Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Reasons for Quitting, Reasons for Relapse, and Knowledge toward the Danger of Smoking in Active Smokers Ichsan, Burhannudin; Nuredis, Yudwari Adhicha; Priscillah, Wildan
Journal of Health Promotion and Behavior Vol 5, No 4 (2020)
Publisher : Masters Program in Public Health, Universitas Sebelas Maret, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (32.575 KB)

Abstract

Background: Smoking is a national and world problem. The prevalence of smoking in Indo­nesia is quite high. Not all smokers have the motivation to quit smoking. Most people who quit smoking have relapse experiences. There have been many advertisements about the dangers of smoking. The dangers of smoking on average are known by everyone, including smokers themselves.Subjects and Method: This study is a quail­tative study which intends to determine the reasons for quitting and relapse and their knowledge of the dangers of smoking. The research subjects consisted of 29 people who met the criteria, namely smokers who had quit and then relapsed again in the city of Surakarta.Results: The results showed that the reasons for the respondents to quit smoking were: sick­ness, not allowed by their parents, no money, a work environment that did not allow them for smoking, having children, reflexes or suddenly wanting to not smoke, wanting to live healthy, because they wanted to register for official school, and because they like sports. Reasons for respondents who had stopped smoking relapsed, namely: recovery from illness, factors from friends and the environment, due to accidentally or suddenly smoking, addiction or dependence, and because of stress. The know­ledge of respondents who relapsed from smoking cessation behavior about the dangers of smoking, namely: smoking is a danger, ciga­rettes can cause cancer, smoking is detrimental to health, smoking can cause lung disease, coughing, shortness of breath, heart, smoking can cause throat disease, smoking can cause stroke, don't know the dangers of smoking, and some say it all depends on God.Conclusion: This study shows that people who return to smoking have a good knowledge of the dangers of smoking. The results of this study indicate that there are factors other than knowledge that influence smoking behavior.Keywords: smoker, quit, relapse, knowledgeCorrespondence: Burhannudin Ichsan. Department of Medical Community/ Public Health, Faculty of Medi­cine, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Komplek Kampus 4 UMS Gonilan Kartasura, Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura, Sukoharjo, Surakarta, Central Java, Indonesia. Email: bi268@ums.ac.id. Mobile: 081325­49­5988.Journal of Health Promotion and Behavior (2020), 05(04): 232-239https://doi.org/10.26911/thejhpb.2020.05.04.01. 
Tantangan dalam Mendiagnosis Leptospirosis pada Fasilitas Kesehatan Dasar di “Serambi Nusantara” Penajam Paser Utara: Laporan Kasus Priscillah, Wildan; Paramarta, Vip; Putri, Dhiya Nada
Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO) Vol. 7 No. 1 (2025): Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO)
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/jsi.v7i01.242

