This Author published in this journals
All Journal NUTRIRE DIAITA
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, PROTEIN, DAN MINERAL SENG, PERILAKU HYGIENE DAN SANITASI SUMBER AIR TERHADAP KEJADIAN DIARE ANAK GIZI KURANG USIA SEKOLAH DASAR (10-12 TAHUN) DI PULAU SUMATERA (ANALISIS DATA RISKESDAS 2007) Vitri, Aprilianti; Iskari, Ngadiarti; Rachmanida, Nuzrina
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 8, No 1 (2016): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v8i1.1417

Abstract

AbstractBackground : Under-nutrition is physically condition that caused mal-absorption, such as infectious diseases. Diarrhea is an infectious disease that caused lack of WASH (Water Sanitation and Hand Washing), defecation’s not in latrines and inadequate intake. The impact of under nutrition school aged children is poor quality of live and learning. Objective : To know the correlation between energy, protein, zinc intake, WASH and defecate in latrine to diarrhea incidence of under-nutrition school aged children (10 – 12 years old) in Sumatera island. Methods : Analysis cross sectional design was used to 526 respondents that was analyzed by Independent T – test and Chi Square. Results: The intake of energy, protein and zinc of respondents are less than half of requirements. Most of respondents (>50%) un-lack of water sanitation and washing their hands without soap in critical times, except before eating (53.2% washing their hands with soap) and healthy latrines facility (57.3%). The incidence of diarrhea disease was significantly associated (p<0.005) with defecation in latrines, and negatively associated (p>0.005) with energy, protein, zinc intake and WASH. Conclusion and Suggestion : Defecation in latrines impacts of diarrhea incidence that means the children getting diarrhea because they are not defecate in latrine, because of poor facility of healthy latrines. Important to cooperate with the government to promote defecation in latrine and build healthy latrines facility.Keywords : Undernutrition, Diarrhea, Healthy LatrinesAbstrakLatar Belakang : Kurang gizi adalah kondisi fisik yang disebabkan malabsorpsi, seperti adanya penyakit infeksi. Diare adalah penyakit infeksi rendahnya perilaku hygiene yang seperti mencuci tangan tidak pakai sabun dan buang air besar tidak dijamban serta kurangnya sanitasi sumber air bersih dan tidak adekuatnya asupan zat gizi. Dampak dari kurang gizi pada anak usia sekolah adalah rendahnya kualitas hidup dan belajar anak. Tujuan : untuk mengetahui hubungan asupan energy, protein, mineral seng, perilaku hygiene dan sanitasi sumber air terhadap kejadian diare pada anak kurang gizi usia sekolah dasar (10–12 tahun) di pulau Sumatera. Metode: Desain penelitian yang digunakan terhadap 526 responden pada penelitian ini adalah cross sectional menggunakan uji analisa Independent t – Test dan Chi Square.  Hasil : Asupan energy, protein dan mineral seng responden krang dari setengah kebutuhan. Kebanyakan responden (>50%) memiliki sumber air yang tersanitasi dan tidak mencuci tangan pakai sabun di waktu – waktu kritis, kecuali sebelum makan (53.2% responden mencuci tangannya pakai sabun sebelum makan) dan fasilitas jamban sehat (57.4%). Kejadian diare memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku buang air besar di Jamban dan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan asupan energy, protein, mineral seng, perilaku mencuci tangan pakai sabun dan sanitasi sumber air bersih. Kesimpulan dan Saran: Kejadian diare pada responden selama kurun waktu 12 bulan yang lalu disebabkan dari perilaku buang air besar responden yang tidak dilakukan dijamban dikarenakan tidak tersedianya jamban yang sehat, sehingga diperlukan kerjasama pihak pemerintah untuk mensosialisasikan perilaku buang air besar di Jamban dan membangun percontohan fasilitas jamban sehat.Kata Kunci : Gizi Kurang, Diare, Jamban Sehat
RELATION BETWEEN FOOD CONSUMPTION PATTERN OF RISK, FRUIT AND VEGETABLE CONSUMPTION AND HEART DISEASE EVENTS AGE OF 45-59 YEARS IN SULAWESI ISLAND (DATA ANALYSIS OF RISKESDAS 2007) Alifiyanti, Muharramah; Iskari, Ngadiarti; Sri, Hartati Lilik
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 8, No 1 (2016): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v8i1.1412

