Tuti Suryati
Department Of Animal Production And Technology, Faculty Of Animal Science, IPB University, Jl. Agatis, Babakan, Kec. Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Indonesia, 16680

Published : 28 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

FITOREMEDIASI TANAH TERCEMAR MINYAK BUMI MENGGUNAKAN EMPAT JENIS RUMPUT Salim, Fadliah; Suryati, Tuti
Jurnal Riset Industri Vol 8, No 2 (2014): Teknologi Pengendalian Pencemaran Lingkungan untuk Industri Hijau
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.588 KB)

Abstract

Penelitian fitoremediasi tanah tercemar minyak bumi menggunakan empat jenis rumput - rumputan yang terdiri dari Eleusine indica, Paspalum notatum, Setaria splendida, dan Stenotaphrum secundatum telah dilakukan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas rumput-rumputan tersebut sebagai tanaman fitoremediasi dalam mengurangi kadar total petroleum hydrocarbon (TPH) pada tanah tercemar minyak bumi. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan vegetative tanaman rumput yang terdiri dari biomasa kering, tinggi tanaman, jumlah anakan, dan panjang akar setelah 4 bulan tanam. Selain itu juga dilakukan analisis kadar TPH pada tanah yang telah ditanami rumput-rumputan selama 4; 9; dan 12 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat jenis tanaman rumput yang diteliti adalah efektif untuk digunakan sebagai tanaman fitoremediasi tanah tercemar minyak bumi. Persen penurunan TPH tertinggi diperoleh dari rumput Paspalum notatum (38,81%), kemudian Eleusine indica (38,69%), Setaria splendida (36,34%), dan Stenotaphrum secundatum (29,32%). Kata kunci: Tanah tercemar minyak bumi, fitoremediasi, rumput-rumputan, total petroleum hydrocarbon 
Seleksi Lima Jenis Rumput untuk Fitoremediasi Tanah Tercemar Minyak Bumi Suryati, Tuti
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 16 No. 1 (2015)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6253.514 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v16i1.1610

Abstract

Phytoremediation is a promising green technology for cleaning up petroleum contaminated soil. The potential of this technology in tropical regions such as Indonesia is very high due to favorable climatic conditions for plant growth and encourage the activity of soil microbes capable of degrading oil. This study aimed to identify five types of grass plants namely Brachiaria decumbens, Brachiaria humidicola, Eleusin indica, Paspalum notatum and Setaria splendida, which were grown in petroleum contaminated soil with Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) level of 3.42%. The most important, they are hopefully as the type of grass able to reduce the high petroleum contamination. The results showed that the grass Paspalum notatum was the best candidate for phytoremediation of petroleum contaminated soil, having 43.3%decreased of TPH level after twelve month planting.Keyword : Phytoremediation, petroleum contaminated soil, grasses
STUDI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DI LAHAN PASCA TAMBANG TIMAH KABUPATEN BANGKA TENGAH Suryati, Tuti
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 18 No. 1 (2017)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (499.285 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v18i1.81

Abstract

Kegiatan penambangan timah telah merusak lahan subur menjadi lahan yang sangat kritis yang merusak ekosistem di dalamnya. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengembalikan lahan tersebut menjadi lahan produktif adalah melalui reklamasi atau revegetasi. Untuk meningkatkan keberhasilan program tersebut salah satunya dilakukan dengan penggunaan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan mikoriza lokal dari lahan pasca tambang timah Kabupaten Bangka Tengah yang akan dikembangkan sebagai sumber inokulum untuk kemudian diaplikasikan dalam pemulihan lahan pasca tambang timah di Kabupaten Bangka Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis jumlah spora FMA dari 23 sampel tanah di area rizosfir tumbuhan lahan pasca tambang  timah ditemukan 3 genus FMA, yakni Glomus sp., Gigaspora sp., dan Acaulospora sp. Glomus ditemukan di sebagian besar lokasi penelitian. Jumlah spora terbanyak ditemukan dari rizosfir akar Pennisetum purpureum Schumach yang berjumlah 82 spora/50 g tanah dengan 2 jenis FMA yakni Gigaspora dan Glomus yang diperoleh dari lokasi lahan pasca tambang Nibung. Persentase kolonisasi terbesar yaitu 52% ditemukan pada akar Cyperus polystachyus Rottb dari lahan pasca tambang timah Kayu Ara.Kata Kunci : Fungi mikoriza arbuskula, lahan pasca tambang timah, reklamasi, remediasi
PEMANASAN GLOBAL DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI Suryati, Tuti
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 8 No. 1 (2007): JURNAL TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.026 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v8i1.407

