Julianda, Wahyu
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

EFEK SUPLEMEN KAPSUL JAHE MERAH TERHADAP REFLUX LARINGOFARINGEAL: Red Ginger and LPR Asyari, Ade; Julianda, Wahyu; Aliska, Gestina; Bachtiar, Hafni; Octavia, Tri Aryanti; Diflayzer, Diflayzer
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol. 54 No. 2 (2024): VOLUME 54, NO. 2 JULY - DECEMBER 2024
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32637/orli.v54i2.690

Abstract

Background: Ginger (Zingiber officinale) is a popular rhizome plant that used as a cooking and medicinal ingredient. Ginger contains many active compounds, such as phenolic and terpenes. Ginger has an anti-inflammatory effect through active ingredients, including diarylheptanoids, oleoresin, gingerol, shogaol and zingerone. Ginger powder is often used as a remedy for gastric acid reflux. In laryngopharyngeal reflux, there is a damage to the laryngopharyngeal mucosa due to irritation of gastric acid and pepsin. Purpose: To analyze the effect of red ginger powder capsule supplementation (Zyngiber officinale var. rubrum) on laryngopharyngeal reflux. Method: Non-randomized control trial study with a pretest-posttest control group design in laryngopharyngeal reflux. The patients were divided into two groups, where each group was examined for Reflux Symptom Index (RSI) and Reflux Finding Score (RFS). The intervention group was given red ginger powder capsules and lansoprazole, while the control group was given lansoprazole only; then a month later, both groups were examined for RSI and RFS finding score. Data were analyzed statistically with a computer program and were declared significant if p<0.05. Result: There was a significant difference between RSI and RFS in the intervention group, and there was no significant difference between RSI and RFS in the control group. Meanwhile, there were significant differences in RSI and RFS between the control and intervention groups. Conclusion: There was a significant difference between the reflux symptom index and reflux finding score between the intervention group and the control group. Keywords: red ginger, Zingiber officinale var. rubrum, laryngopharyngeal reflux, reflux symptom index, reflux finding score ABSTRAK Latar belakang: Jahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman rimpang yang populer digunakan sebagai bahan masakan dan obat. Jahe mengandung banyak senyawa aktif, seperti senyawa fenolik dan terpena. Jahe memiliki efek anti-inflamasi melalui kandungan aktifnya, antara lain diarylheptanoida, oleoresin, gingerol, shogaol dan zingeron. Bubuk jahe sering digunakan sebagai pengobatan pada kasus refluks asam lambung. Pada kelainan refluks laringofaring, terjadi kerusakan pada mukosa laringofaring akibat iritasi asam lambung dan pepsin. Tujuan: Menganalisis pengaruh suplementasi kapsul serbuk jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum) terhadap refluks laringofaring. Metode: Menggunakan metode non-randomized control trial, dengan pendekatan pretest-posttest control group design pada refluks laringofaring. Pasien dibagi menjadi dua kelompok, dan masing-masing kelompok diperiksa indeks gejala refluks, dan skor temuan refluks. Pada kelompok intervensi diberikan kapsul serbuk jahe merah dan lansoprazole, sedangkan pada kelompok kontrol diberikan lansoprazole saja; selanjutnya, satu bulan kemudian dilakukan pemeriksaan indeks gejala refluks dan skor temuan refluks. Data dianalisis secara statistik dengan program komputer dan dinyatakan signifikan jika p<0,05. Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan antara indeks gejala refluks dan skor temuan refluks pada kelompok intervensi, dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara indeks gejala refluks dan skor temuan refluks pada kelompok kontrol. Sementara itu, terdapat perbedaan yang signifikan pada indeks gejala refluks dan skor temuan refluks antara kelompok kontrol dan intervensi. Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan antara indeks gejala refluks dan skor temuan refluks antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kata kunci: jahe merah, Zingiber officinale var. rubrum, refluks laringofaring, indeks gejala refluks, skor temuan refluks
Rinitis Alergi pada Anak Julianda, Wahyu
Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia Vol. 2 No. 1 (2023)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jokli.v2i1.16