Abstract

AbstractBackground: The prevalence of heart disease events in Indonesia in 2007 is 0,9%, while on the island of Sulawesi is 2,1%. Nationally, the prevalence of people with risky food consumption over 45 years of age showed 66,3% consumption of sweet foods, salty foods consumption of 24,9%, 12,5% consumption of fatty foods, 1,8% consumption of offal. This is also reflected in the prevalence of Indonesia's population who consume less fruit and vegetables at the age of 45 years showed that 93,5% (Riskesdas, 2007). Objective: To determine the relationship of food consumption patterns and the risk of fruit and vegetable consumption and the incidence of heart disease aged 45-59 years in Sulawesi island. Methods: Samples were obtained 17099 respondents of age 45-59 years from the data Riskesdas 2007. Data were analyzed using chi-square test and multiple logistic regression. Results: The percentage of events heart disease at the age of 45-59 years amounted is 2.1% of Sulawesi Island. Based on the results of the bivariate test related to the incidence of heart disease is the pattern of consumption of salty foods (p = 0.000) and consumption of fruit (p= 0.019), whereas that is not related to the incidence of heart disease is the pattern of consumption of sweet foods (p= 0.632), fat (p= 0.287), offal (p= 0.757), and vegetable consumption (p= 0.576). Based on the results of multivariate analysis the most effect on the incidence of heart disease is often salty food consumption patterns with OR 2.150. Conclusion: Need to do counseling activities about the dangers of consuming salty foods above the standards prescribed because it can affect the health of non-communicable diseases especially like heart disease and other factors that can lead to heart disease.Keywords : Patterns of foodfruit and vegetable consumption, heart disease. AbstrakLatar Belakang : Prevalensi kejadian penyakit jantung di Indonesia tahun 2007 sebesar 0,9% sedangkan di Pulau Sulawesi sebesar 2,1%. Secara nasional prevalensi penduduk dengan konsumsi makanan berisiko usia diatas 45 tahun menunjukkan 66,3% konsumsi makanan manis, 24,9% konsumsi makanan asin, 12,5% konsumsi makanan berlemak, 1,8% konsumsi jeroan. Hal tersebut juga terjadi pada prevalensi penduduk Indonesia yang kurang mengkonsumsi buah dan sayur pada usia 45 tahun menunjukkan 93,5% (Riskesdas, 2007). Tujuan : Mengetahui hubungan pola konsumsi makanan berisiko dan konsumsi buah dan sayur dan kejadian penyakit jantung usia 45-59 tahun di Pulau Sulawesi. Metode Penelitian : Sampel yang didapat 17099 responden usia 45-59 tahun dari data Riskesdas 2007. Analisis data menggunakan Uji Chi-square dan Uji Regresi Logistik Ganda. Hasil Penelitian: Persentasi kejadian penyakit jantung usia 45-59 tahun di Pulau Sulawesi sebesar 2,1%. Berdasarkan hasil uji bivariat yang berhubungan terhadap kejadian penyakit jantung yaitu pola konsumsi makanan asin (p=0,000) dan konsumsi buah (p=0,019), sedangkan yang tidak berhubungan terhadap kejadian penyakit jantung yaitu pola konsumsi makanan manis (p=0,632), berlemak (p=0,287), jeroan (p=0,757), dan konsumsi sayur (p=0,576). Berdasarkan hasil uji multivariat yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung adalah pola konsumsi makanan asin sering dengan OR 2,150. Kesimpulan: Perlu dilakukan kegiatan penyuluhan mengenai bahaya mengkonsumsi makanan asin di atas standar yang sudah ditentukan karena dapat berpengaruh pada kesehatan terutama penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan faktor lainnya yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit jantung.Kata Kunci : Pola konsumsi, konsumsi buah dan sayur, penyakit jantung
HUBUNGAN USIA, TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS EKONOMI, PEKERJAAN, DAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DI PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT Auliana, Utami; Iskari, Ngadiarti; Tiurma, Heryawanti
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 8, No 1 (2016): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v8i1.1413

Abstract

AbstractOne of the nutritional problems in Indonesia is the problem of nutrition in pregnancy. Nutrition of pregnant women is necessary for the fulfillment of his own maternal nutrition and the development of the fetus. Nutritional status is a state of the body of a person or group of people caused by the ingestion, absorption, and utilization of food nutrients. Nutritional status of pregnant women can be affected by socio-economic circumstances and state of health of pregnant women during pregnancy. The objective of this study the Correlation of age, Education level, Economic status, Work, and Macro nutrient intake With Nutritional Status of Pregnant Women in Papua and West Papua. Research Methods Data used secondary data Riskesdas 2007, with cross-sectional approach. The total number of samples of pregnant women aged 15-45 years were studied (n = 270). Analysis was using chi-square test, independent t-test and logistic regression. Based on the results, that the nutritional status of pregnant women KEK 32.2%, maternal age ≥20 years and ≤ 35 years of 71.1%, 71.5% lower education level, occupation housewife 73.3%, economic status high 55.6%, 2524.44 energy intake of calories, protein, 79.56 grams. The results of multivariate analysis using logistic regression showed that age, p value 0.032 OR 1.049 and p value <0.001 energy intake value OR 1,001. Conclusion The presence of maternal age correlation, and energy intake on nutritional status of pregnant women in the provinces of Papua and West Papua.Keywords: Nutritional status, age, macro nutrient intake. AbstrakSalah satu masalah gizi yang di hadapi di Indonesia adalah masalah gizi pada masa kehamilan. Gizi ibu hamil diperlukan untuk pemenuhan gizi ibu sendiri dan perkembangan janin yang dikandungnya. Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan. Status gizi ibu hamil dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan keadaan kesehatan ibu hamil selama kehamilan. Tujuan Penelitian mengetahui hubungan usia, tingkat pendidikan, status ekonomi, pekerjaan, dan asupan zat gizi makro dengan status gizi ibu hamil di Provinsi Papua dan Papua Barat. Metode Penelitian Data yang digunakan data sekunder Riskesdas 2007, dengan pendekatan cross sectional. Jumlah seluruh sampel ibu hamil usia 15-45 tahun yang diteliti (n=270). Pengujian statistik menggunakan uji chi-square, uji t-test independent dan uji regresi logistik. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa status gizi ibu hamil KEK sebesar 32,2%, usia ibu hamil usia ≥20 dan ≤ 35 tahun 71,1%, tingkat pendidikan rendah 71,5%, pekerjaan ibu rumah tangga 73,3%, status ekonomi tinggi 55,6%, asupan energi 2524,44 kalori, protein 79,56 gram. Hasil analisis multivariat menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa usia p value 0.032 nilai OR 1,049 dan asupan energi p value <0.001 nilai OR 1.001. Kesimpulan Adanya hubungan usia ibu hamil, dan asupan energi terhadap status gizi ibu hamil di Provinsi Papua dan Papua Barat. Kata kunci : Status Gizi, Usia, Asupan zat gizi makro