Iskandar, Amin
IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

HADIS LARANGAN BERBICARA (AL-LAGHW) SAAT KHOTBAH JUMAT PERSPEKTIF TAKHRIJ DAN LEKSIKOLOGI ARAB Iskandar, Amin; Mahdi, Rijal
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 10, No.1 (2022): Juni
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/diyaafkar.v10i1.10216

Abstract

إن أداء فرائض الجمعة وشعائر دينية في يوم العيد الأسبوعي للمسلمين من المناسبات المهمة التي يهتم بها المسلمون في العالم الإسلامي عموما وفي إندونيسيا خصوصا. ولقد كثرت الشعائر التي يقوم بها المسلمون في المساجد الإندونيسية قبل صعود الإمام المنبر أو بعدها من ذكر الأذكار والأحاديث النبوية والصلاة والسلام على رسوله الأمين بأصوات جماعية جوهرية. وتهدف هذه الدراسة إلى تخريج الأحاديث النبوية التي تعني بمنع الكلام والحديث أثناء الخطبة يوم الجمعة. وكما أن الدراسة أيضا تحاول تسليط الضوء على معاني اللغو المنهي عنه أثناء الخطبة من منظور المعاني الواردة في المعاجم اللغوية. ولقد توصلت نتائج البحث إلى أن تذكير المصلين والحاضرين بالأحاديث المعنية بمنع الحديث والكلام أثناء الخطبة قبل صعود الإمام المنبر لا ينهى المصلين بالضرورة عن كف الأذى من إصدار الأصوات التي قد تزعج المصلين والحاضرين وبمن حولهم. وكما أشارت نتائج البحث بأن من يفقه معاني هذا الحديث فقط 69،4 % من المصلين ويصل عدد من لم يفقه هذا الحديث إلى 30،6 % من عدد عينات البحث رغم التكرار المتواصل. ولقد تبين من الاستطلاع بأن الأسباب تكمن في أن المصلين والحاضرين لا يفهمون معاني هذه الأحاديث النبوية التي تنهى المصلين من الحديث والكلام أثناء الخطبة، بالرغم من أن التذكير قد أصبح عادة متبعة منذ السنين الطويلة في معظم مساجد إندونيسياIbadah shalat Jumat dan segala ritual Jumatan merupakan hal yang krusial dalam masyarakat muslim Indonesia. Hal ini ditandai dengan banyaknya ritual Jumat yang diselenggarakan di berbagai masjid di Indonesia. Kajian ini bertujan untuk men-takhrij Hadis-Hadis Nabi yang berkaitan dengan larangan berbicara saat khutbah Jumat dilaksanakan. Selain itu, kajian juga bertujuan untuk menyingkap makna kata al-Laghw yang ada dalam Hadis-Hadis larangan dimaksud. Kajian ini menggunakan metode analisis deskriptif terhadap para perawi Hadis larangan berbicara saat khutbah Jumat dan analisis makna kata al-Laghw dalam leksikologi Arab. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ritual pembacaan Hadis-Hadis larangan sebelum khutbah Jumat dilaksanakan tidak serta merta dapat membendung suara yang kerap terjadi saat khutbah Jumat dilaksanakan. Terdapat 30,6 % dari jumlah responden yang belum memahami maksud Hadis dimaksud. Hanya sekitar 69.4% saja dari jumlah responden yang telah memahami Hadis larangan berbicara ini. Hal ini disebebkan oleh beberapa hal penting diantaranya adalah bahwa para jemaah dan mereka yang menghadiri shalat Jumat tidak semuanya mengerti terhadap larangan berbicara dalam hadis-Hadis yang dibacakan oleh bilal sebelum khatib menaiki mimbar.  
PEMAKNAAN INTERTEKSTUAL PADA HADIS TENTANG LARANGAN GHULUW Iskandar, Amin; Soleh, Komarudin
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 11, No 02 (2023): Desember
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/diyaafkar.v11i02.15243

Abstract

This article aims to discuss the Hadith regarding the prohibition of ghuluw with an intertextual approach, namely an approach to understanding texts by finding meaningful relationships between two or more texts. This research is library research. The method used in this research is a qualitative approach. The results of this research conclude that the hadith regarding the prohibition of ghuluw is an original hadith, its existence can be traced in famous hadith books, and has authentic quality. Through intertextual interpretation, it can be concluded that the Hadith regarding the prohibition of ghuluw is meaningful and at the same time functions as bayan at-ta'kid (reinforcement) for the verses in the Koran regarding the prohibition of excesses in religion and the verses regarding the recommendation to be moderate. This meaning is also strengthened by the Prophet's correction of the excessive attitudes carried out by several companions mentioned in other hadiths.  Artikel ini bertujuan untuk membahas Hadis tentang larangan ghuluw dengan pendekatan intertekstual, yaitu suatu pendekatan dalam memahami teks dengan cara menemukan hubungan-hubungan bermakna diantara dua teks atau lebih. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan. Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Hadis tentang larangan ghuluw merupakan Hadis yang orisinil, keberadaannya dapat ditelusuri di dalam kitab-kitab Hadis yang masyhur, serta memiliki kualitas yang shahih. Melalui pemaknaan intertekstual dapat disimpulkan bahwa Hadis tentang larangan ghuluw semakna dan sekaligus berfungsi sebagai bayan at-ta’kid (penguat) terhadap ayat-ayat di dalam Al-Qur’an tentang larangan bersikap berlebih-lebihan dalam beragama dan ayat tentang anjuran untuk bersikap moderat. Pemaknaan ini diperkuat pula dengan koreksi Nabi atas sikap berlebihan yang dilakukan oleh beberapa sahabat yang disebutkan di dalam Hadis-Hadis yang lain.