Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PROFESI DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KABUPATEN MUSIRAWAS UTARA Saputra, Aden; Ratu, Liliany Purnama; Ikit, Ikit
Al-Idaroh: Media Pemikiran Manajemen Dakwah Vol. 4 No. 2 (2024): September, Al-Idaroh: Media Pemikiran Manajemen Dakwah
Publisher : Program Studi Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam Institut Agama Islam (IAI) Al-Azhaar Lubuklinggau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53888/alidaroh.v4i2.701

Abstract

Zakat harta (zakat maal) merupakan harta yang dimiliki oleh muzaki perseorangan atau badan usaha yang wajib diberikan kepada orang-orang tertentu setelah mencapai jumlah minimal tertentu dan setelah dimiliki selama jangka tertentu minimal satu tahun. Zakat profesi adalah zakat atas penghasilan sebagai imbalan dari pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan yaitu: (1) Jenis usaha yang halal, (2) Menghasilkan uang yang relatif banyak, (3) Diperoleh dengan cara yang mudah, (4) Melalui suatu keahlian tertentu. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian metode deskriptif analisis kualitatif, yaitu dengan cara penulis menggambarkan permasalahan dengan didasarkan data-data yang ada kemudian di analisis lebih lanjut untuk ditarik kesimpulan. Informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling dengan memilih informan yang memenuhi kriteria diantaranya Pengawai BAZNAS yang menangani Zakat Profesi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan beberapa teknik yaitu Observasi, Wawancara dan Dokumentasi. Hasil penelitianya (a) Strategi Pengelolaan Zakat Profesi Di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Musirawas Utara. melakukan kerja sama dengan pihak-pihak terkait seperti pemerintah daerah, perusahaan dan masyarakat. Selanjutnya strategi yang dilakukan dalam pelaksanaan pengumpulan zakat BAZNAS Kabupaten Musirawas Utara membentuk UPZ dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). (b) Bagaimanakah distribusi zakat profesi di Di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Musirawas Utara. Cara yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten Musirawas Utara dalam distribusi zakat profesi diantaranya: petugas BAZNAS dapat menyerahkan langsung kepada pihak yang berhak menerimanya. Zakat profesi yang diberikan kebanyakan dalam bentuk uang tunai hal ini dikarenakan dapat digunakan dalam pengelolaan usaha sehingga dapat merubah perekonomian yang menerima.
Dakwah Bil Maal Badan Amil Zakat Nasional Kota Lubuk Linggau Melalui Pengentasan Kemiskinan Ratu, Liliany Purnama; Ikit, Ikit; Dores, Dedi; Bakrin, Bakrin; Sumarni, Buana
Jurnal Khabar: Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 6 No. 2 (2024): Desember 2024
Publisher : STAI Bumi Silampari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37092/khabar.v6i2.934

Abstract

Da'wah bil maal means the activity of calling on people to have other people's rights in the property they own. The rights of other people such as the needy and poor, building mosques, building hospitals, educational institutions, humanitarian institutions. Qualitative descriptive research means that the study focuses on problem with the existing data, analyzes the data and draws conclusion at the end. The sample was chosen by purpossive sampling method by selecting informants who met the criteria, including preachers, BAZNAS leaders, BAZNAS employees and the community. Observation, interviews and documentation were used to collect the data. Meanwhile, trigulation is used to analyze the data;data reduction, data display and verification or draw conclusions.The research result showed that BAZNAS bil maal da'wah are aimed at the citizen interest is both building religious facilities and building educational institutions. Preaching by inviting people to give wealth (zakat, infaq, alms). The concept of this activity emphasizes the wealth used. BAZNAS bil maal da'wah is the spearhead for alleviating poverty. BAZNAS Lubuklinggau City in alleviating poverty can be seen from the strategy for collecting and distributing funds. BAZNAS fund collection carries out various innovations, collaborating with all parties (government, BUMN, entrepreneurs). Meanwhile, the distribution of zakat funds must be launched so that it is effective, efficient and on target. In distributing funds, BAZNAS has programs, namely economic programs, education programs, health programs, da'wah programs and humanitarian programs. The obstacles faced by BAZNAS Lubuklinggau City in alleviating poverty are limited operational funds, public awareness in paying zakat, public awareness in using zakat funds, the society has has strustless on Zakat institutions, zakat administrators still do not understand zakat governance.
KEBUTUHAN MANUSIA MENURUT PERSPEKTIF ASY-SYĀṬIBῙ DAN ABRAHAM MASLOW (STUDI PERBANDINGAN) Artiyanto, Artiyanto; Mukmin, Agus; Ikit, Ikit; Husni, Husni
Al-Idaroh: Media Pemikiran Manajemen Dakwah Vol. 3 No. 1 (2023): Maret, Al-Idaroh: Media Pemikiran Manajemen Dakwah
Publisher : Program Studi Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam Institut Agama Islam (IAI) Al-Azhaar Lubuklinggau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53888/alidaroh.v3i1.653