Abstract

Global warming will have a negative impact on biodiversity. In contrast,the increase of population in the world has an effect to the need ofbiological resources for food, industry, medicine, etc. Human activitiesin several sectors, such as energy, forestry, agriculture, husbandry,and waste create a greenhouse effect. Greenhouse effects are due to arise of greenhouse gases, such as CO2 (carbon dioxide), CH4 (methane),N2O (nitrogen dioxide), PFCS (perfluorocarbon), HFCS (hydrofluoro-carbon), SF6 (sulfurhexafluoride), and H 2O (water vapor). Studiessuggest that climate change may also cause the melting of polar ice-caps, rising sea levels, and a shift of season. Global climate changewiil also have a wide range of effects on human health, including a riskof infectious disease epidemics. Therefore, climate change is a seriouslythreat for the world and it is necessary to have a global agreement tocombat the threat. In 2005, Kyoto Protocol was agreed and The CleanDevelopment Mechanism (CDM) is a the Kyoto Protocol’s mechanismaimed at helping industrialized countries meet their greenhouse gasreduction targets. The CDM is also meant to help developing countriesachieve sustainable development, including facilitating the transfer and/or development of low-emission technologies. Long term collectiveefforts are needed to combat and adapt with adverse effects of globalwarming, especially for the extinction of biological diversity.
ELIMINASI LOGAM BERAT KADMIUM DALAM AIR LIMBAH MENGGUNAKAN TANAMAN AIR Suryati, Tuti
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 4 No. 3 (2003): JURNAL TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.266 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v4i3.284

Abstract

Aquatic plants (Eichornia crassipes, Pistia stratiotes and Salvinia cucullata)were grown in a nutrient solution in the presence of Cd ion (0,2 mg/L). Analysiswere performed to established whether there was a removal of Cd in solutionand there was accumulation of Cd in the roots and shoots of the plants.Analysis of Cd concentrations in water was performed everyday and at the endof the experiment the shoot and root of the plants was harvested. The resultsshowed that Cd concentrations in all solutions declined until tenth day.Eichornia crassipes could remove Cd in solution completely by six days. WhilePistia stratiotes and Salvinia cucullata of Cd removal rate were 93,5 % and 77,4%, respectively. Root to shoot concentration ratio of Cd was 36 for Eichorniacrassipes and 10 for Pistia stratiotes.
FITOREMEDIASI CEMARAN HIDROKARBON MINYAK BUMI MENGGUNAKAN POTENSI TUMBUHAN TYPHA ANGUSTIFOLIA Suryati, Tuti
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol. 13 No. 1 (2020): JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jrl.v13i1.4290

