Aviantara, Dwindrabata Basuki
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KONSEP IMBAL JASA LINGKUNGAN UNTUK KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA AIR DAS 1 CIDANAU Aviantara, Dwindrabata Basuki; Suciati, Fuzi
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol. 13 No. 2 (2020): JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jrl.v13i2.4677

Abstract

DAS Cidanau, satu-satunya ekosistem rawa pegunungan di Pulau Jawa, merupakan sumber air baku yang penting bagi Provinsi Banten,khususnya dalam memenuhi kebutuhan kawasan industri sertapenduduk Kota Cilegon. Meskipun DAS Cidanau merupakan kawasanCagar Alam namun perambahan serta penggundulan hutan yangmarak menyebabkan ancaman terhadap keberlanjutan penyediaan air.Masyarakat hulu yang mengandalkan sumberdaya alam sertamasyarakat hilir yang mengandalkan air memerlukan penyelesaianmemuaskan kedua belah pihak. Karena masing-masing memilikikepentingan maka perlu dibangun mutual relationship antar keduanya.Melalui mekanisme Imbal Jasa Lingkungan (IJL) terbentuk hubunganimbal balik menguntungkan antara masyarakat hilir selaku penerimamanfaat atas air dengan masyarakat hulu selaku penjaminkelangsungan ekosistem hulu untuk daerah resapan air. Skema IJLmemiliki dampak positif terhadap perbaikan keanekaragaman hayati,fungsi ekologik serta sosio-ekonomik. Keberterimaan nilai layak atasair diukur dengan kesediaan untuk membayar yang merupakankesepakatan bersama antara penyedia jasa dan pengguna jasa dalamIJL. Guna menjamin pelaksanaan IJL secara transparan diperlukankelembagaan pemangku kepentingan yang terdiri dari kelompok tani,lembaga swadaya masyarakat serta pemerintah daerah. Karya tulis inibertujuan menarasikan lesson learned penerapan konsep IJL antaraPT Krakatau Titra Industri dengan masyarakat hulu DAS Cidanau yangdimediasi oleh Forum Komunikasi DAS Cidanau.
PENGGUNAAN MODEL MATEMATIK GAUSSIAN DISPERSION UNTUK PENDUGAAN PERUBAHAN KUALITAS UDARA DALAM ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN Aviantara, Dwindrabata Basuki; Suciati, Fuzi
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol. 14 No. 1 (2021): JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam analisis dampak lingkungan (ANDAL) memperkirakan perubahan kualitas lingkungan dapat dilakukan dengan sejumlah pendekatan, salah satunya adalah melalui pemodelan matematik. Guna pendugaan perubahan kualitas udara yang disebabkan oleh sumber emisi tetap berupa cerobong maka dapat digunakan persamaan sebaran Gauss (Gaussian dispersion). Persamaan dispersi Gauss diterapkan dengan memperlakukan cerobong sebagai sumber emisi berupa titik. Parameter persamaan dispersi Gauss menimbang faktor laju emisi cemaran dari cerobong, keadaan cuaca serta ketinggian efektif dari cerobong. Dengan persamaan tersebut pendugaan besar paparan cemaran udara di suatu tempat sebagai fungsi dari jarak terhadap cerobong dapat dilakukan. Dengan teknik perhitungan matematik menggunakan persamaan dispersi Gauss maka dapat dilakukan evaluasi perubahan indeks mutu lingkungan (environmental quality index) sehingga analisis risiko lingkungan emisi cemaran udara terkait perubahan kualitas udara memunginkan untuk dilakukan.
POTENSI PAJANAN POLYBROMINATED DIPHENYL ETER DALAM EKONOMI LINGKAR WASTE FROM ELECTRICAL AND ELECTRONIC EQUIPMENT Suciati, Fuzi; Aviantara, Dwindrabata Basuki; Herlambang, Arie
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol. 14 No. 2 (2021): JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bahan penghambat nyala telah diketahui lazim ditambahkan dalam produk perangkat listrik dan elektronik. Polybrominated diphenyl ethers (PBDEs) merupakan bahan penghambat nyala (flame retardant) yang lazim digunakan. Karena sifatnya yang tidak mudah terurai secara alami PBDEs merupakan persistent organic pollutants (POPs) yang keberadaannya dapat membahayakan manusia dan lingkungan. Limbah perangkat listrik dan elektronik (WEEE/E-waste) diketahui memiliki material yang masih memiliki nilai ekonomi. Kegiatan daur ulang maupun pemanfaatan WEEE dalam koridor ekonomi lingkar memiliki potensi hambatan akibat adanya PBDEs. Bukti bahwa PBDEs terdapat pada kompartemen udara, air, tanah dan biota termasuk ASI mengindikasikan bahwa PBDEs dapat menjalani proses pelipatan biologik melalui jalur jejaring makanan dan rantai makanan. Status WEEE sebagai limbah spesifik memerlukan pengawasan pengelolaan E-waste agar pajanan kronik PBDEs terhadap manusia dan mahluk hidup lainnya dapat diminimalkan. Kata kunci: WEEE, PBDEs, circular economy, pajanan, nasib lingkungan
APLIKASI TEKNOLOGI DESORPSI TERMAL UNTUK REMEDIASI TANAH TERCEMAR MINYAK: STATE OF THE ART Aviantara, Dwindrabata Basuki; Suryati, Tuti
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol. 14 No. 2 (2021): JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Terjadinya pencemaran tanah oleh minyak mentah berkaitan erat dengan kegiatan antropogenik. Memulihkan tanah dari cemaran memerlukan teknologi remediasi salah satunya adalah proses desorpsi termal. Desorpsi termal menghilangkan cemaran dari matriks tanah tercemar, limbah padat/semi padat, sedimen, slurries dan filter cake, dengan cara pemanasan. Pemanasan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung serta menggunakan bilik statik maupun dinamik. Matriks tercemar yang telah diolah dikumpulkan dan dibiarkan dingin sebelum dibuang sesuai peraturan yang berlaku. Aplikasi desorpsi termal pada tanah tercemar harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu ukuran partikel tidak lebih dari 2 inci, kelengasan dalan kisaran 5 – 35% serta rapatan lindak dalam kisaran 1281 – 1922 kg m-3. Sistem teknologi desorpsi termal mampu mengolah tanah tercemar dengan nilai TPH dalam kisaran 60 – 67.000 mg/kg (rataan = 5.000 mg/kg) secara cepat dan sangkil. Sedangkan hasil dari perlakuan memberikan nilai TPH mulai dari tak terdeteksi sampai dengan 5.500 mg/kg (tipikal dalam kisaran 10 – 100 mg/kg). Hal ini memberikan aras kemangkusan sekitar 95 – 99%. Untuk mengoperasikan sistem desorpsi termal memerlukan dua komponen biaya yaitu biaya tetap (fixed cost) serta biaya satuan (unit cost). Komponen biaya tetap meliputi biaya untuk perencanaan dan perijinan, mobilisasi serta demobilisasi. Sedangkan komponen biaya satuan mencakup variable operating cost, semi variable operating cost serta fixed charge