Abstract

This research aims to find similarities and differences as well as the relevance of the theory of human needs according to Ash-Syāṭibī and Abraham Maslow. This research uses qualitative methods with the type of literature study. The theory used is benefit theory with a comparative approach. The data used is secondary data in the form of books written directly by ash-Syāṭibī and Abraham Maslow. This research foundthat ash-Syāṭibī's theory with a time span of emergence that is far from Maslow's theory still has significant relevance to Maslow's theory of needs. Ash-Syāṭibī's theory has the advantage of being inclusive in accepting changes in human needs in the future as a result of advances in science and technology. On the other hand, Maslow's theory is limited and closed, so that if one day a new need arises, apart from the five hierarchies of needs that have been expressed, then the new need needs to be created in a new hierarchy because it is not suitable to be included in one of the existing hierarchies, because the existing hierarchy is closed and limited. However, ash-Syāṭibī's theory regarding human needs is still implicit, not explicit like Abraham Maslow's theory. This is the weak point of Ash-Syāṭibī's theory when compared to Abraham Maslow's theory, besides that Ash-Syāṭibī has not revealed the needs of modern humans such as the need for esteem and the need for self-actualization into the hierarchy of maqāṣid al-Syarīah that he compiled Penelitian ini bertujuan untuk menemukan persamaan dan perbedaan serta relevansi teori kebutuhan manusia menurut asy-Syāṭibī dan Abraham Maslow. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis studi kepustakaan. Teori yang digunakan adalah teori maslahat dengan pendekatan perbandingan. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa buku-buku yang ditulis langsung oleh asy-Syāṭibī dan Abraham Maslow. Penelitian ini menemukan bahwa teori asy-Syāṭibī dengan rentang waktu kemunculan yang terpaut jauh dari teori Maslow masih memiliki relevansi yang signifikan dengan teori kebutuhan Maslow. Teori asy-Syāṭibī memiliki keunggulan karena bersifat inklusif untuk menerima perubahan kebutuhan manusia di masa mendatang sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebaliknya teori Maslow bersifat terbatas dan tertutup sehingga jika suatu saat muncul kebutuhan baru, selain dari lima hieararki kebutuhan yang telah diungkapkan maka kebutuhan baru itu perlu dibuatkan hierarki baru karena tidak cocok untuk dimasukkan ke dalam salah satu dari hierarki yang ada, sebab hierarki yang ada bersifat tertutup dan terbatas. Meski demikian, teori asy-Syāṭibī memengenai kebutuhan manusia masih bersifat implisit, belum eksplisit seperti teori Abraham Maslow. Hal inilah yang menjadi titik lemah teori asy-Syāṭibī jika dibandingkan dengan teori Abraham Maslow disamping asy-Syāṭibī belum mengungkap kebutuhan manusia modern seperti kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri ke dalam hieararki maqāṣid al-syarīah yang ia susun.