Sumiana
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pendidikan Karakter Sekolah Dasar di Era New Normal Sumiana; Wahyu Susiloningsih
INVENTA: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Vol 4 No 2 (2020): Inventa: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Publisher : Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/inventa.4.2.a2731

Abstract

This article describes the implementation of primary school character education in the new normal era. Each individual has a different character that characterizes each individual, which is reflected in their attitudes, thoughts and actions. In the world of education, students really need character to form their personal good, honest, wise, responsible and able to respect others. Character education is a conscious and planned effort to teach values, character, morals through habituation with the aim of developing students' abilities to be able to decide good and bad, exemplary in solving problems in society in the future. Implementation of character education which is usually taught through habituation at school must be changed online. This research is a descriptive qualitative research. The subjects in this study were teachers and students of SD Negeri Simomulyo I, Sukomanunggal, Surabaya. The data collection technique used was observation of the implementation of character education. The observation data obtained were then reported descriptively. The results of the research were obtained from observations where the implementation of character education in the New Normal Diera was carried out online. Two of the five character values ​​that cannot be implemented in the new normal era, these character values ​​are mutual cooperation and integrity.
Zonasi dan Merdeka Belajar : Kajian Kritis dari Prospektif Kebijakkan Sumiana
Buana Pendidikan Jurnal Fakultas Keguruan dan Pendidikan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Publisher : Fakultas Pedagogi dan Psikologi Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/bp.vol16.no30.a2712

Abstract

Artikel ini merupakan hasil dari studi literatur terkait kebijakan baru dimana masih banyak komponen di dalamnya yang perlu dikaji secara kritis. Untuk itu penulis mengangkat judul “Zonasi dan Merdeka Belajar – Kajian Kritis dari Prospektif Kebijakan” dengan tujuan (1) dapat mendeskripsikan konsep zonasi yang sudah dilaksanakkan di Pendidikan dasar, (2) dapat mendeskripsikan konsep merdeka belajar yang sudah dilaksanakan di Pendidikan dasar, (3) dapat mendeskripsikan konsistensi atau inkonsistensi kebijakan zonasi dan kebijakan merdeka belajar di Pendidikan dasar, serta (4) mendeskripsikan rekomendasi berdasarkan analisis. Kebijakan pemeritah dalam merdeka belajar memiliki empat fokus utama dalam pendidikan antara lain; penilaian USBN komprehensif, penghapusan UN, penyederhanaan PRR, dan zonasi. Tujuan dari kebijakan pemerintah terkait program zonasi dimana untuk memeratakan pendidikan dengan asumsi tidak ada lagi sekolah favorit atau sekolah menengah kebawah. Maka secara tidak langsung selama bersekolah anak akan dekat dengan lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga. Menindaklanjuti tujuan tersebut dapat dirujuk dari Ki Hajar Dewantara terkait Tri Pusat Pendidikan (Guru, Orang tua, dan lingkungan) dimana dalam membentuk karakter seorang anak agar dapat belajar dengan baik dan siap menghadapi masalah dibutuhkan Tripusat pendidikan (Kurniawan, 2015). Guru pertama bagi seorang anak adalah orang tua. Dimana pertama kali anak belajar bersama orang tua, mengenal segala sesuatu juga dari orang tua. Sekolah adalah tempat menuntut ilmu. Selain pelajaran dan pengetahuan yang diberikan orang tua, seorang anak juga memerlukan bimbingan pendidikan dari sekolah. Kepribadian anak juga terbentuk di sekolah, dari pergaulan disekolah, dari pelajaran yang diberikan guru. Peran masyarakat dalam pembentukan kepribadian seseorang juga memiliki andil besar. Lingkungan yang baik akan membuat seseorang memiliki kepribadian yang baik pula. Lingkungan yang buruk dapat menyebabkan seseorang memiliki kepribadian yang buruk Selain itu dengan adanya kebijakan zonasi ini menuntut guru lebih kreatif dan inovasif untuk melaksaksanakan pembelajaran, missal pembelajaran akan lebih kontekstual karena lingkungan belajar anak dekat dengan sekolah. Missal, pada pembelajaran jual beli dimana dalam tujuan penbelajaran siswa dapat mengenal pelaku ekonomi. Hal ini bisa dicontohkan secara kontekstual dengan mengaitkan materi dengan kehidupan nyata atau lingkungan sekitar siswa yang kebetulan lingkungan siswa tersebut berada di daerah pegunungan maka mayoritas pelaku ekonomi disana adalah petani sayur dan pedagang buah. Hal ini berbeda ketika lingkungan siswa berada di perkotaan maka pelaku ekominya adalah para pedagang fasion dan industry pabrik. Oleh karnanya salah satu tujuan pemerintah melalui kebijakan zonasi ini untuk membentuk guru, orang tua dan lingkungan dalam mendidik anak. Dengan demikian zonasi merupakan salah satu upaya pemerintah dalam membentuk Tripusat (guru, orang tua, dan lingkungan) pendidikan bagi anak.