The green revolution promoted synthetic pesticide use in agriculture, but this practice negatively affects the environment and health. Karinding, a traditional musical instrument from West Java, is believed to offer an eco-friendly alternative for repelling pests in rice cultivation. This study aimed to evaluate the effectiveness of karinding as a pest control method. A non-factorial randomized block design was used with four treatments: control, manual karinding, recorded karinding, and synthetic pesticide. Each treatment involved 10 rice clumps, repeated four times, with 10-m spacing to minimize bias. Parameters observed included pest attack intensity, insect diversity, soil pH, and microorganism population. Results showed no significant difference in pest attacks between weeks 4–12, except in week 7 where synthetic pesticides had the lowest intensity (13.15%). Insect diversity was moderate across treatments, highest in the control (H’=2.083) and lowest in the pesticide treatment (H’=1.595), with no dominant species (C<0.5). The synthetic pesticide reduced overall insect populations, although some species remained. Soil pH in karinding treatments ranged from 5.7–5.8, with higher microorganism populations than in the pesticide treatment. The highest number of panicles per hill was in the control (40.72), and the lowest in the pesticide treatment (22.27), while panicle length and dry grain weight were not significantly different. Although less effective than synthetic pesticides in suppressing pests, karinding helps preserve insect diversity and soil health, making it a promising environmentally friendly pest control alternative. ABSTRAK Revolusi hijau mendorong penggunaan pestisida sintetik dalam pertanian, namun penggunaannya berdampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan. Karinding, alat musik tradisional Jawa Barat, diyakini sebagai alternatif ramah lingkungan untuk mengusir hama pada tanaman padi. Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas alat musik karinding sebagai alat untuk mengendalikan hama pada padi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan acak kelompok non-faktorial dengan empat perlakuan: kontrol, karinding manual, karinding rekaman, dan pestisida sintetik. Setiap perlakuan terdiri atas 10 rumpun padi dan diulang sebanyak empat kali. Untuk mengurangi bias, jarak antar perlakuan dibuat sejauh 10 m. Parameter yang diamati meliputi intensitas serangan hama, keanekaragaman serangga, serta kondisi tanah (pH dan populasi mikroorganisme). Hasil penelitian menunjukkan intensitas serangan hama pada 4-12 minggu setelah tanam tidak berbeda signifikan, kecuali pada minggu ke-7, di mana pestisida sintetik memberikan intensitas serangan terendah (13,15%). Keanekaragaman serangga tergolong sedang dengan nilai terendah pada perlakuan pestisida sintetik (H’=1,595) dan tertinggi pada kontrol (H’=2,083), tanpa serangga dominan (C<0,5). Populasi serangga pada perlakuan pestisida sintetik lebih sedikit dibandingkan perlakuan lain, kecuali beberapa spesies tertentu. Karinding memperbaiki kondisi tanah dengan pH 5,7-5,8 dan populasi mikroorganisme lebih tinggi dibanding pestisida sintetik. Hasil tanaman menunjukkan jumlah malai per rumpun tertinggi pada kontrol (40,72) dan terendah pada pestisida sintetik (22,27). Panjang malai dan bobot gabah kering tidak berbeda signifikan antar perlakuan. Kesimpulannya, penggunaan karinding tidak efektif mengendalikan hama seperti pestisida sintetik, namun dapat menjaga keanekaragaman serangga dan kesehatan tanah sehingga berpotensi menjadi metode pengendalian ramah lingkungan. Kata kunci: Hama padi; intensitas serangan; karinding; pengendalian ramah lingkungan; pertanian berkelanjutan