p-Index From 2020 - 2025
0.751
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Teknik ITS
Wibawa, Gede
Departemen Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pra-Desain Pabrik Amonia dari Gas Alam Kusumaningrum, Sri Rani; Rosalin, Nidya Ahmadya; Wiguno, Annas; Wibawa, Gede
Jurnal Teknik ITS Vol 12, No 2 (2023)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v12i2.121274

Abstract

Sebagai salah satu bahan baku utama dari industri pupuk, konsumsi amonia dunia sejak tahun 2010 hingga tahun 2020 terus mengalami peningkatan, yaitu sekitar 1,81% tiap tahunnya. Adapun konsumsi amonia dalam negeri juga mengalami peningkatan. Selain konsumsi amonia dalam negeri yang terus meningkat, pemerintah juga sedang menawarkan proyek pembangunan pabrik pupuk dan petrokimia di Papua Barat. Pabrik ini direncanakan beroperasi pada tahun 2025 dengan kapasitas produksi 2500 ton amonia/hari dan berlokasi di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, seperti program yang telah didukung oleh Pemerintah Indonesia. Adapun proses produksi amonia terbagi menjadi empat tahapan utama, yaitu Feed Gas Pre-Treatment, Syngas Generation, Syngas Purification, dan Ammonia Synthesis. Bahan baku yang diperlukan dari proses produksi amonia ini, antara lain gas alam, steam, dan udara. Untuk memenuhi kapasitas produksi tahunannya, diperlukan nilai OPEX (operating expenditures) sebesar $ 513.097.665,87 dan nilai CAPEX (capital expenditures) sebesar $ 740.000.997,05. Selain itu, didapatkan nilai Internal Rate of Return (IRR) sebesar 19,04% dengan bunga deposito bank sebesar 2%. Waktu pengembalian modal atau Pay Out Time (POT) yang dibutuhkan dalam pendirian pabrik ini adalah selama 8 tahun 7 bulan dan nilai BEP sebesar 33,44%, serta nilai NPV sebesar $ 817.824.352,85
Pra Desain Pabrik Dimethyl Ether dari Gas Alam dengan Proses Langsung Rifki, M Ihwan Nur; Fahrezi, Rifki Azriel; Wiguno, Annas; Wibawa, Gede
Jurnal Teknik ITS Vol 12, No 2 (2023)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v12i2.123126

Abstract

Program konversi minyak tanah ke LPG yang dimulai pada tahun 2007 telah memberikan dampak besar terhadap konsumsi LPG di Indonesia. Permintaan LPG pada tahun 2007 sebesar 0,33 juta ton mengalami peningkatan yang signifikan hingga tahun 2017. Kenaikan permintaan LPG ini mendorong negara untuk melakukan impor guna memenuhi kebutuhan LPG di Indonesia, yang pada gilirannya meningkatkan beban anggaran pemerintah. Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan pengembangan bahan bakar alternatif yang dapat menggantikan peran LPG sebagai bahan bakar utama. Salah satu solusinya adalah dengan pendirian pabrik Dimethyl Ether (DME) di Indonesia. Industri DME di Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan karena bahan baku industri ini adalah gas alam, yang mana ketersediaan gas alam melimpah di Indonesia. Dalam pra desain pabrik ini, pendirian pabrik DME direncanakan pada tahun 2027 dengan lokasi di Kawasan Industri Kariangau, Balikpapan, Kalimantan Timur. Proses produksi DME menggunakan direct process yang terdiri dari tahap reforming, pemisahan CO2, sintesa DME, dan purifikasi DME. Bahan baku utama dalam pembuatan DME adalah gas alam, dengan bahan baku penunjang seperti O2, recycle CO2, dan recycle metanol. Kapasitas produksi pabrik DME direncanakan sebesar 625.577 ton DME per tahun, berdasarkan proyeksi produksi, konsumsi, ekspor, dan impor LPG hingga tahun 2027. Pabrik akan beroperasi 24 jam sehari selama 330 hari setahun untuk memenuhi kapasitas produksi tersebut. Hasil analisis ekonomi menunjukkan bahwa pendirian pabrik DME adalah investasi yang layak dengan nilai Internal Rate of Return (IRR) sebesar 21,7% dan waktu pengembalian modal selama 3,03 tahun. Modal total yang dibutuhkan untuk mendirikan pabrik DME adalah USD 390.782.700, dengan Break Even Point (BEP) pabrik sebesar 37,5%. Dengan demikian, pendirian pabrik DME di Indonesia diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor LPG dan menjadi alternatif bahan bakar yang berpotensi menguntungkan secara ekonomi
Pra Desain Pabrik Natrium Lignosulfonat (NLS) dari Lindi Hitam dengan Metode Precipitation Acid H2SO4 Kenyo, Muhammad Adafa; Maulana, Amri; Wibawa, Gede; Tetrisyanda, Rizky
Jurnal Teknik ITS Vol 12, No 2 (2023)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v12i2.120832

