Pembelajaran fisika yang efektif tidak hanya mengandalkan penguasaan rumus dan konsep, tetapi juga keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep yang mendalam. Di SMA Negeri 2 Halmahera Selatan (Halsel), banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep fisika dan cenderung menghafal tanpa benar-benar memahami inti dari materi yang diajarkan. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Socratic Questioning terhadap keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa. Socratic Questioning yang berfokus pada tanya jawab yang mendalam, dirancang untuk memacu siswa berpikir lebih kritis, mempertanyakan asumsi mereka, dan menghubungkan pengetahuan yang mereka miliki dengan konsep-konsep baru. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan desain one group pretest dan posttest. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X IPA SMAN 2 HALSEL yang berjumlah 60 orang yang tersebar dalam 2 kelas, yaitu kelas X1 merupakan kelas eksperimen yang menggunakan metode Socratic Questioning dalam pembelajaran fisika dan kelas X2 kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan signifikan pada siswa yang diajarkan menggunakan metode Socratic Questioning. Rata-rata skor keterampilan berpikir kritis pada kelompok eksperimen meningkat 60% setelah diberi perlakuan, sementara kelompok kontrol hanya mengalami peningkatan sekitar 30%. Hal ini menunjukkan bahwa metode Socratic Questioning berhasil merangsang siswa untuk berpikir lebih mendalam dan kritis mengenai materi fisika yang diajarkan. Selain itu, hasil tes pemahaman fisika menunjukkan bahwa kelompok eksperimen memperoleh rata-rata nilai post-test sebesar 95, sementara kelompok kontrol hanya 63. Peningkatan nilai ini mencerminkan bahwa siswa tidak hanya lebih kritis, tetapi juga lebih memahami konsep fisika secara menyeluruh. Melalui serangkaian pertanyaan yang menggali pemikiran, Socratic Questioning mendorong siswa untuk menemukan jawabannya sendiri, bukan hanya menerima informasi secara pasif. Metode ini membangun kepercayaan diri siswa dalam belajar, memberikan mereka ruang untuk bertanya dan berdiskusi, serta mengasah keterampilan mereka dalam menyusun argumen yang logis.