Yaniasti, Ni Luh
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN KONSELOR/ GURU BIMBINGAN DAN KONSELING ERA MERDEKA BELAJAR Setiawan, Gede Danu; Yaniasti, Ni Luh
Daiwi Widya Vol 10, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37637/dw.v10i2.1418

Abstract

Layanan bimbingan dan konseling adalah suatu layanan yang diberikan oleh tenaga yang profesional dalam bidang bimbingan dan konseling kepada peserta didik atau siswa dan anggota masyarakat lainnya supaya mereka mampu mengembangkan dirinya, mengenali dirinya sendiri, serta mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapinya sehingga dapat meningkatkan kemandiriannya dan dapat hidup efektif sehari-hari. Sebagai layanan profesional tenaga pemberi layanan bimbingan dan konseling sudah sewajarnya membentuk organisasi profesi. Organisasi profesi bimbingan dan konseling ini menjadi wadah para konselor/guru BK serta menjadi perekat utama seluruh anggota yang menjalankan layanan bimbingan dan konseling. Salah satu kewajiban organisasi profesi bimbingan dan konseling adalah merumuskan kode etik profesi bimbingan dan konseling itu sendiri. Melihat kompleksnya tugas dan peran profesi Bimbingan dan Konseling apalagi dalah suasana Merdeka Belajar koselor sangat diharapkan untuk memiliki kompetensi-kompetensi seperti jujur, hangat, empat dan lainnya sebagai Upaya untuk mendukung pembelajaran yang berpusat pada anak.
WACANA NGATURIN ANALISIS BENTUK FUNGSI DAN MAKNA Yaniasti, Ni Luh
Daiwi Widya Vol 10, No 3 (2023)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37637/dw.v10i3.1776

Abstract

Wacana ngaturin merupakan wacana ritual sehingga keberadaannya disakralkan oleh masyarakat pendukungnya. Ngaturin merupakan proses dalam pernikahan yang harus dilaksanakan oleh setiap pasangan suami-istri. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami bentuk, fungsi, dan makna wacana ngaturin yang ada di Desa Adat Sembiran. Data dikumpulkan secara langsung dengan metode observasi, wawancara, dan kepustakaan dengan teknik rekam dan catat sertaa foto, kemudian dianalisis. Analisis bentuk digunakan teori struktur dari Teeuw, sehingga wacana ngaturin meliputi aspek bahasa, stilistika, dan sarana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wacana ngaturin memiliki fungsi dalam masyarakat, khususnya yang ada di Desa Adat Sembiran. Analisis fungsi yang digunakan yaitu, fungsi manifes/tampak dan fungsi laten/terselubung dari Merton dalam Kaplan dan Manners. Fungsi-fungsi yang diperoleh dalam wacana ini adalah fungsi budaya, fungsi sosial, fungsi komunikatif, dan fungsi pendidikan. Wacana ngaturin sebagai karya sastra agama mengandung unsur-unsur simbolis yang penuh makna. Dalam analisis makna digunakan teori semiotik dari Ferdinand de Saussure, yakni signifie/ petanda dan signifient/penanda dan Ferdinand de dikompilasikan dengan teori Aart Van Zoest, yaitu tentang tanda. Untuk memahami makna secara komprehensif diterapkan konsep hermeneutik. Dengan demikian, makna wacana ngaturin dikaitkan dengan kedudukannya sebagai sastra agama, yakni makna sradha, makna tri hjta karana, makna religius, dan makna simbolis. Hasil yang paling hakiki dalam penelitian ini adalah ditemukannya suatu makna kesejahteraan lahir dan batin bagi pasangan suami-istri melalui sarana dan komunikasi vertikal, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Di samping itu, wacana ini dapat ditranskripsikan ke dalam bentuk tulis.Kata Kunci: Ngaturin, Analisis Fungsi Bentuk Dan Makna
PROSES MORFOLOGIS VERBA TRANSITIF DALAM PERUBAHAN KALIMAT AKTIF MENJADI KALIMAT PASIF Yaniasti, Ni Luh; Dewi, Kadek Yati Fitria
Daiwi Widya Vol 11, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37637/dw.v11i1.2017

Abstract

AbstrakTujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui proses perubahan yang terjadi dari verba transsitif kalimat aktif menjadi kalimat pasif, maka perlu untuk memberikan penjelasan yang semaksimal mungkin. Berkaitan dengan penggunaan kalimat baik dalam bentuk aktif maupun bentuk pasif dalam bahasa Indonesia ; karena bentuk ini sangat berpengaruh pada maknanya maupun susunan dalam pemakaiannya.Untuk mengetahui suatu kalimat pasif atau tidak,dapat dilihat dari segi hubungan subjek dengan predikatnya. Jadi subjek dikenai pekerjaan yang disebut dalam predikatnya,maka kalimat itu disebut kalimat pasif.Dalam hal ini kalimat yang berpredikat verba transitif saja bisa dijadikan kalimat pasif.Kata Kunci :Proses morfologis, verba transsitif