Abstract

Pendahuluan: Rinitis alergi merupakan reaksi inflamasi dari mukosa hidung yang diperantai oleh Imunoglobulin E yang ditandai dengan sumbatan hidung, rhinorrhea dan atau mata gatal dan atau bersin. Kompleksitas dan variabilitas rinitis sangat terlihat pada masa anak, dimana pada saat ini terjadi pematangan anatomis, fisiologis dan imunologis yang menghasilkan pola klinis yang sulit untuk dikaji dan juga dikelola. Tujuan: Memberikan pengetahuan mengenai diagnosis dan penatalaksanaan penyakit rinitis alergi pada anak sehingga dapat ditangani dengan tepat dan akurat. Tinjauan Pustaka: Prevalensi rinitis pada anak usia prasekolah 0-6 tahun bervariasi. Genetika memainkan peran penting sekitar 20% hingga 30% dari populasi umum dan 10% hingga 15% anak-anak mengalami atopik. Perkembangan penyakit atopik pada anak mengikuti pola atopic march, dimulai dari dermatitis atopik pada saat bayi, kemudian diikuti oleh alergi makanan, rinitis alergi dan asma. Kerjasama yang optimal antara pasien, pengasuh dan tenaga medis yang profesional dapat membantu memaksimalkan respons terhadap pengobatan rinitis alergi pada anak Kesimpulan: Rinitis alergi pada anak lebih bersifat intermiten dan memiliki lebih sedikit gejala tetapi lebih banyak komorbiditas dibandingkan dewasa. Keadaan RA tidak hanya menurunkan kualitas hidup dan kualitas belajar, tetapi juga meningkatkan risiko beberapa kondisi seperti asma, rinosinusitis dan otitis media efusi. Penatalaksanaan farmakoterapi rinitis alergi dapat menggunakan antihistamin generasi kedua, intranasal kortikosteroid, dekongestan nasal spray, mast stabilizer, irigasi nasal saline dan imunoterapi yang disesuaikan menurut usia dan berat badan. Kata kunci: rinitis alergi pada anak, atopic march, imunoglobulin e
Modified supraauricular approach in recurrent preauricular sinus: A case report Hafiz, Al; Julianda, Wahyu
JKKI : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia JKKI, Vol 15, No 1, (2024)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/JKKI.Vol15.Iss1.art14

Abstract

The preauricular sinus (PAS) also known as the fossa fistula sac or depression is located near the external auricle at the posterior end of the stalk of the ascending helix. Most cases of PAS are asymptomatic and do not require treatment. Surgery is performed if there are signs of infection or recurrence. Incomplete PAS resection is the most common cause of recurrence. The real problem with surgical resection of PAS is the high recurrence rate after sinusectomy. We report the case of a 22-year-old woman who complained of a mass in her left ear that was enlarging for the past 3 months. The patient had previously undergone two operations at the same site but they were recurrent. Physical examination revealed a non-hyperemic painful cystic mass. A few days after the operation the patient recovered and the pain in front of his left ear disappeared. The patient can close his eyes and lift his forehead symmetrically and show no signs of infection. A follow-up examination 1-2 weeks after surgery in the Department of Ear Nose Throat Head and Neck Surgery (ENT-HNS) showed that the general condition of the patient was good and there were no signs of infection. After 6 months the patients ears returned to normal and there was no recurrence 6 months after surgery. There is a scar along the leading edge of the helix. The patient was diagnosed with a recurrent PAS complicated by a preauricular cyst and treated with sinusectomy using a modified supraauricular approach and resection of the preauricular cyst. Sinusectomy with a modified supraauricular approach is an effective technique and is superior to simple sinusectomy due to its low recurrence rate with minimal complications and superior aesthetic appearance. This modified supraauricular approach achieved excellent functional and aesthetic results in this patient.
EFEK SUPLEMEN KAPSUL JAHE MERAH TERHADAP REFLUX LARINGOFARINGEAL: Red Ginger and LPR Asyari, Ade; Julianda, Wahyu; Aliska, Gestina; Bachtiar, Hafni; Octavia, Tri Aryanti; Diflayzer, Diflayzer
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol. 54 No. 2 (2024): VOLUME 54, NO. 2 JULY - DECEMBER 2024
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32637/orli.v54i2.690