Abstract

Pendahuluan: Leptospirosis merupakan fenomena the tip of iceberg yang kenyataannya kasus ini meningkat tetapi sering mengalami misdiagnosis, under-diagnosis, dan under reported di pelayanan dasar kesehatan. Minimnya fasilitas dan belum adanya laboratorium untuk melakukan pemeriksaan Leptospirosis di Kabupaten Penajam Paser Utara menjadi tantangan seorang dokter untuk menegakkan diagnosis dan memberikan terapi pengobatan secara tepat dan akurat. Tujuan: Laporan kasus ini bertujuan untuk menjelaskan tantangan dan tatalaksana Leptospirosis pada fasilitas kesehatan di Penajam Paser Utara. Hasil dan Pembahasan: Pasien Laki-laki berusia 42 tahun datang ke Puskesmas Sebakung Jaya, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur dengan keluhan utama rasa sakit pada kaki, disertai demam, mual, dan nyeri kepala yang berlangsung selama dua hari. Pasien memiliki riwayat kadar asam urat yang tinggi. Pasien seorang petani yang memiliki kebiasaan tidak menggunakan alas kaki saat pergi ke sawah. Pasien dilakukan pengambilan sampel darah vena untuk dilakukan pemeriksaan Leptospirosis. Hasil pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan metode pemeriksaan PCR dengan Pockit Micro Plus didapatkan hasil pasien positif (+) Bakteri Leptospira sp. Pasien diberikan terapi sementara yaitu Doksisiklin 100 mg dua kali sehari selama 7 hari, Piroxicam 100 mg dua kali sehari, Aloopurinol 100 mg sekali sehari, dan Zink sekali sehari serta pasien diminta untuk kontrol kembali dalam waktu 3 hari setelah kunjungan. Pasien diberikan KIE untuk menggunakan sepatu pada saat pergi kesawah untuk meminimalisir faktor predisposisi. Kesimpulan: Minimnya fasilitas kesehatan dasar di Penajam Paser Utara menjadikan seorang dokter harus lebih sensitive lagi dalam penegakkan diagnosis khususnya pada kasus Leptospirosis sehingga dapat memberikan pertolongan pertama seperti pemberian antibiotik saat muncul gejala untuk menghindari kondisi yang lebih buruk.
Reasons for Quitting, Reasons for Relapse, and Knowledge toward the Danger of Smoking in Active Smokers Ichsan, Burhannudin; Nuredis, Yudwari Adhicha; Priscillah, Wildan
Journal of Health Promotion and Behavior Vol. 5 No. 4 (2020)
Publisher : Masters Program in Public Health, Universitas Sebelas Maret, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Smoking is a national and world problem. The prevalence of smoking in Indo­nesia is quite high. Not all smokers have the motivation to quit smoking. Most people who quit smoking have relapse experiences. There have been many advertisements about the dangers of smoking. The dangers of smoking on average are known by everyone, including smokers themselves.Subjects and Method: This study is a quail­tative study which intends to determine the reasons for quitting and relapse and their knowledge of the dangers of smoking. The research subjects consisted of 29 people who met the criteria, namely smokers who had quit and then relapsed again in the city of Surakarta.Results: The results showed that the reasons for the respondents to quit smoking were: sick­ness, not allowed by their parents, no money, a work environment that did not allow them for smoking, having children, reflexes or suddenly wanting to not smoke, wanting to live healthy, because they wanted to register for official school, and because they like sports. Reasons for respondents who had stopped smoking relapsed, namely: recovery from illness, factors from friends and the environment, due to accidentally or suddenly smoking, addiction or dependence, and because of stress. The know­ledge of respondents who relapsed from smoking cessation behavior about the dangers of smoking, namely: smoking is a danger, ciga­rettes can cause cancer, smoking is detrimental to health, smoking can cause lung disease, coughing, shortness of breath, heart, smoking can cause throat disease, smoking can cause stroke, don't know the dangers of smoking, and some say it all depends on God.Conclusion: This study shows that people who return to smoking have a good knowledge of the dangers of smoking. The results of this study indicate that there are factors other than knowledge that influence smoking behavior.Keywords: smoker, quit, relapse, knowledgeCorrespondence: Burhannudin Ichsan. Department of Medical Community/ Public Health, Faculty of Medi­cine, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Komplek Kampus 4 UMS Gonilan Kartasura, Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura, Sukoharjo, Surakarta, Central Java, Indonesia. Email: bi268@ums.ac.id. Mobile: 081325­49­5988.Journal of Health Promotion and Behavior (2020), 05(04): 232-239https://doi.org/10.26911/thejhpb.2020.05.04.01. 
Tantangan dalam Mendiagnosis Leptospirosis pada Fasilitas Kesehatan Dasar di “Serambi Nusantara” Penajam Paser Utara: Laporan Kasus Priscillah, Wildan; Paramarta, Vip; Putri, Dhiya Nada
Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO) Vol. 7 No. 1 (2025): Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO)
Publisher : CV. Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/jsi.v7i01.242

Abstract

Pendahuluan: Leptospirosis merupakan fenomena the tip of iceberg yang kenyataannya kasus ini meningkat tetapi sering mengalami misdiagnosis, under-diagnosis, dan under reported di pelayanan dasar kesehatan. Minimnya fasilitas dan belum adanya laboratorium untuk melakukan pemeriksaan Leptospirosis di Kabupaten Penajam Paser Utara menjadi tantangan seorang dokter untuk menegakkan diagnosis dan memberikan terapi pengobatan secara tepat dan akurat. Tujuan: Laporan kasus ini bertujuan untuk menjelaskan tantangan dan tatalaksana Leptospirosis pada fasilitas kesehatan di Penajam Paser Utara. Hasil dan Pembahasan: Pasien Laki-laki berusia 42 tahun datang ke Puskesmas Sebakung Jaya, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur dengan keluhan utama rasa sakit pada kaki, disertai demam, mual, dan nyeri kepala yang berlangsung selama dua hari. Pasien memiliki riwayat kadar asam urat yang tinggi. Pasien seorang petani yang memiliki kebiasaan tidak menggunakan alas kaki saat pergi ke sawah. Pasien dilakukan pengambilan sampel darah vena untuk dilakukan pemeriksaan Leptospirosis. Hasil pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan metode pemeriksaan PCR dengan Pockit Micro Plus didapatkan hasil pasien positif (+) Bakteri Leptospira sp. Pasien diberikan terapi sementara yaitu Doksisiklin 100 mg dua kali sehari selama 7 hari, Piroxicam 100 mg dua kali sehari, Aloopurinol 100 mg sekali sehari, dan Zink sekali sehari serta pasien diminta untuk kontrol kembali dalam waktu 3 hari setelah kunjungan. Pasien diberikan KIE untuk menggunakan sepatu pada saat pergi kesawah untuk meminimalisir faktor predisposisi. Kesimpulan: Minimnya fasilitas kesehatan dasar di Penajam Paser Utara menjadikan seorang dokter harus lebih sensitive lagi dalam penegakkan diagnosis khususnya pada kasus Leptospirosis sehingga dapat memberikan pertolongan pertama seperti pemberian antibiotik saat muncul gejala untuk menghindari kondisi yang lebih buruk.