Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

THE INFLUENCE OF COMMUNICATION IN CREATING HOUSEHOLD HARMONY IN ACEH BARAT DISTRICT AR, Baharuddin; Nurainiah, Nurainiah
JURNAL AL-IJTIMAIYYAH Vol 10, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/al-ijtimaiyyah.v10i1.24154

Abstract

Family harmony is a state where family members are united, each member fulfills their rights and obligations, affection is fostered, and mutual understanding, dialogue, and cooperation are well established, resulting in physical and spiritual well-being. This study aims to understand communication patterns in creating a harmonious household, analyze communication aspects influencing household harmony, and identify obstacles in creating a harmonious household. This research uses qualitative methods, where the researcher comprehensively examines the facts in the field according to the focus of the problem. The data obtained is then analyzed, presented, and discussed. Accurate and reliable data were collected through observation, interviews, and documentation techniques. The results of the study indicate that (1) communication patterns that can create household harmony include interpersonal communication, mutual trust and understanding, direct communication, and gentle communication; (2) communication aspects affecting household harmony include communication patterns and adjustments, the busyness of both spouses, financial issues, poor parenting, and lack of mutual trust. On the other hand, poor and ineffective communication results in household disharmony, as communication within the household is the main element for expressing all household life issues, and everything must be communicated openly and transparently. (3) obstacles to creating a harmonious household include poor communication, family aspects, economic aspects, infidelity, and lack of cooperation in nurturing, caring for, and guiding children. The responsibility for children is entirely handed over to the wife. At the same time, the husband only focuses on earning a living, thinking he must provide financially without assisting with household affairs. However, in maintaining a household, cooperation in all matters is essential.
THE INFLUENCE OF COMMUNICATION IN CREATING HOUSEHOLD HARMONY IN ACEH BARAT DISTRICT AR, Baharuddin; Nurainiah, Nurainiah
JURNAL AL-IJTIMAIYYAH Vol. 10 No. 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/al-ijtimaiyyah.v10i1.24154

Abstract

Family harmony is a state where family members are united, each member fulfills their rights and obligations, affection is fostered, and mutual understanding, dialogue, and cooperation are well established, resulting in physical and spiritual well-being. This study aims to understand communication patterns in creating a harmonious household, analyze communication aspects influencing household harmony, and identify obstacles in creating a harmonious household. This research uses qualitative methods, where the researcher comprehensively examines the facts in the field according to the focus of the problem. The data obtained is then analyzed, presented, and discussed. Accurate and reliable data were collected through observation, interviews, and documentation techniques. The results of the study indicate that (1) communication patterns that can create household harmony include interpersonal communication, mutual trust and understanding, direct communication, and gentle communication; (2) communication aspects affecting household harmony include communication patterns and adjustments, the busyness of both spouses, financial issues, poor parenting, and lack of mutual trust. On the other hand, poor and ineffective communication results in household disharmony, as communication within the household is the main element for expressing all household life issues, and everything must be communicated openly and transparently. (3) obstacles to creating a harmonious household include poor communication, family aspects, economic aspects, infidelity, and lack of cooperation in nurturing, caring for, and guiding children. The responsibility for children is entirely handed over to the wife. At the same time, the husband only focuses on earning a living, thinking he must provide financially without assisting with household affairs. However, in maintaining a household, cooperation in all matters is essential.
STRATEGI KOMUNIKASI MASYARAKAT DALAM MENGATASI WABAH PANDEMI COVID-19 DI PROVINSI ACEH Ar, Baharuddin; Zulfadli, Zulfadli; Husna, Nurul
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 4 (2024): Volume 5 No. 4 Tahun 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v5i4.31821

