution for the clean water crisis in urban coastal areas with limited water infrastructure. Abstrak Krisis air bersih di Sunter Jaya, Jakarta Utara, dipicu oleh menurunnya kualitas air tanah akibat intrusi air laut dan kontaminasi limbah domestik. Kondisi ini memengaruhi baik sumber air minum maupun air wudhu di Masjid Al-Mukhlish yang sama-sama bersumber dari air tanah tercemar. Program pengabdian masyarakat ini menerapkan sistem filtrasi hybrid zeolit dan reverse osmosis (RO) dalam housing FRP untuk mengolah air tanah yang telah terkontaminasi menjadi air siap minum, sekaligus memanfaatkan kembali air limbah wudhu yang berasal dari sumber yang sama. Tujuan penelitian adalah mengevaluasi efektivitas sistem dalam menurunkan salinitas, TDS, logam berat, dan kontaminan mikrobiologis. Hasil implementasi menunjukkan sistem berhasil menurunkan TDS dari 1500 mg/L menjadi 45 mg/L (efisiensi 97%), salinitas dari 1.2% menjadi 0.05%, serta menghilangkan 99% bakteri patogen. Sistem ini tidak hanya menyediakan air minum yang memenuhi standar Permenkes No. 492/2010 bagi 500 kepala keluarga, tetapi juga mengoptimalkan pemanfaatan air melalui daur ulang air wudhu. Model ini terbukti efektif sebagai solusi berkelanjutan untuk krisis air bersih di kawasan pesisur urban dengan keterbatasan infrastruktur air.