Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Patrawidya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya

Kultus Hanuman: Pembawa Hujan dalam Naskah Merapi-Merbabu Sumarno, Sumarno; Anjani, Anggita; Agusta, Rendra
Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya. Vol. 21 No. 3 (2020): Desember
Publisher : Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52829/pw.315

Abstract

Hanuman adalah sosok yang dipuja cukup lama dalam tradisi Jawa Kuna. Dalam beberapa arca, Hanuman digambarkan sebagai sosok yang membawa keselamatan dan kedamaian. Selain itu, dalam kisah pewayangan Jawa baik Ramayana maupun Mahabarata, Hanuman juga dikenal sebagai ksatria-pandita. Ia berusia panjang dan terlibat dalam berbagai pertempuran baik dari perang Alengka, Bratayuda, sampai pertikaian keluarga Yawastina dan Mamenang. Dalam khazanah naskah Merapi-Merbabu ditemukan mantra pemanggil hujan yang secara khusus mengkultuskan tokoh Hanuman sebagai pembawa hujan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang menggunakan metode gabungan antara filologis dan etnografis untuk membahas hubungan teks-teks Merapi Merbabu terkait tokoh Hanuman. Selanjutnya, pembahasan teks diolah dengan data etnografis terkait ritual pemanggilan hujan yang masih berlangsung di kawasan Merapi-Merbabu dan keterkaitannya terhadap teks tentang teks Hanuman Merapi-Merbabu dan catatan yang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Secara keseluruhan teks Darmawarsa berisi tentang perjalanan Sang Prtajala dan Sang Hyang Darmawarsa dalam mencapai anugrah dari Batara Guru. Dalam teks Darmawarsa ditemukan mantra terkait Hanuman sebagai sosok pembawa hujan. Relasi teks terkait sosok Hanuman yang dipercaya masyarakat Jawa sebagai pembawa hujan dan angin saat ini masih ditemukan pada masyarakat lereng Merapi-Merbabu. Perubahan kepercayaan masyarakat membuat ritual meminta hujan mengalami perubahan ke dalam bentuk baru yang disesuaikan dengan agama yang berkembang.
SURAT-SURAT PERJANJIAN TANAH NAGARA AGUNG KARATON NGAYOGYAKARTA TAHUN 1827-1831: SEBUAH KAJIAN FILOLOGI HISTORIS Agusta, Rendra
Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya. Vol. 20 No. 3 (2019): Desember
Publisher : Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52829/pw.459

Abstract

The agreement to divide the Mataram region after the Giyanti agreement still leaves a long problem, especially in areas outside the capital. After the Java war in 1830, areas in the Yogyakarta and Surakarta regions were reorganized by the Dutch East Indies government commissioner. The division gave birth to several derivative agreements, one of which was related to land agreements. The research was a textual study of Pengetan Kagungan Dalem Siti Dhusun from Karaton Surakarta. This research was conducted because this manuscript is a single manuscript or codex unicus which became the basis for the study of the Kraton Surakarta in 19th century. This paper also stores data related to rural ecology in terms of structure, area and tax burden. The research uses the philological method to present text descriptions and editions. Then use content analysis to reveal the contents of the land agreement. This manuscript contains the results of the land ratification of treaties Dutch government related to the management of the Nagara Agung agreed by Sultan Hamengkubuwono V in Yogyakarta and Sunan Pakubuwono VII in Surakarta.