Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Teori Projecting Back dan Argumentum E-Silentio Joseph Schact Serta Aplikasinya dalam Studi Kritik Hadis Zidna Zuhdana; Nurus; Tsuroya, FatiaInast; Mustofa, Ahmad Zainal
Al-Bukhari : Jurnal Ilmu Hadis Vol 3 No 2 (2020): Juli - Desember
Publisher : Program Studi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32505/al-bukhari.v3i2.1545

Abstract

This article describes the viewpoint of Joseph Schacht, who argues that hadiths had been used as a secondsources of Islamic law since the caliphates periods. Schacht was an orientalist who studied the hadith usingacademic reasoning. He criticized the authentification of hadiths using Projecting Back theory and theArgumentum E-Silentio. Thus, Schacht denied the truth of the Prophet's traditions the way Muslims do believe in. According to him, hadiths were merely speeches and atitudes of scholars of the second and third centuries of Hijriah who attach their own words to the Prophet to gain Muslims supports for their personal interests. By using a research library and analytical descriptive methods, this article alsopresentthe application example of the two theories in the chosen hadith.
Kepentingan China sebagai Aktor di Balik Rekonsiliasi Hubungan Arab Saudi dan Iran Mustofa, Ahmad Zainal
Politika: Jurnal Ilmu Politik Vol. 14, No 2 (2023)
Publisher : Magister Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/politika.14.2.2023.253-268

Abstract

Tulisan ini menjelaskan tentang kepentingan China di Timur Tengah, khususnya terhadap Arab Saudi dan Iran. Tujuan artikel ini untuk memahami lebih dalam kepentingan apa yang melatarbelakangi China yang menjadikan dirinya sebagai mediator dalam rekonsiliasi hubungan antara Arab Saudi - Iran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu mendeskripsikan terlebih dahulu materi pembahasan dan kemudian dianalisis. Adapun teori yang digunakan adalah kepentingan nasional, yang terdiri dari kepentingan pertahanan, kepentingan ekonomi, kepentingan tatanan dunia, dan kepentingan ideologi. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa pada kepentingan pertahanan, China memiliki kepentingan untuk memperkuat aliansi militer sekaligus penjualan senjata kepada Saudi-Iran. Pada kepentingan ekonomi, Saudi-Iran merupakan sumber utama penghasil minyak, gas dan energi serta lahan strategis untuk investasi bagi China. Dalam kepentingan tatanan dunia, menjalin kerja sama dengan Saudi-Iran tentu membuat eksistensi China di dunia internasional semakin besar. Terakhir, China membutuhkan dukungan Saudi-Iran dalam memerangi Uyghur yang merupakan kelompok Islam.
ARAB SPRING DI YORDANIA 2011-2013: DARI DEMONSTRASI PUBLIK MENUJU REFORMASI POLITIK Mustofa, Ahmad Zainal
SIYAR Journal Vol. 4 No. 2 (2024): July
Publisher : The Department of International Relations, The Faculty of Social and Political Sciences, UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/siyar.2024.4.2.104-117

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui fenomena Arab Spring yang terjadi di Yordania. Dalam tulisan ini, penulis mendeskripsikan tiga hal yang menjadi substansi dalam penelitian, yaitu kemunculan Arab Spring di Yordania, kemudian kondisi ekonomi, dan reformasi politik. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik deskriptif. Setelah dilakukan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa Arab Spring yang terjadi di Yordania berupa gelombang protes massa yang pada awalnya menuntut perbaikan sisi ekonomi. Kondisi ekonomi di Yordania memang sedang tidak stabil. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya pengangguran dan naiknya angka kemiskinan serta adanya perilaku koruptif para elit pemerintah. Menyikapi hal tersebut, Raja Abdullah memberikan terobosan baru berupa reformasi politik dengan membentuk badan hukum dan mengamandemen undang-undang bagi pemilih di Yordania. Pendekatan ini efektif meredam gelombang demonstrasi, karena Yordania melakukan pendekatan yang berbeda dengan negara lain seperti Tunisia dan Mesir. Yordania mengutamakan pendekatan yang lebih humanis. Meskipun terdapat kontroversi dan perbedaan pandangan dengan kelompok oposisi seperti Front Aksi Islam, Ikhwanul Muslimin, Hirak, dan lainnya, namun Yordania berhasil terhindar dari kejatuhan kekuasaan.  
Building Stability in the Middle East: An Analysis of Political Integration through the GCC and the Arab League Mustofa, Ahmad Zainal
Middle Eastern Culture & Religion Issues Vol 4 No 1 (2025): Edisi 1 - 2025
Publisher : Middle Eastern Studies Program, Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mecri.v4i1.20304

Abstract

This study aims to examine the impact of regional integration policies on interstate relations and political stability in the Middle East. The main focus of the research includes analyzing the influence of these policies on diplomatic cooperation, political stability, and regional security. Additionally, the study will identify the challenges and obstacles hindering the effectiveness of regional integration and propose strategies to enhance integration with a more inclusive and cooperative approach. To elaborate on the discussion, the author uses regionalism theory. The method used is descriptive-analytical. The study concludes that regional integration in the Middle East faces significant challenges, such as dependence on hydrocarbon exports, which limits the development of industry and the private sector in GCC countries. Economic disparities between wealthy countries like Saudi Arabia and Qatar and poorer countries like Yemen are exacerbated by the migration of young professional workers to the GCC. In addition to economic issues, the region also faces insecurity in food, water, and energy. Internal conflicts, cultural identity differences, and political rivalries often hinder the effectiveness of regional cooperation. To achieve better integration, an approach that involves intergovernmental dialogue, inclusive strategies, and the active participation of civil society and the private sector is required.