Abstract

Limbah dari pabrik kelapa sawit terdiri atas tiga macam, yaitu limbah cair, padat, dan gas. Salah satu limbah padat yang dihasilkan dari industri kelapa sawit adalah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS). TKKS yang dihasilkan dari jumlah panen tandan buah sawit sebesar 22-23%. Salah satu yang menjadi penyusun tandan kosong kelapa sawit adalah lignoselusa. Lignoselulosa merupakan komponen polisakarida yang jumlahnya melimpah terutama sebagai limbah pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Lignoselulosa tersusun dari tiga polimer, yaitu selulosa (35-50%), hemiselulosa (20-35%), dan lignin (10-25%). Kandungan selulosa ini dapat diolah lebih lanjut menjadi Microcrystalline Cellulose. Microcrystalline Cellulose banyak dimanfaatkan pada industri farmasi, kosmetik, dan makanan. Pra desain Pabrik Surfaktan NLS dari Lindi Hitam dengan Metode Presipitasi Asam ini direncanakan mulai beroperasi pada tahun 2027 dengan kapasitas produksi sebesat 5000 ton/tahun. Lokasi pendirian pabrik direncanakan di Kabupaten Pelalawan,Riau. Pada proses pembuatan pabrik ini, terdapat tiga tahap, yaitu tahap isolasi lignin dengan H2SO4, tahap reaksi dengan sulfonasi, dan tahap pengeringan. Pra Desain Pabrik Natrium Lignosulfonate dari Lindi Hitam dengan Metode Presipitasi Asam ini dirancang sebagai perusahaan berbadan hukum Perseroan terbatas (PT) dengan sistem organisasi garis dan staff. Untuk dapat mendirikan pabrik dengan kapasitas produksi 5000 ton/tahun, maka diperlukan modal investasi sebesar $54.971.315,86 dan total biaya produksi sebesar $17.420.614,77. Dengan estimasi penjualan sebesar $27.500.000,00. Estimasi umur pabrik adalah 25 tahun dengan Internal rate of Return (IRR) sebsar 10.6%, Waktu pengembalian (POT) selama 9 tahun, dan Break Event Point (BEP) sebesar 40.5%.
Pra Desain Pabrik Urea dengan Proses ACES-21 untuk Ketahanan Pangan di Indonesia Timur Afzarurrohmansyah, Ahmad; Adjie, Restu Caksono; Wibawa, Gede; Tetrisyanda, Rizky
Jurnal Teknik ITS Vol 13, No 1 (2024)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v13i1.121646

Abstract

Pertumbuhan penduduk akan mengakibatkan kebutuhan terhadap pangan meningkat dan juga saat ini pemerintah sedang mengupayakan program swasembada pangan. Peningkatan kebutuhan akan pangan berarti peningkatan akan kebutuhan pupuk yang harus diimbangi dengan peningkatan kapasitas produksi pada pabrik pupuk. Para petani di Provinsi Papua Barat masih kesulitan untuk mendapatkan pupuk subsidi. Salah satu solusi atas permasalahan tersebut adalah dengan pembangunan pabrik pupuk di Provinsi Papua Barat, pabrik direncanakan akan mulai beroperasi pada tahun 2026, dengan mengacu pada pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Lokasi pabrik yang direncanakan adalah di Kawasan Industri Teluk Bintuni dengan kapasitas 1.150.000 Ton/Tahun. Bahan baku utama dalam proses pembuatan pupuk urea adalah ammonia cair yang memiliki komposisi sebesar 99,8% NH3 dan 0.2% H2O serta gas CO2 sebesar 99%. Hal ini tentunya sudah mempertimbangkan kebutuhan bahan baku gas alam yang sudah tersedia dikawasan tersebut dan aksesibilitas untuk menjangkau Kawasan Industri Teluk Bintuni. Proses produksi pupuk urea dari ammonia dan CO2 pada pabrik yang akan didirikan menggunakan proses ACES 21, karena merupakan teknologi yang paling mutakhir dengan efisiensi yang cukup baik. Adapun untuk proses yang tersedia terdiri dari 5 seksi utama yaitu Persiapan Bahan Baku, Seksi Sintesa, Seksi Purifikasi, Seksi Konsentrasi, dan Seksi Prilling, serta 3 seksi penunjang yaitu Seksi Recovery, Seksi Condensate Treatment, dan Unit Distribusi Urea. Pabrik direncanakan akan dibangun diatas lahan seluas 15 ha yang nantinya akan terintegrasi dengan Ammonia Plant dan mulai berproduksi pada tahum 2026 dengan umur pabrik 15 tahun. Setelah dilakukan studi kelayakan, CAPEX yang diperkirakan sebesar RP 9.338.838.173.381 atau USD 592.942.106 dan OPEX sebesar 8.639.328.826.333 atau USD 548.528.814 dengan hasil perhitungan Analisa ekonomi untuk Internal Rate of Return sebesar 20,24%, Net Present Value sebesar Rp 11.446.531.189.895 atau USD 726.763.885, Pay Out Time selama 4,2 tahun, dan Break Even Point (BEP) sebesar 22,01%. Sehingga, dapat dikatakan bahwa pabrik urea layak didirikan.