Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Laga-Laga: Jurnal Seni Pertunjukan

KARYA TARI MANYESO TERINSPIRASI DARI RITUAL MANDAGHAI DI DESA LUMINDAI KECAMATAN BARANGIN KOTA SAWAHLUNTO Andriani, Auliya May; Erman, Syaiful; Ernawita, Ernawita
Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 9, No 2 (2023): Laga-laga: Jurnal Seni Pertunjukan
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/lg.v9i2.4016

Abstract

The Maarak tambun process aims to gather from the family and niniak mamak to find an agreement in the implementation of the batagak house. Maarak Tambun has two kinds of rituals, namely, Mandaghai (bloody), and mamujo (worshipping). The methods that were born in the concept of this manyeso dance work include observation, data processing, literature study, selection of dance supporters, exploration, movement arrangement, improvisation, and evaluation. The form in the manyeso dance has three parts, the first part describes the pain experienced by all family members and does not go away, the second part is a problem experienced by a person so that he becomes limping when carrying it. In this section, the property of the fabric is described as a problem that binds the dancer's body parts. The conflict in this work is the struggle for cloth with the intention that the problems that occur are like a tug of war that is being felt by someone. The third part of the problem can be solved if we draw closer to Allah.
Karya Tari Kilek Basuluak Interpretasi dari Dampak Tradisi Basuluak di Nagari Ladang Panjang, Kabupaten Pasaman Hendri, Nazifa; Rovylendes, Adjuoktoza; Erman, Syaiful
Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 10, No 1 (2024): Laga-Laga: Jurnal Seni Pertunjukan
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/lg.v10i1.4427

Abstract

Karya tari Kilek Basuluak ini terinspirasi dari sebuah fenomena budaya yang ada di daerah Tigo Nagari, Pasaman yaitu tradisi Basuluak. Tradisi Basuluak merupakan ritual berdiam diri di Mushalla untuk beribadah dengan khusyuk yang bertujuan untuk mencari ilmu Ketuhanan agar dapat lebih dekat dengan Allah Subhanahu wa ta’ala. Dari proses Basuluak ini akan muncul efek yang akan berdampak terhadap perilaku seseorang yang ditimbulkan dari tradsi Basuluak. Dampak ini menjadi ketertarikan pengkarya ingin menciptakan karya tari baru yang berjudul Kilek Basuluak, yang mana Kilek artinya cahaya sehingga pengertiannya yaitu cahaya dalam suluak yang mengacu pada dampak yang ditimbulkan dari tradisi Basuluak tentang perubahan perilaku manusia yang tidak baik kepada yang lebih baik. Karya ini ditarikan oleh lima orang penari perempuan yang diiringi dengan musik live serta menggunakan properti tikar dan juga didukung oleh elemen komposisi lainnya. Metode dalam penggarapan karya ini adalah metode eksplorasi, improvisasi, dan pembentukan. Karya ini digarap dengan tema spiritual dan tipe dramatik yang terdiri dari tiga alur garap suasana serta karya ini ditampilkan dipanggung Gedung Pertunjukan Hoeridjah Adam, Institut Seni Indonesia Padangpanjang.