Abstrak Perkembangan industri desain grafis kini tidak dapat dipungkiri memiliki berbagai tantangan yang terus-menerus semakin sulit dalam menciptakan karya yang dinilai benar-benar baru. Begitu yang dirasakan saat melihat logo Magnificent Samarinda muncul dan telah disahkan oleh wali kota Samarinda untuk menjadi wajah dari kota Samarinda. Berbagai perdebatan muncul di berbagai portal berita dengan berbagai perspektif karena logo tersebut memiliki kemiripan hingga 90% dengan logo ‘AA Bridge’ karya George Bokhua – sebagai karya yang telah dipublikasi lebih dahulu sebelum logo Magnificent Samarinda. Namun masih jarang ditemukan artikel ilmiah yang membahas kemiripan tersebut berdasar tinjauan semiotika yang didukung dengan prinsip gestalt. Oleh karena itu, dengan metode kualitatif yang didukung dengan dokumen sekunder dapat ditemukan cara tanda (unsur desain: bentuk, garis, ukuran, dan sebagainya) dalam logo membuat logo tersebut tidak berhasil mencapai fungsi dan estetika yang dituju. Banyak distorsi atau bias pada unsur desain logo yang menyebabkan logo tersebut ditolak penonton, tidak dapat menyampaikan makna atau pesan dan berfungsi sebagai logo sesuai kaidahnya dan yang dituju. Kata kunci; plagiat , logo, Magnificent Samarinda, semiotika. Abstract In its development, the industry of graphics design has reached a point where it has become challenging to create something that is considered truly new. One can’t help but agree with that sentiment when the logo of Magnificent Samarinda was unveiled and legitimized by Samarinda city’s major as Samarinda’s symbol. Multiple opinion pieces of varying stances and perspectives have cropped up on many news portals due to the logo’s resemblance (around 90%) to the AA Bridge logo by George Bokhua, which was created before the Magnificent Samarinda logo. However, there aren’t many scientific articles that discuss said resemblance from the semiotics view supported by gestalt principles. Therefore, with a qualitative method supported by secondary documents one can find how signs (design elements: shape, line, size, etc.) in the logo shows that it failed in fulfilling its own function and aesthetics criteria. There are many distortions and biases within the logo that causes its viewer to reject it, meaning it failed in conveying its principals and purpose. Keywords: plagiarism, logo, Magnificent Samarinda, semiotics