Abstract

Pencemaran minyak bumi di lahan basah (perairan) akan lebih membahayakan karena penyebarannya yang lebih cepat meluas sehingga akan lebih cepat pula mencapai sumber-sumber air yang dibutuhkan untuk kehidupan. Tanaman Typha angustifolia merupakan salah satu tanaman lahan basah (perairan) yang telah digunakan untuk fitoremediasi logam berat dan limbah organik. Penelitian yang dilakukan adalah untuk mengkaji potensi tumbuhan tersebut untuk digunakan dalam fitoremediasi cemaran hidrokarbon minyak bumi. Tanaman Typha angustifolia ditanam dalam media lumpur yang mengandung cemaran hidrokarbon minyak bumi (crude oil) pada kadar 0 kg, 0,5 kg, 1 kg dan 2 kg selama pemaparan dua puluh minggu. Parameter yang dianalisis meliputi pertumbuhan tanaman dan kadar total petroleum hydrocarbon (TPH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman Typha angustifolia dapat tumbuh pada media yang mengandung cemaran minyak bumi sampai kadar TPH awal 11,92 %. Setelah 20 minggu kadar TPH dalam media yang ditanami lebih rendah daripada media yang tidak ditanami (kontrol). Persentase penurunan TPH tertinggi dicapai pada media dengan penambahan minyak bumi 0,5 kg (kadar TPH awal 4,42%), dengan penurunan TPH sebesar 42,6%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanaman Typha angustifolia potensial dapat digunakan untuk fitoremediasi cemaran hidrokarbon minyak bumi. Kata kunci : Typha angustifolia, cemaran hidrokarbon minyak bumi, fitoremediasi
APLIKASI TEKNOLOGI DESORPSI TERMAL UNTUK REMEDIASI TANAH TERCEMAR MINYAK: STATE OF THE ART Aviantara, Dwindrabata Basuki; Suryati, Tuti
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol. 14 No. 2 (2021): JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Terjadinya pencemaran tanah oleh minyak mentah berkaitan erat dengan kegiatan antropogenik. Memulihkan tanah dari cemaran memerlukan teknologi remediasi salah satunya adalah proses desorpsi termal. Desorpsi termal menghilangkan cemaran dari matriks tanah tercemar, limbah padat/semi padat, sedimen, slurries dan filter cake, dengan cara pemanasan. Pemanasan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung serta menggunakan bilik statik maupun dinamik. Matriks tercemar yang telah diolah dikumpulkan dan dibiarkan dingin sebelum dibuang sesuai peraturan yang berlaku. Aplikasi desorpsi termal pada tanah tercemar harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu ukuran partikel tidak lebih dari 2 inci, kelengasan dalan kisaran 5 – 35% serta rapatan lindak dalam kisaran 1281 – 1922 kg m-3. Sistem teknologi desorpsi termal mampu mengolah tanah tercemar dengan nilai TPH dalam kisaran 60 – 67.000 mg/kg (rataan = 5.000 mg/kg) secara cepat dan sangkil. Sedangkan hasil dari perlakuan memberikan nilai TPH mulai dari tak terdeteksi sampai dengan 5.500 mg/kg (tipikal dalam kisaran 10 – 100 mg/kg). Hal ini memberikan aras kemangkusan sekitar 95 – 99%. Untuk mengoperasikan sistem desorpsi termal memerlukan dua komponen biaya yaitu biaya tetap (fixed cost) serta biaya satuan (unit cost). Komponen biaya tetap meliputi biaya untuk perencanaan dan perijinan, mobilisasi serta demobilisasi. Sedangkan komponen biaya satuan mencakup variable operating cost, semi variable operating cost serta fixed charge
Purification of Egg White Lysozyme from Indonesian Kampung Chicken and Ducks Zakiah Wulandari; Dedi Fardiaz; Cahyo Budiman; Tuti Suryati; Dian Herawati
Media Peternakan Vol. 38 No. 1 (2015): Media Peternakan
Publisher : Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (829.373 KB) | DOI: 10.5398/medpet.2015.38.1.18

Abstract

Egg white lysozyme (EWL) has considerably a wide functional protein exhibiting antibacterial activity mainly against Gram-positive bacteria. The EWL is widely applied in food industry and is considerably safe. Despite its high potency, EWL of Indonesian poultry has never been studied and exploited. This study was aimed to purify EWL from two Indonesian poultry: kampung chicken and Cihateup duck, and compared to egg of commercial laying hens. The eggs in this study were obtained from field laboratory of Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University (IPB) and classified in AA quality based on the interior quality. First attempt to purify the EWL was performed by using ethanol precipitation yielding purified EWL which was still contaminated by other proteins, hence designated as partially purified EWL. Final concentrations of partially purified EWL of kampung chicken, commercial laying hens, and Cihateup duck were about 5800, 5400, and 5500 μg/mL, respectively. To confirm whether the use of ethanol in the purification affecting EWL antibacterial activities, the activities were examined against Staphylococcus aureus. It demonstrated that the partially purified EWL exhibited ability to inhibit S. aureus at 6 and 26 h suggesting that the method was feasible as it did not interfere EWL antibacterial activities. Yet, based on SDS-Page, purity was the issue in ethanol precipitation method. Further attempt using ion exchange chromatography at pH 10 successfully purified lysozyme as indicated by a single band corresponding to lysozyme size (~14 kD) free from bands of other proteins. Altogether, a single step of ion exchange chromatography is sufficient and promising to isolate EWL from Indonesian poultry for various industrial purposes.Key words: Indonesian poultry, lysozyme, egg, kampung chicken, Cihateup duck
Effectiveness of the Red Dragon Fruit (Hylocereus polyrhizus) Peel Extract as the Colorant, Antioxidant, and Antimicrobial on Beef Sausage Fitri M Manihuruk; Tuti Suryati; Irma Isnafia Arief
Media Peternakan Vol. 40 No. 1 (2017): Media Peternakan
Publisher : Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (722.834 KB) | DOI: 10.5398/medpet.2017.40.1.47