Abstract

Background: Ginger (Zingiber officinale) is a popular rhizome plant that used as a cooking and medicinal ingredient. Ginger contains many active compounds, such as phenolic and terpenes. Ginger has an anti-inflammatory effect through active ingredients, including diarylheptanoids, oleoresin, gingerol, shogaol and zingerone. Ginger powder is often used as a remedy for gastric acid reflux. In laryngopharyngeal reflux, there is a damage to the laryngopharyngeal mucosa due to irritation of gastric acid and pepsin. Purpose: To analyze the effect of red ginger powder capsule supplementation (Zyngiber officinale var. rubrum) on laryngopharyngeal reflux. Method: Non-randomized control trial study with a pretest-posttest control group design in laryngopharyngeal reflux. The patients were divided into two groups, where each group was examined for Reflux Symptom Index (RSI) and Reflux Finding Score (RFS). The intervention group was given red ginger powder capsules and lansoprazole, while the control group was given lansoprazole only; then a month later, both groups were examined for RSI and RFS finding score. Data were analyzed statistically with a computer program and were declared significant if p<0.05. Result: There was a significant difference between RSI and RFS in the intervention group, and there was no significant difference between RSI and RFS in the control group. Meanwhile, there were significant differences in RSI and RFS between the control and intervention groups. Conclusion: There was a significant difference between the reflux symptom index and reflux finding score between the intervention group and the control group. Keywords: red ginger, Zingiber officinale var. rubrum, laryngopharyngeal reflux, reflux symptom index, reflux finding score ABSTRAK Latar belakang: Jahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman rimpang yang populer digunakan sebagai bahan masakan dan obat. Jahe mengandung banyak senyawa aktif, seperti senyawa fenolik dan terpena. Jahe memiliki efek anti-inflamasi melalui kandungan aktifnya, antara lain diarylheptanoida, oleoresin, gingerol, shogaol dan zingeron. Bubuk jahe sering digunakan sebagai pengobatan pada kasus refluks asam lambung. Pada kelainan refluks laringofaring, terjadi kerusakan pada mukosa laringofaring akibat iritasi asam lambung dan pepsin. Tujuan: Menganalisis pengaruh suplementasi kapsul serbuk jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum) terhadap refluks laringofaring. Metode: Menggunakan metode non-randomized control trial, dengan pendekatan pretest-posttest control group design pada refluks laringofaring. Pasien dibagi menjadi dua kelompok, dan masing-masing kelompok diperiksa indeks gejala refluks, dan skor temuan refluks. Pada kelompok intervensi diberikan kapsul serbuk jahe merah dan lansoprazole, sedangkan pada kelompok kontrol diberikan lansoprazole saja; selanjutnya, satu bulan kemudian dilakukan pemeriksaan indeks gejala refluks dan skor temuan refluks. Data dianalisis secara statistik dengan program komputer dan dinyatakan signifikan jika p<0,05. Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan antara indeks gejala refluks dan skor temuan refluks pada kelompok intervensi, dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara indeks gejala refluks dan skor temuan refluks pada kelompok kontrol. Sementara itu, terdapat perbedaan yang signifikan pada indeks gejala refluks dan skor temuan refluks antara kelompok kontrol dan intervensi. Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan antara indeks gejala refluks dan skor temuan refluks antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kata kunci: jahe merah, Zingiber officinale var. rubrum, refluks laringofaring, indeks gejala refluks, skor temuan refluks