AbstractState of exception is a condition where law is suspended. Giorgio Agamben viewed such conditions as a trojan horse which allow fascism of sovereignty to prevail. Sovereignty itself is politically absolute yet imaginary. The logic of emergency, which is the kernel of sovereignty, has always been operating in modern state. State of exception is the immanence onthology that becomes the requirement of fascism to take place. Such political praxis undelies the fascism of the sovereignty since the sovereign itself act as a hidden absolute power in modern state which prevail in the state of exception. As long as politics and powers rely on the logic of inclusion and exclusion and the power of sovereignty, the power will have always been operated in fascistic ways.Keywords:Sovereignty; fascism; state of exception; post-structuralism; immanence__________________________Â AbstrakKeadaan pengecualian adalah kondisi di mana hukum ditangguhkan. Giorgio Agamben memandang kondisi tersebut sebagai celah yang memungkinkan fasisme dari kedaulatan untuk muncul. Kedaulatan sendiri memiliki kekuatan politik absolut tetapi imanjiner. Logika darurat, yang menjadi inti kedaulatan, sudah selalu beroperasi di dalam negara modern. Keadaan pengecualian adalah ontologi imanen yang menjadi persyaratan fasisme untuk ada. Praktek politik demikian menjadi dasar bagi fasisme dari kedaulatan karena kedaulatan itu sendiri bertindak sebagai kekuasaan absolut tersembunyi di dalam negara modern yang muncul ketika keadaan pengecualian. Selama politik bergantung pada logika eksklusi dan inklusi serta kekuasaan berdaulan, kekuasaan akan sudah selalu dioperasikan dengan cara yang fasis.Kata Kunci:kedaulatan; fasisme; keadaan pengecualian; pasca-strukturalisme; imanensi.