Abstract

This study aimed to evaluate the effectiveness of red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) peel extracts addition on beef sausages. Red dragon fruit peel extracts were obtained by maceration using solvent at pH 5. Phytochemical characteristics, total phenols, antioxidant, and antimicrobial activity of the peel extracts were observed. Antioxidant and antimicrobial activities of the extracts were associated with high phytochemical compounds and total phenols contained in the extracts. Red dragon fruit peel extracts with various percentages (0%, 20%, 30%, and 40%) were added on beef sausages, and their physicochemical characteristics, nutrients, antioxidant activity, and microbiological profile were analyzed. The data were analyzed using analysis of variance and Duncan’s multiple range test. Results showed that the addition of red dragon fruit peel extracts significantly reduced texture values, but increased intensity of luminosity, intensity of red color, and intensity of yellow color (P<0.05) beef sausages. It could be concluded that red dragon fruit peel extract containing phytochemical compounds was effective as an antibacterial agent and natural antioxidant. The addition of red dragon fruit peel extracts was effective in increasing the antioxidant activity and decreasing TBARS values. The addition of red dragon fruit peel extract did not affect the reddish colorization of beef sausages, but it was capable of increasing the yellowish colorization on beef sausage.
Kualitas Mikrobiologi dan Fisikokimia Dendeng Sapi yang Ditambahkan Simplisia Serbuk Jahe Merah rifkhan .; Tuti Suryati; Irma Isnafia Arief
Jurnal Ilmu Ternak Vol 20, No 1 (2020): June
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.851 KB) | DOI: 10.24198/jit.v20i1.26598

Abstract

Dendeng adalah produk olahan pangan dari daging segar yang berasal dari ternak melalui penambahan-penambahan bumbu tradisional dan dikeringkan sebelum siap dikonsumsi, dendeng banyak diantara masyarakat mengolahnya dengan berbagai variasi penambahan bumbu khusus selain bumbu-bumbu tradisional lainnya, salah satunya dengan penambahan simplisia serbuk jahe merah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan mikroba dan kualitas fisikokimia dari dendeng sapi yang ditambahkan simplisia serbuk jahe merah pada level yang berbeda. Variabel yang diamati terdiri atas jumlah bakteri (total plate count, Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus), sifat fisik (kondisi fisik (pH dan aktifitas air), dan analisis sifat kimia (kandungan malonaldehida dan antioksidan). Rancangan dalam penelitian ini menggunakan desain rancangan acak kelompok 5 perlakuan penambahan persentase pemberian simplisia serbuk jahe merah sebesar 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dengan 3 periode pembuatan yang berbeda. Hasil penelitian dari jumlah bakteri menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada pengujian TPC (P<0,05) dengan setiap peningkatan perlakuan terjadi penurunan jumlah bakterinya, sedangkan pada pengujian Escherichia coli dan Staphylococcus aureus memiliki nilai yang negatif, kemudian hasil pada pengujian sifat fisik dan kimia menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) baik pada pengujian nilai pH, aktifitas air, malonaldehida, dan antioksidan pada setiap perlakuannya. Dengan penambahan simplisia serbuk jahe merah, dendeng sapi memiliki aktifitas mikroba yang masih aman untuk dikonsumsi dan aktifitas fisikokimia masih dalam standar yang ditetapkan.