Abstract

Penelitian ini berjudul Strategi Komunikasi Masyarakat Dalam Mengatasi Wabah Pandemi Covid-19 Di Provinsi Aceh. Strategi komunikasi merupakan perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tetapi dalam pencapaian tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan arah saja, namun harus menunjukan bagaimana taktik operasionalnya. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak wabah pandemic covid-19 terhadap komunikasi masyaraka, untuk mengetahui strategi komunikasi masyarakat dalam mengatasi wabah pandemic covid-19 dan untuk mengetahui faktor pendukung serta penghambat masyarakat dalam mengatasi wabah pandemic covid-19 di Provinsi Aceh. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, di mana peneliti meneliti secara menyeluruh terhadap fakta yang terdapat di lokasi penelitian sesuai dengan fokus permasalahan, dengan cara meneliti langsung, kemudian data hasil analisis disajikan dan diberikan pembahasan. pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menjelaskan bahwa: (1) dampak Covid-19 terhadap masyarakat yaitu munculnya rasa curiga dan hilangnya kepercayaan terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya atau orang yang baru dikenal, minimnya rasa sosial dan minimnya empati terhadap sesama; (2) Strategi komunikasi masyarakat dalam mengatasi wabah pandemic Covid-19 di Provinsi Aceh di antaranya adalah komunikasi informasi dengan menggunakan media, pemerintah Aceh membentuk tim Aceh Tanggap Covid-19, menjalin kerjasama dengan aparatur pemerintah daerah, menyusun peraturan tentang Covid-19 dan melakukan sosialisasi serta edukasi penanganan Covid-19 kepada masyarakat; (3) faktor pendukung masayarakat dalam mengatasi wabah pandemic covid- 19 di antaranya mayoritas masyarakat Aceh menyadari akan bahayanya wabah Covid-19, perkembangan media sosial dukungan sarana dan prasarana, adanya sosialisasi, pendataan, pemantauan dan tingkat kesadaran yang tinggi terhadap wabah covid-19. Sedangkan faktor penghambat adalah peralatan kesehatan sulit didapatkan, minimnya pemahaman masyarakat terhadap sosialisasi yang dilakukan oleh tim Aceh Tanggap Covid-19 tentang wabah Covid-19 dan masih ada masyarakat yang acuh tak acuh terhadap himbauan tim Aceh Tanggap Covid-19 berkaitan dengan edukasi protokol kesehatan.
STUDI FENOMENOLOGI HUKUMAN CAMBUK TERHADAP PROSTITUSI ONLINE DI KOTA BANDA ACEH DAN LHOKSEUMAWE Ar, Baharuddin; Nurainiah, Nurainiah; Zulfadli, Zulfadli
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 4 (2024): Volume 5 No. 4 Tahun 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v5i4.32395

Abstract

Perjuangan masyarakat Aceh atas hukum Islam tidak terhenti hanya pada tingkat pengakuan hukum Islam sebagai subsistem hukum yang hidup di masyarakat (living law), tetapi sudah sampai pada tingkatan legalisasi dan legislasi. Salah satu bentuk hukum yang disebutkan di dalam setiap qanun syariat Islam yakni hukuman cambuk. Masyarakat Aceh menempatkan hukum Islam sebagai pedoman hidupnya (living law). Dalam Islam, praktik prostitusi dikenal dengan istilah perzinaan atau orang yang berbuat zina. Dalam bahasa Aceh lumrah disebut lonte atau sesekali kita mendengar istilah pelacur, di Indonesia dikenal dengan sebutan pekerja seks komersial. Sejatinya, pelacuran bukan mata pencaharian, namun kegiatan tersebut kini dianggap sebagai satu pekerjaan karena dapat menghasilkan uang. Terkait pemberlakuan hukuman, seyogyanya pelaku zina tersebut dihukum dengan hukuman cambuk sebagaimana yang terdapat dalam qanun No. 6 tahun 2014 tentang Hukum Jinayah. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji lebih dalam terkait dengan peluang dan tantangan pemberlakuan hukuman cambuk terhadap pelaku Jarimah Jinayah prostitusi online di Banda Aceh dan Lhokseumawe dan untuk mengetahui respon masyarakat adat Aceh terhadap prostitusi online yang terjadi di Banda Aceh dan Lhokseumawe. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologis (Sociological Approach) dengan teknik penelitian library research dan field research, sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksistensi hukuman cambuk sebagaimana tertera dalam qanun Nomor 6 tahun 2014 tentang hukum jinayat belum berjalan dengan baik dan efektif di Kota Banda Aceh dan Lhokseumawe. Formulasi syariat Islam lebih kepada tertulis saja tanpa adanya praktek yang utuh atau dengan kata lain lebih kepada keinginan para pemimpin ketimbang kemauan masyarakat itu sendiri. Syariat Islam di Aceh seringkali menjadi simbol legitimasi para penguasa dalam menjalankan roda politiknya. Hal ini terkadang belum tentu dapat sevisi dan semisi dengan kepentingan agama. Selanjutnya, masyarakat melihat bahwa prostitusi yang terjadi di Aceh merupakan sebuah kerusakan yang terjadi di bumi dan kerusakan terhadap orang lain. Kejadian ini menyebabkan citra dan kultur masyarakat Aceh menjadi buruk. Hal yang melatarbelakangi terjadinya prostitusi online di Banda Aceh dan Lhokseumawe di antaranya adalah faktor keluarga, minimnya penanaman nilai agama sejak usia dini, rendahnya kualitas pendidikan bagi perempuan, faktor ekonomi, disebabkan oleh gaya hidup yang serba modern, susah mencari pekerjaan dan penghasilan dari bekerja sebagai PSK lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan lainnya, sehingga terjerumus dalam prostitusi ini.