Candra, T. Novi Poespita
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

SEKOLAH MENYENANGKAN: KONSEP SEKOLAH YANG MEMPROMOSIKAN WELL-BEING BERDASARKAN SUARA ANAK-ANAK, ORANGTUA DAN GURU DI INDONESIA: GROUNDED ANALISIS T. Novi Poespita Candra; Muhammad Nur Rizal
Jurnal Psikologi Integratif Vol 9, No 1 (2021): Psikologi Integratif
Publisher : UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jpsi.v9i1.2150

Abstract

Many studies emphasized the importance on how schools expand their role beyond the academics improvement, particularly in terms of improving and creating children's wellbeing. Unfortunately the system in Indonesia has not been able to bridge the gap even though the research concept of 'how can schools promote children's wellbeing' is widely offered. This research aims to explore the concept of a well-being school, considering the voices of children, teachers, and parents as the most important aspects in basic education. The participants involved 30 children, 30 parents, and 30 teachers from 3 types of schools (public, private, non-religious, and private Islam) in Yogyakarta Province. Collecting data used Focus Group Discussion and the analysis used Grounded Analysis to create concepts theories. The research showed that schools in Indonesia functioned as the second home after the family. It was found that the term 'fun school' is a model of school which is expected to create happiness and function optimally. The main principles of fun school development are: 1) creating a positive and ethical learning environment, 2) problem-based relevant learning, 3) human and digital interactions, 4) character development through emotional social learning. The foundation of the five principles uses the main values unique to Indonesia, kinship and mutual cooperation. The concept is carried out through the 'Fun School Movement' and is able to create hundreds of model schools in the Yogyakarta, Central Java, Tangerang, Tangsel region, and thousands of school networks in Indonesia with a grassroots approach, has also been adopted by several local governments and is recognized by the Indonesian Ministry of Education and Culture. Banyak penelitian menekankan pentingnya sekolah meluaskan perannya lebih dari sekadar meningkatkan akademik, juga menciptakan well-being anak. Sayangnya sistem di Indonesia belum mampu menjembatani meski konsep penelitian ‘bagaimana sekolah mampu mempromosikan wellbeing anak’ banyak ditawarkan. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi konsep sekolah well-being, yang mempertimbangkan suara anak, guru, dan orangtua sebagai hal terpenting pendidikan dasar. Partisipannya melibatkan 30 anak, 30 orangtua, dan 30 guru dari 3 tipe sekolah (negeri, swasta nonagamis, dan swasta Islam) di Provinsi Yogyakarta. Pengambilan data menggunakan Focus Group Discussion dan analisisnya menggunakan Grounded Analysis untuk menciptakan konsep/teori. Hasil penelitian menemukan, sekolah di Indonesia berfungsi sebagai rumah kedua setelah keluarga. Ditemukan term ‘sekolah menyenangkan’ sebagai model sekolah diharapkan menciptakan kebahagiaan dan berfungsi optimal. Prinsip utama pembangunan sekolah menyenangkan: 1) penciptaan lingkungan belajar positif dan etis, 2) pembelajaran relevan dengan problem based, 3) interaksi manusia dan digital, 4) penumbuhan karakter melalui pembelajaran sosial emosi. Fondasi kelima prinsip menggunakan nilai utama khas Indonesia, kekeluargaan dan gotong-royong. Konsep dijalankan melalui ‘Gerakan Sekolah Menyenangkan’ dan mampu menciptakan ratusan sekolah model di wilayah Yogyakarta, Jawa Tengah, Tangerang, Tangsel, dan ribuan jejaring sekolah di Indonesia dengan pendekatan akar rumput, juga sudah diadopsi beberapa pemerintah daerah dan diketahui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
Eksplorasi Implementasi Circle Time pada Sekolah Dasar yang Menerapkan Gerakan Sekolah Menyenangkan: Exploration of Circle Time Implementation in Elementary Schools of Gerakan Sekolah Menyenangkan Rizqi Hanabella; Theresia Novi Poespita Candra
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan Vol. 12 No. 1 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (472.189 KB) | DOI: 10.26740/jptt.v12n1.p1-18

Abstract

This study aims to explore the effectiveness of circle time method as perceived by both teachers and students in the elementary schools that implement "Joyful Learning Movement” or Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM). The participants consisted of 22 students and 7 teachers from four elementary schools that implement GSM in Yogyakarta, Indonesia. A qualitative method was used, and data were collected using interviews and focus group discussions. Content analysis was used to analyze the data. The findings can be categorized in three themes, namely the benefits, supporting factors, and challenges of the circle time implementation. The benefits of circle time are indicated by the perceived improvement of children in terms of self-confidence, self-management, academic motivation, empathy, social skills, and active learning style. The supporting factors for circle time implementation as reported by participants include GSM itself, the flexibility in implementing circle time, and the teachers’ open-mindedness. For the challenging factors, participants suggest that limited time, available space, solid learning materials or curriculum, and students’ internal conditions are the main factors. The research findings can contributes to the better implementation of circle time in elementary schools. Keywords: Circle time, emotional-social learning, elementary school   Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap efektivitas circle time di Sekolah Dasar yang mengikuti Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) dari sudut pandang guru maupun murid. Partisipan penelitian terdiri atas 22 murid dan 7 guru dari empat sekolah dasar GSM di Yogyakarta, Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara dan focus group discussion sebagai teknik koleksi data. Analisis konten digunakan untuk menganalisis data. Hasil penelitian menunjukkan manfaat, faktor pendukung, dan penghambat dalam penerapan circle time. Manfaat circle time ditunjukkan dengan persepsi subjek atas peningkatan kualitas siswa dalam kepercayaan diri, manajemen diri, motivasi akademik, empati, keterampilan sosial, dan gaya belajar yang lebih aktif. Sedangkan faktor pendukung circle time adalah GSM itu sendiri, fleksibilitas dalam pelaksanaan circle time, dan keterbukaan pikiran dari guru. Adapun faktor penghambat adalah keterbatasan waktu, tempat, materi pembelajaran dan kurikulum yang padat, serta faktor internal dari siswa sendiri. Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan yang berguna untuk sekolah dasar yang menerapkan circle time di sekolahnya.