Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur makro dan superstruktur dalam wacana ritual Fek Nono Hau Ana berdasarkan pendekatan analisis wacana kritis Teun Van Dijk. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Temuan menunjukkan bahwa wacana ritual Fek Nono Hau Ana dilakukan beberapa lokasi, yakni tola, pintu pertama Oename, pintu kedua Oename, puncak Oename, dan mesbah utama, tetapi masih merupakan satu-kesatuan yang tidak terpisahkan. Tema global wacana ritual Fek Nono Hau Ana adalah religiusitas yang merupakan suatu proses pencarian jalan kebenaran atau petunjuk oleh masyarakat Tun Tun kepada leluhur untuk membuka lahan baru dalam bercocok tanam. Secara skematik, wacana ritual Fek Nono Hau Ana terdiri dari pendahuluan, isi, dan penutup. Bagian pendahuluan merupakan sapaan kepada leluhur, bagian isi merupakan permohonan izin kepada leluhur, dan bagian penutup merupakan harapan dari masyarakat kepada leluhur keempat suku besar, Maun Ufa, Bana Mnasi, dan sang pemberi berkat untuk memberikan petunjuk perizinan membuka lahan. Penelitian ini berimplikasi langsung pada masyarakat Timur secara khusus, yakni sebagai suatu bentuk pendokumentasian dalam rangka pengantisipasian kepunahan ritual Fek Nono Hau Ana.Fek Nono Hau Ana Ritual in the Agricultural System of the East Miomaffo Community: Teun Van Dijk's Critical Discourse StudyThis study uses Teun Van Dijk's critical discourse analysis approach to describe the macrostructure and superstructure in the Fek Nono Hau Ana ritual discourse discourse. This study uses a qualitative descriptive method. The findings show that the Fek Nono Hau Ana ritual discourse is carried out in several locations, namely tola, the first door of Oename, the second door of Oename, the peak of Oename, and the main altar, but it is still an inseparable whole. The global theme of the Fek Nono Hau Ana ritual discourse is religiosity, a process of searching for the path of truth or guidance by the Tun Tun community to their ancestors to open new land for farming. Schematically, the Fek Nono Hau Ana ritual discourse consists of an introduction, content, and closing. The introduction is a greeting to the ancestors, the content is a request for permission to the ancestors, and the closing is the community's hope for the ancestors of the four major tribes, Maun Ufa, Bana Mnasi, and the giver of blessings to provide guidance for permission to open land. This research has direct implications for Eastern society, namely as a form of documentation to anticipate the extinction of the Fek Nono Hau Ana ritual.